kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dari autodidak, sukses menjadi animator


Selasa, 20 Agustus 2013 / 13:52 WIB
Dari autodidak, sukses menjadi animator


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini

Terjun ke bisnis animasi Juli 2011, Bayu Sulistyo tergolong pendatang baru di industri ini. Kendati masih pemain anyar, sukses kini sudah digenggamannya. Di bawah bendera Hicca Animation Studio, ia mengantongi omzet Rp 150 juta per bulan.

Bayu mengaku, terjun ke bisnis ini karena hobi. Keahliannya di bidang ini juga didapat dengan belajar secara autodidak dari buku maupun internet.
“Pendidikan formal di bidang animasi masih tergolong jarang di Indonesia,” kata bayu yang merintis usaha di Yogyakarta ini.

Bayu sendiri merupakan lulusan Arsitektur Universitas Gadjah Mada tahun 2007. Kendati menempuh disiplin ilmu berbeda, ia tak ragu memilih bidang animasi sebagai lahan penghidupan.

Dengan bermodalkan kreativitas dan tekad yang kuat untuk sukses di bisnis animasi, ia lalu mendirikan Hicca Animation Studio.

Menurutnya, yang terpenting dari industri ini adalah kreativitas dari sang animator. Dari segi teknis sekalipun, animator masih bisa menggunakan komputer rumahan untuk membuat film animasi.

Pilihannya untuk fokus menekuni usaha ini tidak salah. Terbukti, banyak karyanya meraih pengakuan di dunia film animasi lewat beberapa penghargaan. Itu juga yang melambungkan namanya di industri animasi lokasi. Hicca Animation Studio menawarkan jasa pembuatan film animasi dalam format dua dan tiga dimensi (2D/3D) untuk berbagai keperluan, seperti pesanan serial animasi maupun periklanan.

Di luar negeri, ia pernah menerima proyek pembuatan film animasi dari Turki dan Inggris. Untuk proyek lokal, ia pernah menerima pesanan dari MNC Group dan Biznet.

Setiap menggarap pesanan, Bayu banyak mengambil tenaga outsource dari berbagai studio animasi. Selain menggarap proyek sesuai pesanan klien, ia juga kerap membuat sendiri produk animasi yang akan ditawarkannya ke pasar. Salah satu hasil karyanya adalah serial animasi bernama Uwa dan Rimba Indonesia.

Serial ini ia konsep sendiri tanpa mengajak orang lain. Setelah jadi, kemudian dijualnya ke berbagai perusahaan distributor film animasi.
“Sekarang sudah kami kerjakan hingga 12 episode, masing-masing durasi episode sekitar tujuh menit,” tambahnya.

Bayu mematok tarif mulai Rp 10 juta per detik. Sekitar 30% dari total tarif itu dialokasikannya untuk membayar gaji animator. Sisanya sebesar 70% mengalir ke kantongnya.

Setiap pengerjaan satu proyek animasi bisa menghabiskan waktu satu hingga dua bulan. Dengan dibantu sembilan orang animator, setiap bulan ia bisa menyelesaikan tiga proyek animasi sekaligus. Dari situ, omzet yang diterimanya mencapai Rp 100 juta sampai Rp 150 juta per bulan.

Kadang omzet juga bisa lebih dari itu, tergantung nilai proyek yang dikerjakannya. Pernah ia mengerjakan satu proyek dengan total biaya Rp 250 juta.

Menurutnya, hampir semua pelanggan lokal punya kecenderungan menawar harga produk animasinya itu. “Kalau pelanggan dari luar negeri, biasanya tidak menawar lagi. Karena mereka sudah paham industri ini,” tambah pria 31 tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×