Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi
Cheongsam tak hanya menjadi monopoli warga keturunan Tionghoa. Pakaian ini kini menjadi salah satu tren fesyen yang digemari masyarakat luas. Namun, menjelang imlek, pesanan baju khas China itu naik hingga 70%. Pembuat cheongsam bisa mendekap omzet sampai Rp 45 juta per bulan.
Bagi sebagian warga keturunan Tionghoa, merayakan Imlek kurang lengkap tanpa memakai pakaian khas China atawa cheongsam. Makanya, usaha pembuatan dan penjualan cheongsam lumayan menjanjikan. Apalagi, cheongsam saat ini menjadi salah satu tren fesyen internasional.
Menurut Peivy, pemilik Vinkavy Online Shop, keunggulan baju ini adalah, mudah dan nyaman dipakai. Cheongsam punya bentuk leher tinggi dengan lengkung tertutup, dan lengan baju yang pendek, sedang atau panjang, tergantung musim dan selera pemakainya.
Kelebihan lain cheongsam, yaitu dapat dibuat dari pelbagai macam bahan dan memiliki keragaman sehingga dapat digunakan untuk acara santai maupun resmi. Cheongsam, Peivy bilang, juga menampilkan kesederhanaan, sekaligus keanggunan, dan kemewahan.
Ada bermacam motif yang melekat pada cheongsam yang memiliki makna tertentu. Sebagian besar motifnya berupa bunga, seperti peony, teratai, dan krisan. Ada juga motif ikan, burung, dan naga.
Kini, cheongsam tak hanya dipakai oleh warga keturunan Tionghoa. Pakaian berpotongan pas badan ini sudah menjadi fesyen yang diminati masyarakat luas. Pecinta fesyen pada umumnya memakai cheongsam untuk acara-acara pernikahan atau yang bertema Tionghoa. Bahkan, ada juga yang memesan untuk acara pagelaran musik.
Jadi, cheongsam bisa menjadi tren fesyen seperti batik dan tenun. "Banyak konsumen yang membeli karena memang suka motifnya," ungkap Linda Rahmawati, pembuat cheongsam di Jakarta.
Karena semakin banyak orang yang menggemari baju ini, bisnisnya juga tidak terlalu mengandalkan Imlek. "Permintaan tetap ada, meski pun tidak sebanyak menjelang Imlek," ujar Peivy.
Menjelang Imlek penjualan cheongsam meningkat drastis. Linda dapat menjual hingga 100 potong per bulan. Pemilik Sinar Abadi di Pasar Senen, Jakarta Pusat ini membuat cheongsam dari aneka bahan, mulai sutera, satin, dan katun.
Harga cheongsam buatan Linda bervariasi, dari Rp 200.000 hingga Rp 500.000 per potong. Dengan harga itu, ia memperoleh pendapatan hingga Rp 45 juta per bulan menjelang Imlek. "Kalau selepas Imlek, pendapatan hanya sekitar Rp 25 juta saja," kata Linda.
Permintaan cheongsam, Peivy menambahkan, bisa naik sampai 70% menjelang Imlek. Ia menjual hingga 40 cheongsam per bulan dalam dua bulan sebelum perayaan Tahun Baru China. Dengan kisaran harga mulai Rp 600.000 hingga Rp 1 juta per set, dia meraih omzet sebesar Rp 35 juta sebulan.
Peivy membuat cheongsam berdasarkan pesanan karena desainnya akan menyesuaikan dengan bentuk tubuh si pemakai. Ia mengungkapkan, saat ini, tren cheongsam juga sudah mulai berubah.
Sekarang, banyak konsumen yang memesan cheongsam warna hitam sebagai variasi kelir merah dan marun. "Sebelumnya warna hitam dianggap tabu dalam perayaan Imlek," ungkap wanita yang merupakan jebolan Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo di Bali ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News