kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.205   64,44   0,90%
  • KOMPAS100 1.107   12,16   1,11%
  • LQ45 879   12,29   1,42%
  • ISSI 221   1,13   0,52%
  • IDX30 449   6,77   1,53%
  • IDXHIDIV20 541   6,33   1,18%
  • IDX80 127   1,54   1,22%
  • IDXV30 135   0,55   0,41%
  • IDXQ30 149   1,80   1,22%

Dedy, tenaga pemasar yang sukses menjadi pengekspor furnitur


Kamis, 05 Mei 2011 / 14:08 WIB
Dedy, tenaga pemasar yang sukses menjadi pengekspor furnitur
ILUSTRASI. Mikrografi virus corona baru SARS-CoV-2, pemicu pandemi Covid-19.


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi

Sudah berkiprah dalam bisnis firnitur sejak masa kuliah, Dedy Erwanto serius menggeluti pembuatan furnitur berbahan kayu trembesi setelah lulus kuliah di tahun 2000. Dari pasar lokal, Dedy sukses mengembangkan bisnisnya hingga ke luar negeri. Ia mengekspor produk furnitur ke pasar Asia dan Eropa dengan total omzet Rp 150 juta per bulan.

Lahir di Mojokerto, 22 Desember 1978, Dedy Erwanto merantau ke Jakarta dan meraih sukses dengan menjadi seorang pembuat furnitur dari bahan kayu trembesi. Mengusung nama Majapahit Furnitur, Dedy menyediakan berbagai kebutuhan ruangan seperti meja, kursi, dan lemari. Berangkat dari pasar lokal, kini Dedy sudah menembus pasar ekspor.

Aktif dalam bisnis furnitur dari kayu trembesi sejak masih duduk di bangku kuliah, Dedy mengawali usahanya sebagai sales atau agen pemasar perusahaan furnitur. "Saat itu, saya belum bikin sendiri," ujar alumni jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang, tahun 2000.

Setelah lulus, ia memutuskan untuk mencoba menggeluti usaha ini sendiri. Saat itu, ia tertantang untuk mewujudkan ide-idenya dalam berbisnis.

Berbekal pengalamannya, bisnis pembuatan furnitur merupakan pilihan yang tepat bagi Dedy. Setelah sempat mencoba keberuntungan berjualan furnitur di Bali dalam beberapa bulan, Dedy hijrah ke Jakarta untuk menjadi pengusaha furnitur di ibukota.

Pada awal memulai usaha, ia juga mengalami kesulitan seperti para pengusaha pemula lainnya, mulai dari modal hingga kepercayaan. Padahal bekal kepercayaan merupakan aspek sangat penting dalam menjaring pelanggan. "Karena itu penciptaan merek sangat dibutuhkan," tegasnya yang lantas mengusung Majapahit Furnitur dalam usahanya.

Agar usahanya lancar, Dedy menerima pasokan bahan baku kayu trembesi dari berbagai daerah, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Meski ada kayu trembesi dari Sumatera dan Sulawesi, jumlahnya hanya sedikit. Kayu trembesi dari Pulau Jawa memiliki kualitas lebih baik karena tumbuh di daerah yang suhu udaranya relatif lebih stabil serta memiliki keunggulan dari tekstur tanah.

Trembesi merupakan tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat. Kayu yang juga disebut sebagai rain tree ini dapat bertahan dua hingga empat bulan lebih lama di daerah yang mempunyai curah hujan 40 mm per tahun.

Meski dulu trembesi belum terlalu banyak dimanfaatkan sebagai furnitur, saat ini, pebisnis furnitur yang menggunakan kayu trembesi sebagai bahan baku mulai banyak. Makanya, kualitas merupakan hal utama yang harus diperhatikan.

Mengusung tema back to nature, Dedy menekankan motif alami pada produk furniturnya. Produk ini disukai konsumen hampir di seluruh Indonesia karena simpel dan natural.

Produk Majapahit Furnitur dijual mulai harga Rp 20 juta untuk satu paket yang berisi berisi kursi dan meja makan. Adapun harga eceran per produk termurah Rp 500.000.

Bekerja sama dengan beberapa rekannya, Dedy juga mulai memasarkan produk ke luar negeri. Kini, produk-produk Majapahit Furnitur menjangkau pasar beberapa kota besar di Asia dan Eropa. "Kesan back to nature memberikan nilai lebih tersendiri," tegasnya.

Dari total penjualan, Dedy bisa meraup omzet Rp 150 juta saban bulan. Pendapatan paling minim yang ia dapat adalah Rp 100 juta per bulan.

Keunggulan Dedy yang lain adalah selalu bermain dalam partai besar sehingga mendatangkan keuntungan yang jauh lebih tinggi. Melalui Majapahit Furnitur, Dedy mempekerjakan 20 orang pegawai tetap dan sejumlah tenaga kerja lepas.

Sebagai lulusan sarjana manajemen, Dedy juga mampu mengatur dan mengelola perusahaan yang ia dirikan 10 tahun yang lalu. Dedy menekannya, hal yang lebih penting dalam berwirausaha adalah berjuang dan pantang menyerah melewati berbagai hambatan.

Hal penting lainya adalah melihat sebuah proses, dan tidak hanya mengutamakan hasil. "Justru dari proses itu, kita memperoleh hal-hal yang berharga asalkan mau belajar," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×