Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pariwisata menjadi salah satu sektor usaha yang terkena pukulan telak wabah virus korona. Tak cuma tempat wisata, hotel, dan restoran, desa wisata juga terkena imbas epidemi Covid-19 akibat ada larangan tempat wisata buka.
Tengok saja, Desa Wisata Selo Tirto Giri atau Setigi yang baru saja beroperasi awal tahun ini. Desa wisata yang berlokasi di Desa Sekapuk, Gresik, Jawa Timur ini sudah tutup sementara sejak 24 Maret lalu akibat wabah virus korona.
Asjudi, Direktur Utama BUMDes Sekapuk, pengelola Setigi, mengatakan, masih belum tahu sampai kapan penutupan sementara tersebut bakal berakhir. "Kami ikuti anjuran pemerintah agar rantai penyebaran bisa berhenti, jadi kami tutup sementara," kata Asjudi kepada KONTAN.
Baca Juga: Jokowi: Presiden hingga lurah harus satu visi dan satu strategi yang sama
Meski tutup, Asjudi mengklaim, tidak merumahkan para karyawan yang berjumlah 50 orang. Gaji mereka juga tidak dipotong. Justru para karyawan tetap bekerja untuk merawat tempat wisata yang merupakan bekas galian tambang batu kapur tersebut.
Baca Juga: Desa wisata semakin berbenah dan berdayakan masyarakat sekitar
Malah, beberapa proyek pengembangan tempat wisata hingga kini masih berjalan. Misalnya, pembuatan kolam renang anak, kolam renang hijabers, musala, dan penyelesaian wahana Candi Topeng Nusantara.
Baca Juga: Sinergi Pertamina dan masyarakat wujudkan desa wisata Burai
Sayang, Asjudi tidak menjelaskan, asal dana untuk proyek pengembangan Setigi tersebut. Namun, untuk pembayaran gaji para karyawan, berasal dari pendapatan yang masuk dari bulan-bulan sebelumnya.
Biasanya, Setigi meraup pendapatan rata-rata sebesar Rp 300 juta per bulan, dengan kunjungan wisatawan saban akhir pekan sekitar 3.000 orang. Nah, awal bulan lalu hingga 15 Maret, Setigi masih bisa meraup pendapatan mencapai Rp 250 juta.
Desa wisata yang juga terpaksa tutup sementara lantaran wabah Covid-19 adalah Umbul Susuhan di Klaten, Jawa Tengah. BUMDes Mahanani Desa Manjungan, pengelola Umbul Susuhan, menutup sementara tempat wisatanya lantaran mengikuti anjuran pemerintah setempat supaya tidak membuat keramaian. "Sudah dua minggu kami tutup dan tidak tahu sampai kapan tutup, dan semoga saja wabah virus korona cepat hilang," ujar Agus Tri Joko, Direktur BUMDes Mahanani kepada KONTAN.
Sama seperti Setigi, pengelola Umbul Susuhan juga tidak merumahkan para karyawannya yang berjumlah 20 orang. Selama tutup, para pekerja tetap masuk untuk melakukan perawatan tempat wisata dan diatur berdasarkan jam kerja.
Untuk membiayai gaji para karyawan, Umbul Susuhan memakai pemasukan terakhir. Selama dua pekan beroperasi pada bulan lalu, pengelola objek wisata air ini masih bisa meraup pendapatan sekitar Rp 50 juta sampai Rp 60 juta. "Itu pendapatan selama dua minggu di Maret kemarin," sebut Agus.
Tapi, semakin lama kocek pengelola Umbul Susuhan semakin menipis, karena lebih banyak pengeluaran dibandingkan dengan pemasukan. Untuk menyiasatinya, hingga saat ini masih tahap pembahasan di BUMDes Mahanani. "Kami ikuti dulu anjuran pemerintah," imbuh Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News