kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dinginnya bisnis es kristal makin nyes


Jumat, 07 Januari 2011 / 10:30 WIB
Dinginnya bisnis es kristal makin nyes


Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi

Meski harus bersaing dengan perusahaan besar, produsen es kristal skala kecil tetap berkembang. Apalagi, mesin produksi es kristal makin mudah didapat. Namun, pengusaha harus rajin membuka dan memperluas jaringan pemasaran. Selain itu, kualitas dan kebersihan es harus diperhatikan.

Maraknya usaha kuliner turut mengembangkan bisnis es kristal. Usaha es krital milik Bambang Eka, misalnya. Pada 2008, mantan karyawan swasta ini terjun menjadi produsen es kristal. Ketika itu, ia hanya bermodal jaringan penjualan. "Saya mengandalkan teman yang mempunyai usaha makanan dan minuman," ujarnya.

Bambang pun mencari cara pembuatan es kristal dalam jumlah banyak dari internet. Lantas, ia membeli mesin pembuat es kristal seharga Rp 15 juta dan mempekerjakan dua pegawai.

Dengan menjaga kualitas es, yakni menggunakan air matang, kini Bambang memproduksi sekitar 250 kilogram (kg) es kristal tiap hari. Ia menjualnya per lima kg dengan harga Rp 10.000.

Bambang menetapkan pesanan es kristal minimal lima kg. Ia akan membebaskan biaya pengiriman alias gratis, bila pelanggan membeli lebih dari 5 kg.

Selain kebersihan, Bambang juga mempertahankan cara distribusi yang baik. Pengiriman dilakukan saat subuh untuk menghindari melumernya es. Makanya, sampai saat ini, Bambang pun tak pernah menerima komplain dari pelanggannya soal es yang telah mencair sebelum sampai di tujuan.

Bambang berhasil meraup omzet minimal Rp 15 juta saban bulan. "Jika ada pesanan dalam jumlah besar, saya akan meningkatkan produksi es kristal," kata lelaki 35 tahun ini.

Di masa mendatang, Bambang ingin membesarkan usahanya dengan memperbanyak mesin pembuat es kristal. "Saya ingin menambah mesin supaya kapasitas produksi semakin meningkat," ujar Bambang.

Ia melihat, produsen es kristal skala kecil masih sedikit. Kebanyakan produksi es kristal keluar dari pabrik-pabrik besar. Padahal, mesin es kristal saat ini sudah jamak di pasaran dengan harga yang cocok dengan pelaku usaha kecil yang berkantong pas-pasan.

Bambang memang boleh bersyukur dengan usaha es kristalnya yang terus meningkat. Pasalnya, Rangga Pribadi, produsen es kristal asal Depok, Jawa Barat justru melihat usahanya kian surut. Pemuda ini mengaku, ia tak lagi memiliki konsumen besar yang menjadi pelanggan es kristalnya.

Rangga bercerita, sejak awal 2010, usaha warisan ayahnya ini nyaris runtuh lantaran banyak kafe dan tempat hiburan di kawasan Parung, Bogor yang menutup usahanya. "Padahal, itu konsumen terbesar saya," kata pria 30 tahun ini.

Ketika kafe dan tempat hiburan di Parung masih berdenyut, dalam sehari, Rangga dapat mengantar es kristal hingga dua kali. Satu kali pengangkutan, ia membawa 60 kg. Alhasil, dalam sebulan, Rangga bisa menjual 3.600 kg es kristal. Ia menjual es kristal per lima kilogram Rp 12.000.

Saat ini, Rangga hanya menunggu pembeli yang datang atau memesan, setelah melihat iklannya di internet. Karena itu, tak setiap hari Rangga memasok es kristal dari pabrik di Cengkareng. "Saat ini, pesanan hanya ada rata-rata dua kali dalam sebulan," katanya.

Pesanan berasal dari usaha katering makanan yang dikenalnya. Ia juga melayani pedagang-pedagang makanan berskala kecil. Namun, Rangga membatasi pemesanan minimal 30 kg es kristal.

Ia menolak pesanan kurang dari 30 kg lantaran biaya operasional yang cukup besar. Supaya usahanya terus berkibar, Rangga akan lebih fokus melayani permintaan berskala kecil saja.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×