kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.909.000   5.000   0,26%
  • USD/IDR 16.288   -15,00   -0,09%
  • IDX 7.204   90,20   1,27%
  • KOMPAS100 1.051   13,11   1,26%
  • LQ45 811   9,64   1,20%
  • ISSI 232   2,94   1,28%
  • IDX30 422   4,86   1,17%
  • IDXHIDIV20 495   5,28   1,08%
  • IDX80 118   1,36   1,17%
  • IDXV30 120   1,46   1,23%
  • IDXQ30 136   1,33   0,99%

Doni awali bisnis dengan sepeda motor buntut (2)


Jumat, 05 Agustus 2011 / 14:58 WIB
Doni awali bisnis dengan sepeda motor buntut (2)
ILUSTRASI. Seorang anak terlihat di mural bertema virus corona di Depok, Jawa Barat, Jumat (17/4).


Reporter: Handoyo | Editor: Tri Adi

Doni Tirtana mengaku mendapat ide menjadi wirausaha berawal setelah membaca sebuah buku. Namun ia sempat gagal membuka usaha fotografer keliling. Namun begitu ia berhasil membuat buku digital tentang kampus dalam format cakram optik (CD), hasil produksinya itu laris dibeli wisudawan senilai Rp 35.000 per keping.

Buku adalah jendela dunia. Tamsil inilah yang berhasil dibuktikan Doni Tirtana. Pria asal Malang ini sukses membuka usaha bernama Lorco Menara Multimedia di Bandung, Jawa Barat.

Usai membaca buku karya Fadel Muhammad berjudul Saya Pilih Jadi Pengusaha, Doni kemudian bertekad ingin menjadi pengusaha juga. Lewat buku itu pula Doni mengaku belajar menjadi wirausaha.

Hanya selang beberapa bulan setelah lulus kuliah, Doni menyampaikan keinginan menjadi pengusaha kepada kepada orang tuanya yang menetap di Malang.

Sayang, keinginan Doni bertepuk sebelah tangan lantaran sang orang tua menolak mentah-mentah keinginannya itu. Maklum, kedua orang tua Doni adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang juga ingin anaknya mengikuti jejaknya. "Orang tua tidak rela saya berwirausaha, dan berharap saya bisa menjadi PNS," kata Doni.

Memang, tidak ada orang tua yang tak sayang anaknya. Meski orang tua Doni keberatan menjadi pengusaha, mereka tetap mau memberi modal berupa sepeda motor untuk Doni. "Karena sayang, mereka tetap memberi modal," jelas Doni.

Keinginan Doni menjadi pengusaha sempat menjadi bahan pikiran kedua orang tuanya. Bahkan, kedua orang tua Doni sempat jatuh sakit, menerima kenyataan Doni menjadi wirausaha.

Namun, tekad Doni sudah bulat. Dia pun kembali ke Bandung untuk mengejar mimpinya sebagai pengusaha itu. Tapi tekad saja tidak cukup, karena ternyata Doni belum memiliki gambaran usaha secara detail. "Saat itu saya bingung mengerjakan apa," kata Doni.

Hingga akhirnya Doni berpikir untuk unjuk kemampuan di bidang fotografi dengan bekerja sebagai fotografer keliling. Namun, siapa sangka, karya amatiran Doni justru mendapat banyak apresiasi. Teman-teman Doni memuji hasil jepretan Doni sebagai karya menarik karena sukses menampilkan peristiwa-peristiwa penting saat pernikahan atau wisuda.

Namun persaingan bisnis di dunia fotografi kian ramai. Ketatnya persaingan ini membuat Doni memilih hengkang dari profesi fotografer pernikahan dan wisuda.

Namun begitu, Doni tidak patah semangat. Ia masih bertekad untuk menjajal keberuntungan lain. "Malu gagal, karena pamit ingin menjadi pengusaha," terang Doni.

Setahun setelah tamat kuliah, Doni memutuskan membuat buku digital tentang kampusnya. Buku digital itu berbentuk informasi tentang kampus dan juga mahasiswa yang disimpan ke dalam cakram optik (CD). "Nama produknya itu CD interaktif," kata Doni.

CD interaktif itu mirip dengan buku katalog kampus yang dijual kepada mahasiswa terutama yang akan diwisuda. Tak sulit bagi Doni membuat CD interaktif itu, apalagi Doni sudah menguasai fotografi dan aplikasi program komputer. "Tampilan CD itu lebih nyaman untuk ditonton ketimbang buku," kata Doni.

Karena produk CD interaktif karya Doni itu terbilang baru, banyak mahasiswa yang akan menjadi wisudawan tertarik dan membeli. Alhasil, pemesan CD interaktif itu datang dari fakultas lainnya di seluruh Institut Teknologi Bandung (ITB).

Untuk setiap keping CD interaktif itu, Doni menjualnya seharga Rp 35.000 per keping. Adapun modal yang dibutuhkan untuk membuat satu keping CD itu hanya Rp 5.000 per keping. Jika setiap fakultas ada 100 orang pembeli, omzetnya bisa mencapai Rp 3,5 juta per hari, saat wisuda terjadi.

Selain menawarkan kepada mahasiswa ITB, Doni juga menjelajah ke berbagai instansi seperti sekolah-sekolah, dan juga berbagai komunitas untuk menawarkan produknya. "Pernah saya menawarkan sampai ke Subang dengan menggunakan sepeda motor pemberian orang tua ini," ujar Doni tertawa.

Hanya dalam setahun, Doni bisa menggandeng 10-12 mitra yang membantunya menjual CD interaktif. Lewat mitra juga Doni mendapatkan pelanggan baru.

Namun, setelah Doni melakukan evaluasi, ternyata proses pembuatan CD itu membutuhkan banyak tenaga kerja dan juga pikiran. "Meskipun bisnisnya mengasyikkan, tapi capek," ungkap Doni.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×