Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi
Keahlian Haneda Ananta membuat kerajinan tangan berupa barang jahitan dan sulaman telah membawa banyak berkah. Ia pun membawa berkah bagi ibu rumah tangga di sekitar rumahnya dan para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. Ia melatih narapidana membuat aneka kerajinan. Produk buatan mereka lalu dia jual di Caremommies.
Haneda Ananta mendapat tawaran melatih para narapidana alias napi di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang ketika pada 2010 salah satu petugas penjara di kawasan Jakarta Timur itu memintanya.
Petugas itu meminta Eda, panggilan akrab Haneda Ananta, mengisi kelas di Bengkel Bina Kerja LP Cipinang dengan memberi pelatihan soal teknik menyulam, menjahit, serta membuat kerajinan tangan.
Eda bersama Endah Sutjihati yang juga pendiri Caremommies langsung merespon positif tawaran itu. Eda dan Endah memberikan pelatihan kepada para napi pria di LP Cipinang selama dua hari berturut-turut.
Awalnya, Eda mengaku kesulitan untuk berbaur dengan para napi. Bahkan, ketika pertama kali memberikan pelatihan, sarjana Komunikasi Visual ini mengaku canggung dan takut menghadapi para muridnya. "Mungkin karena napi sering dicap sebagai orang jahat, jadi saya sempat merasa takut," ujarnya.
Namun, perasaan waswas Eda mulai luntur seiring dengan sikap para napi di LP Cipinang yang memperlakukannya seperti seorang guru. "Mereka terlihat sungkan, hormat, dan sungguh-sungguh belajar. Saya pun akhirnya menggunakan cara persuasif dengan memperlakukan mereka sebagai teman," ungkap dia.
Cara ini berhasil. Komunikasi Eda dan para napi terbilang baik. Pelatihan di LP Cipinang dilakukannya sebanyak dua kali. Pertama di bulan Juni dan Juli 2010. Pelatihan kedua digelarnya selama lima hari untuk menjaring produk-produk yang dihasilkan para napi.
Produk, seperti tas, kaos dengan motif kain perca, bed cover, bantal nama, tempat tisu, hingga sarung bantal, tercipta dari tangan para napi. "Saya kaget melihat hasil jahitan mereka lebih rapi, halus, dan motifnya unik-unik dibandingkan dengan para pekerja saya di rumah," kata Eda.
Karya unik dari para napi binaannya membuat Eda tertarik untuk menjual karya mereka di Caremommies. Alhasil, banyak pelanggan membeli bermacam produk kerajinan bikinan napi. Hampir setahun ini, tiap pekan, Eda selalu mengambil kerajinan buatan para napi di LP Cipinang.
Tidak hanya mengambil barang, Eda juga mengontrol pekerjaan para napi dan memberi motif baru sesuai pesanan pelanggan. Meski tidak memberikan kelas tambahan, Eda bilang, para napi kian mahir membuat aneka kerajinan. "Mereka bahkan terang-terangan mengaku ketika keluar nanti akan mencoba usaha kerajinan," ujarnya.
Para napi telah kehilangan pekerjaan setelah masuk bui. Sementara, usaha itu bisa dijalani dengan modal mini. Tentu, ini menjadi peluang usaha yang cukup bagus untuk para napi. "Mereka telah memiliki keterampilan, tinggal dikembangkan jadi usaha," tutur Eda.
Eda sebelumnya juga telah melatih ibu rumahtangga di sekitar rumahnya di kawasan Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Ia merasakan perbedaan besar melatih para ibu rumah tangga dengan napi. Menurut ibu dua putri ini, meski lebih mudah mengajar ibu rumah tangga, kualitas kerajinan yang dihasilkan para napi lebih bagus.
Menurut Eda, para napi tidak terorientasi dengan uang sehingga mereka lebih santai mengerjakannya dan tidak diburu-buru waktu. Meski begitu, terkadang Eda sering berdebat soal motif. Ini karena para napi acap membuat motif yang tidak sesuai dengan pesanan pelanggan. "Kadang ada juga yang suka bandel dengan tidak menggunakan motif yang sesuai dengan pesanan," jelas Eda.
Untuk menghadapi kendala-kendala seperti ini, Eda bersikap tegas dengan meminta para napi untuk bekerja sesuai dengan aturan yang telah ia tetapkan. Hingga kini, Eda melatih dan menampung hasil karya 20 napi di LP Cipinang.
Bahkan, saat ini, Eda tengah mempersiapkan bahan pameran bazar di kampus Universitas Indonesia Salemba bulan depan. Ia akan memamerkan dan menjual barang kerajinan bikinan para napi.
Eda pun berencana melatih teknik menyulam untuk istri para narapidana. Ide ini muncul setelah para napi didikannya yang telah beristri meminta tolong melatih mereka. "Kami berharap mereka dapat menjadikan kerajinan tangan ini sebagai penopang kehidupan keluarga," ujar Eda.
Tidak hanya para napi, Eda juga masih membina dan mempekerjakan 15 ibu rumah tangga di sekitar rumahnya. Ibu-ibu ini mengerjakan pesanan yang datang ke Caremommies.
Ibu rumah tangga yang bekerja di tempat Eda banyak datang dari kelas ekonomi bawah, walau ada juga yang berasal dari keluarga berkecukupan. "Ada yang mencari nafkah dan ada juga yang hanya memanfaatkan waktu kosong," papar Eda. Ia mempersilakan siapa pun belajar asal punya niat sungguh-sungguh.
Sekarang, bisnis online Caremommies yang dibangun Eda dan Endah terus tumbuh. Meski banyak produk sejenis, Eda yakin Caremommies memiliki kelebihan pada pengerjaan dengan bordir. Produk Caremommies mempunyai kehalusan, detil, dan keluwesan pengerjaan tangan.
Eda mampu menjual 30 hingga 100 produk mulai harga Rp 10.000 sampai Rp 2,5 juta dengan omzet hingga 25 juta per bulan. Meski tetap akan mengembangkan bisnis online, wanita berjilbab ini juga tidak akan meninggalkan kegiatan pelatihan. "Saya merasa jadi manusia yang lebih bermanfaat dengan memberikan ilmu kepada sesama," tutur Eda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News