kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.691.000   12.000   0,71%
  • USD/IDR 16.364   -84,00   -0,52%
  • IDX 6.845   -28,71   -0,42%
  • KOMPAS100 1.019   -7,78   -0,76%
  • LQ45 794   -10,00   -1,24%
  • ISSI 210   0,72   0,34%
  • IDX30 411   -5,18   -1,24%
  • IDXHIDIV20 498   -4,59   -0,91%
  • IDX80 115   -1,13   -0,97%
  • IDXV30 121   0,34   0,28%
  • IDXQ30 135   -1,81   -1,32%

Cuan Vanili dari Desa Loha di Manggarai Barat NTT Semakin Wangi


Sabtu, 15 Februari 2025 / 08:15 WIB
Cuan Vanili dari Desa Loha di Manggarai Barat NTT Semakin Wangi
Kunjungan YDBA ke UMKM Binaan Kelompok Aroma Tani Vanili Desa Loha, Manggarai Barat, NTT. (KONTAN/Lailatul Anisah)


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memperbaiki diri dalam menjalankan usaha bisa menghasilkan hal yang positif. Hal inilah yang dirasakan para petani vanili di Desa Loha, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Setelah mengikuti program pembinaan dari Yayasan Dharma Bhakti Astra, para petani vanili yang tergabung dalam Kelompok Aroma Tani Vanili Desa Loha, kini sudah bisa merasakan manfaatnya. Kini produk budidaya vanili, bahan utama untuk pewangi makanan di kelompok tersebut sudah bisa tembus pasar ekspor. 

Menurut Godefridus, Ketua Kelompok Aroma Tani Vanili Desa Loha produk mereka dikenal pasar global setelah mengikuti pembinaan selama tiga tahun. Awalnya, Godefridus dan anggota yang lain hanya membudidayakan vanili secara turun-temurun dan menjual vanili basah atau glondongan kepada tengkulak yang ada di pasar terdekat. 

Setelah pelatihan, petani mulai berubah dan yang paling mendasar yang berubah adalah, produk vanili menjadi lebih berkualitas. Sebab petani sudah tidak lagi menjual vanili glondongan kepada tengkulak seperti sebelumnya. Kini mereka menjual produk vanili kering bukan lagi basah dan secara nilai lebih mahal. 

Baca Juga: Harum peluang budidaya vanili kembali merebak (bagian 1)

Usahanya itu berbuah manis, kini kelompok tani yang dia pimpinnya telah mendapatkan kepastian pasar. Malah petani vanili di Desa Loha kini sudah bisa menjual produknya ke manca negara, seperti Jepang, Singapura hingga Maroko. Ekspor vanili dilakukan melalui koperasi. 

Kepastian pasar juga berdampak langsung pada peningkatan taraf hidup para petani vanili di sana. Menurut Godefridus, kini pendapatan satu kali panen bisa mencapai Rp 35 juta. Jauh berbeda saat hanya menjual vanili basah yang omsetnya berkisar Rp 5 juta dalam satu kali panen. 

"Kalau menjual di tengkulak harga vanili basah mendapatkan Rp 100.000 per kg, tapi vanili kering ini bisa dijual sampai Rp 1,4 juta per kg," ungkapnya saat di temui KONTAN di Manggarai Barat. 

Baca Juga: Harum peluang budidaya vanili kembali merebak (bagian 2)

Agustinus Aru, Sekretaris Kelompok Aroma Tani Vanili Desa Loha juga turut merasakan hasil kerja keras tersebut. Petani yang memiliki lahan 1.250 m2 itu, sebelumnya tidak pernah mengetahui berapa perkiraan vanili yang mereka hasilkan dalam sekali panen.

Namun setelah pelatihan, ia bisa menghitung dan belajar pembukuan. Aru juga bisa mengetahui, saat panen ia bisa mendapatkan vanili hingga 150 kg dengan omzet sampai Rp 24 juta. 

"Dari pembukuan itu, saya jadi tahu omzet pasti saya di tahun lalu bisa mencapai 24 juta dalam satu kali panen," ujarnya. 

Meski telah mendapatkan kenaikan omset, semangat untuk terus berkembang masih ada di kelompok tani ini. Aru dan anggota kelompok lainnya tengah melakukan pengembangan produk turunan yakni lilin aroma terapi dari vanili kualitas rendah. Selanjutnya, mereka ingin ekspor vanili tanpa mitra

Selanjutnya: Limpahkan Berkas Perkara Tom Lembong Ke Kejari

Menarik Dibaca: Promo JCO Val's Day Buy 1 Get 1 1/2 Dozen Donuts, Hanya Hari Ini 15 Februari 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×