Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi
Susu cair yang sudah kedaluwarsa ternyata bisa dimanfaatkan menjadi pupuk cair. Melalui proses yang sederhana, produsen pupuk cair bisa meraup untung hingga 60%. Pemasarannya pun sudah menjangkau banyak kota. Sayang, terbatasnya pasokan bahan baku masih menjadi kendala.
Seiring peningkatan kebutuhan pupuk, permintaan pupuk alami juga tidak pernah surut. Maklum, sebagian besar orang kini mulai menghindari pemakaian bahan-bahan kimia, termasuk pupuk kimia, yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan.
Terobosan baru pun mulai dilakukan untuk mendapatkan pupuk organik. Salah satunya, membuat pupuk cair dari susu cair yang sudah kedaluwarsa.
Menurut Nuriadi Rahmadi, produsen pupuk susu kedaluwarsa, bisnis ini sangat menguntungkan karena menggunakan bahan baku yang dianggap tak terpakai. Di Purwakarta, Jawa Barat, Nuriadi mengembangkan usaha ini sejak 2009.
Dengan menggandeng seorang rekannya di Jakarta, ia sukses mengembangkan pupuk kompos cair bermerek Deluxe. Saban bulan, Nuriadi bisa menjual hingga 2.000 liter pupuk cair Deluxe.
Ia menjual produknya Rp 15.000 per liter. "Saya bisa meraup omzet Rp 27 juta per bulan," tegas pemilik CV Agri Karya Sejahtera ini.
Saat ini, konsumennya masih terbatas di seputaran Bandung, Purwakarta, Cirebon, dan Garut. Pada awal tahun ini, Deluxe sebenarnya mulai dipasarkan di Malaysia dan Vietnam. "Tapi, masih dalam tahap uji coba penjualan," ujarnya.
Nuriadi memperoleh bahan baku susu kedaluwarsa dari beberapa supermarket di Jakarta, Bogor, dan Tangerang. Dalam sebulan, ia mendapatkan pasokan sekitar 3.000 liter susu cair kedaluwarsa.
Untuk membuat pupuk kompos cair, Nuriadi menggunakan larutan formula bio-aktivasi. Larutan ini bisa mengubah kadar asam susu cair menjadi pupuk yang berguna untuk menyuburkan tanaman. Selain itu, ia mengadopsi teknologi effective microorganism, dengan mencampurkan beberapa mikroorganisme yang bermanfaat.
Setelah dicampur larutan bio-aktivasi, susu cair disimpan di tempat sejuk selama tiga hari. Setelah itu, pupuk cair ini baru bisa digunakan.
Karena bersifat organik, pupuk ini tidak bisa dibiarkan terlalu lama dan harus langsung dipakai. "Pupuk harus disiramkan paling telat sebulan sejak proses pengemasan," terang Nariadi.
Pria lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mengaku ide pembuatan kompos cair ini muncul setelah melihat banyaknya susu cair kedaluwarsa yang tidak terpakai. Ia juga melihat peluang dari kebutuhan pupuk kompos yang masih sangat besar. "Bisnis dengan menggunakan bahan baku bekas itu selalu menguntungkan," ujarnya.
Dari bisnis ini, Nuriadi bisa meraih keuntungan bersih hingga 60%. Namun, ia juga harus siap dengan berbagai kendala, seperti ketersediaan susu cair kedaluwarsa yang masih terbatas. "Yang jelas, tidak mudah memperolehnya," ujarnya. Sayang, Nuriadi tak mau menyebutkan berapa ongkos yang dikeluarkan untuk mendapatkan bahan baku susu cair.
Selain Nuriadi, Handayani juga menggeluti usaha pembuatan pupuk cair dari susu kedaluwarsa. Perempuan asal Jatiwaringin, Bekasi, ini baru memulai bisnis pupuk cair ini sejak akhir tahun lalu.
Senada dengan Nuriadi, Handayani juga mengungkapkan, kendala dalam bisnis ini adalah soal bahan baku. "Walau sudah tak terpakai, tetap saja sulit mendapat pasokan susu kedaluwarsa," ujar pemilik CV Agri Sejahtera ini.
Selain bahan baku, ia juga masih kesulitan meyakinkan konsumen bahwa produknya aman bagi tanaman. Saat ini ia baru bisa menjual sekitar 500 liter pupuk cair selama sebulan, dengan harga Rp 20.000 per liter. Penjualan pupuk cairnya baru di Bandung, Garut, dan Tasikmalaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News