Reporter: Ragil Nugroho, Fahriyadi | Editor: Tri Adi
Dengan mencium dan mencicipi kopi, seorang tester kopi atau coffee grader bisa membedakan kualitas kopi. Namun untuk menjadi coffee grader harus lulus sertifikasi dengan standar internasional. Itulah sebabnya, profesi ini juga mendatangkan fulus yang lumayan.
Biasanya orang yang memilih profesi sebagai coffee grader adalah mereka yang sudah lama akrab dengan aneka macam jenis dan rasa kopi. Maklum, profesi ini mengandalkan kepekaan indera pencecap dan penciuman yang butuh waktu untuk mengasahnya.
Lihat saja Novianto Mahmud. Dia adalah seorang coffee grader yang telah menekuni profesi ini selama lebih dari sepuluh tahun. Awalnya, Novianto adalah pekerja perkebunan kopi di Jember, Jawa Timur.
Menurut lelaki 39 tahun ini, untuk menjadi coffee grader, saban hari harus berlatih membedakan kopi dan rasa kopi minimal selama enam bulan. Tak hanya berlatih, untuk mendapatkan stempel coffee grader profesional, dia juga harus lulus sertifikasi sebagai coffee grader.
Maklum, beberapa negara tujuan ekspor kopi seperti Italia, Belanda, Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat memang mewajibkan standardisasi mutu kopi melalui sertifikat bagi pencicip kopi tersebut. Seorang coffee grader bersertifikat tahu persis aroma dan cita rasa kopi yang berkualitas.
Di Indonesia, sertifikasi untuk coffee grader ini dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao yang terletak di Jember. "Syaratnya, seorang coffee grader harus bisa membedakan beragam jenis kopi yang ada di dunia. Tujuannya untuk mengklasifikasikan kualitas kopi berdasarkan jenisnya," ujar Novianto.
Menurut Novianto kopi asal Indonesia yang sering dia uji sebelum dilempar ke pasar internasional adalah jenis kopi luwak dan kopi arabika.
Seorang coffee grader harus berlidah peka. Nah, untuk mempertahankan kepekaan lidah dalam merasakan kopi, ada beberapa larangan yang tidak boleh dilanggar seorang coffee grader. Salah satunya adalah merokok. "Rokok membuat mulut menjadi asam sehingga lidah tak dapat berfungsi dengan baik," ujar Novianto.
Dengan merebaknya kedai-kedai kopi di dalam negeri, serta makin larisnya permintaan kopi dari luar negeri, Novianto bilang profesi pencicip kopi ini punya masa depan yang cerah. Apalagi, sampai saat ini belum banyak yang mau menjadi coffee grader profesional. Padahal untuk coffee grader bersertifikat bayarannya bisa mencapai US$ 200 untuk sekali cicip. Padahal dalam sebulan bisa sampai 10 kali order mencicip kopi itu.
Sabam Malau, Ketua North Sumatra Coffee Forum (NCSF), menambahkan, profesi coffee grader haruslah memiliki latar belakang sebagai penikmat kopi dan memiliki cita rasa yang kuat terhadap kopi. "Karena mereka ini pintu gerbang bagi para penikmat kopi yang akan menikmati kopi berkualitas yang ada di pasaran," ucapnya.
Karena itu, seorang coffee grader harus taat pada kode etik profesinya. "Coffee grader sangat dilarang merokok dan minuman beralkohol," ujarnya.
Taat kepada kode etik itu sangat penting karena keberadaan coffee grader yang strategis dalam industri kopi. Malau sepakat dengan Novianto bahwa rokok dan alkohol dapat menurunkan kepekaan coffee grader. Turunnya kepekaan itu tentu berimbas pada lolosnya kopi yang tidak layak dan dampak selanjutnya, tentu merugikan konsumen.
Malau berharap Indonesia memiliki banyak coffee grader yang memiliki sertifikat internasional. Ini demi menjaga martabat Indonesia sebagai salah satu negara penghasil dan penikmat kopi terbesar di dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News