kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.936.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.428   -4,00   -0,02%
  • IDX 6.918   -50,40   -0,72%
  • KOMPAS100 1.000   -11,46   -1,13%
  • LQ45 766   -8,77   -1,13%
  • ISSI 226   -1,43   -0,63%
  • IDX30 398   -3,81   -0,95%
  • IDXHIDIV20 467   -4,90   -1,04%
  • IDX80 112   -1,35   -1,19%
  • IDXV30 116   -0,91   -0,78%
  • IDXQ30 129   -1,13   -0,87%

David memulai usaha bermodal Rp 800.000 (2)


Jumat, 04 Desember 2015 / 16:12 WIB
David memulai usaha bermodal Rp 800.000 (2)


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Tri Adi

Sebagai pengusaha yang baru merintis usaha tas denim Dry Bag di 2011, David Yuwono cukup sulit mencari pasar. Dia memulai dari lingkungan sekitar, seperti teman-teman di kampus dan adik kelasnya di SMA dulu. Penjualan lewat online pun dia jalani. Banyak kendala yang dia hadapi di awal usaha.  Pengalaman menjadi penjual membuat David Yuwono percaya diri menjajakan produk tas denim Dry Bag buatannya. Awalnya dia mulai memasarkan produk pada lingkungan terdekat. Dengan bermodal uang tabungan senilai Rp 800.000, David membuat beberapa tas sebagai contoh, yakni tas ransel yang simpel.

Bahan denim yang kala itu ramai dijadikan celana jins, dia sulap menjadi produk tas. Beberapa teman dekatnya dia minta untuk memakai tasnya. Adik-adik kelasnya terdahulu di SMA Gonzaga pun dia minta untuk menjadi kepanjangan tangan untuk menjual Dry Bag. Tagline 'makin brutal kamu pakai, makin keren' diciptakan untuk mengokohkan merek Dry Bag.

Karena menyasar kalangan anak muda, harga jual yang dia tetapkan harus sesuai dengan pasar, yakni sekitar Rp 150.000 per unit. Dia juga mencoba menjual lewat online. "Dari situ, respons cukup baik. Awalnya omzet yang didapat waktu itu Rp 800.000 sampai Rp 2 juta dalam sebulan,” imbuh David.

Penjualan dari bulan ke bulan terus mengalami peningkatan. Darisitu, David terus mengembangkan model tas dan kualitas yang lebih bagus. Tetapi pada awal 2012, kualitas tasnya mulai menurun. Penjahit langganannya yang menjadi pemasok tas tidak bisa menjaga kualitas produk, terutama pada aksesoris seperti resleting, pengait tas atau tali tas. Komplain dari konsumen pun berdatangan.

David lantas memutuskan untuk merekrut satu pegawai dan mengadakan tiga mesin jahit. Workshop sederhana sekaligus kantor dia bangun di rumah orangtua David di Cinere. Modal awal sebesar Rp 20 juta dia pinjam dari uang orangtuanya. David pun membuat target untuk bisa membuat 50 tas setiap minggu.  

Banyak hal yang dia pelajari sambil menjalankan usaha ini. Seperti respons negatif dari konsumen yang membeli tas buatannya via online. Waktu itu pengemasan masih menggunakan plastik biasa yang dianggap tidak pantas oleh konsumen. "Tetapi itu semua pelajaran untuk saya,” bebernya.

Produknya pun sempat tidak laku, padahal persediaan puluhan tas sudah tersedia. Alhasil, David sempat harus menelan kerugian. Alih-alih berputus asa, dia makin fokus memperluas penjualan dan mengembangkan usaha. Tak terbatas dengan bahan dry denim, David juga mulai merambah bahan jins japan dan cordura.

Khusus produk Dry Bag klasik, David memproduksi sendiri. Sementara produk jins japan dan cordura diproduksi oleh para pemasok yang bekerjasama dengannya. Model tas pun terus berkembang. Kini, dia juga membuat tas selempang dan tas ransel berkapasitas besar untuk travelling.     

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×