Reporter: Dea Chadiza Syafina, Hafid Fuad | Editor: Tri Adi
Bisa memainkan alat musik piano bisa menjadi kebanggaan tersendiri. Peningkatan kebutuhan alat musik inilah yang kemudian membuka peluang usaha reparasi piano. Walau omzetnya belum sampai ratusan juta, pekerjaan seni ini bisa menjadi peluang usaha baru.
Memiliki piano sekarang bukanlah prestise bagi pemiliknya. Saat ini sudah banyak yang mampu memainkan dengan baik. Maklum, bermain piano bukan lagi kemampuan eksklusif.
Tentu saja, semakin banyaknya orang yang bisa main piano, tentu dibutuhkan pula servis atau perbaikan piano bila mengalami kerusakan. Nah, salah satu yang melihat peluang ini adalah Agung Siregar di Batam. Guru musik ini juga nyambi sebagai tukang reparasi piano. Agung pun semakin senang lantaran pekerjaan sambilan ini tak pernah sepi order.
Dengan biaya reparasi minimal Rp 300.000 per piano, tergantung kerusakan, Agung mengaku bisa memperbaiki sekitar 10 sampai 15 piano tiap bulan. "Kebanyakan adalah piano bekas asal Singapura," katanya.
Piano-piano eks Singapura tersebut dibawa ke Indonesia melalui Batam untuk kemudian dijual kembali. Namun sebelum dijual, piano tersebut harus diperbaiki agar bisa berfungsi dan menghasilkan suara yang tetap bagus.
Agung menambahkan, Rp 300.000 hanya untuk jasa reparasi saja. Adapun untuk suku cadang piano membutuhkan biaya lagi. Dengan demikian, semakin berat kerusakan piano, semakin mahal pula biaya perbaikan yang harus dikeluarkan pemilik piano.
Selain jasa perbaikan, Agung biasanya juga membersihkan debu di hummer set piano, membersihkan pin tuts piano dari karat, membersihkan dan mengganti senar tuts serta mengganti suku cadang yang patah. Jika semua jasa itu dilakukan maka biayanya bisa mencapai Rp 2 juta.
Biaya pembelian suku cadang piano cukup mahal. Sampai saat ini suku cadang piano tidak bisa didapatkan di sembarang tempat. Suku cadang ini hanya tersedia di Jakarta, Surabaya, atau Singapura.
Tak hanya di Batam, jasa reparasi piano Agung juga kerap dibutuhkan di Singapura. Untuk pemakaian jasanya di Singapura, Agung menawarkan harga dua kali lipat atau sekitar Rp 600.000. "Saya banyak memperbaiki piano milik siswa sekolah di Singapura," katanya.
Jika ditambah dengan permintaan jasa perbaikan piano di Batam dan Singapura, termasuk kebutuhan suku cadang, Agung bisa meraup Omzet antara Rp 20 juta sampai Rp 30 juta per bulan.
Selain Agung, Susdiarto juga berkecimpung dalam usaha reparasi piano di Tangerang, Jawa Barat. Memulai usaha sejak 1978, lelaki berusia 63 tahun ini mengaku belajar secara otodidak untuk bisa memperbaiki piano. Walaupun begitu, pengalaman dua tahun di sebuah pabrik alat musik membuatnya cukup banyak mengetahui seluk-beluk piano. "Reparasi piano itu seni," katanya.
Selain reparasi, dia juga mampu men-tunning nada, termasuk konsultasi jual beli piano. Susdiarto mengaku juga bisa membuat sendiri piano dengan harga Rp 35 juta. Untuk jasa tunning, dia membanderol biaya sekitar Rp 300.000 dan Rp 500.000 untuk versi grand. Dari pekerjaannya ini, Susdiarto bisa dapat pemasukan sekitar Rp 6 juta per bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News