kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Gara-gara perias efek, hantu bergentayangan membawa rupiah


Rabu, 19 Januari 2011 / 14:04 WIB
Gara-gara perias efek, hantu bergentayangan membawa rupiah


Reporter: Dessy Rosalina, Markus Sumartomdjon | Editor: Tri Adi


Profesi perias efek khusus (special effect make up) belum banyak yang menekuni. Padahal, industri film, iklan dan pagelaran khusus kerap memakai jasa perias langka ini. Tapi, butuh dana dan keterampilan khusus untuk menekuni profesi ini.

Mereka yang pernah menyaksikan film Jelangkung, baik itu di layar lebar atau layar kaca, pasti bisa membayangkan karakter jelangkung di film garapan Jose Purnomo ini. Film horor ini menyedot perhatian banyak penonton dan berhasil menjadi salah satu film horor lokal tersukses di Indonesia.

Biasanya, jika sebuah film sukses, sutradara atau para pemainnya menjadi orang-orang yang ngetop pertama kali. Padahal, sejatinya, ada banyak pihak lain yang menentukan kesuksesan sebuah film. Salah satu yang tak boleh terlupakan adalah perias efek khusus atau special effect make up artist.

Tangan terampil para perias khusus ini membuat penampilan hantu di film Jelangkung begitu menakutkan. “Profesi ini begitu menantang,” kata Qiqi Franky, perias efek khusus yang menjadi pencipta hantu di film top itu.

Qiqi tak asal bicara. Untuk bisa menyulap orang menjadi hantu, seorang perias efek khusus harus memiliki daya imajinasi dan kreativitas tinggi. Mungkin karena itu pula, keterampilan adiluhung ini belum banyak ditekuni. Malah, jumlah orang yang menekuni profesi ini bisa dihitung dengan jari.

Padahal, permintaan jasa perias efek khusus ini cukup banyak. Tak cuma film bertema khusus saja, banyak proyek hiburan lainnya yang membutuhkan keahlian para special effect make up artist. Misalnya, peragaan busana dengan tema tertentu. Qiqi pernah menjadi perias model yang harus tampil dengan tampang futuristik di Fashion Bazaar Concerto, awal Desember silam. Orang seperti Qiqi juga bisa menjadi perias special effect pada pembuatan iklan hingga klip video.

Namun, karena langka, masih banyak rumah produksi yang menggaet perias efek khusus dari luar negeri, seperti Singapura. “Ya, karena itu tadi, profesi ini terbilang jarang yang menggeluti,” papar Qiqi.

Buat Qiqi, kelangkaan perias khusus ini justru menguntungkan. Ia cukup sering memperoleh tawaran pekerjaan. Di samping menjadi perias di serial film Jelangkung, perias yang sudah sepuluh tahun menggeluti profesi special effect make up artist ini juga pernah menggarap film Photograps. Tugasnya adalah mengubah penampilan aktor Nicholas Saputra menjadi seorang perempuan.

Selain Qiqi, para pengelola rumah produksi film juga mengenal nama Kumalasari Tanara sebagai perias special effect.Perias efek khusus ternama ini pernah menjadi perias di film Madame X, Macabre, dan Rumah Dara.

Bahkan, beberapa serial televisi buatan jaringan HBO pernah ia garap. Sebut saja The Tudors, Northanger Abbey, Kein Bund Fuers Leben, Botched, The Front Line, dan Short Order.

Booming film lokal beberapa tahun belakangan ini, tentu saja, membuat jasa Qiqi maupun Kumalasari semakin laris. Apalagi, semakin banyak film Indonesia yang menggunakan efek khusus. Meskipun, bujet film-film itu tidak sebesar film di Hollywood.

Namun, para perias special effect ini tak cuma mengandalkan film saja sebagai ladang bisnisnya. Terkadang, mereka mendapat pesanan dari biro iklan. Kumalasari mengaku sudah pernah ikut mengejakan puluhan iklan. Adapun Qiqi hanya menerima iklan yang ia anggap sanggup menguras isi otaknya.

Misalnya, iklan Coca-Cola dengan pemeran Jimmy Aditya. Iklan yang tayang tahun lalu ini menampilkan lima karakter Jimmy yang bertolak belakang. Mulai dari berpenampilan seorang pemuda, menjadi perempuan, dan hingga nenek-nenek.


Perlu bahan kimia

Yang menarik, para perias efek khusus juga bisa bekerja di luar film atau iklan yang membutuhkan special effect. Jika mereka tidak mendapatkan orderan dari produser film, iklan, atau pertunjukan khusus lainnya, mereka bisa melayani pekerjaan merias wajah biasa (make up artist). Maksudnya, mereka bisa merias pengantin dan juga foto studio. Asal tahu saja, perias efek khusus, biasanya, awalnya memang berprofesi sebagai perias wajah.

Namun, begitu perias spesial ini mendapat proyek, mereka akan melakukan persiapan matang. Rata-rata, jika si perias mendapat order di sebuah film, mereka akan menghabiskan waktu tiga bulan untuk meriset secara detail karakter yang ingin ditampilkan di film itu.

Setelah ada kesamaan persepsi, si perias akan langsung membuat produk contoh, misalnya berupa topeng hantu atau wajah yang cacat. Nah, prototipe inilah yang bakal menjadi patokan si perias dalam mengubah penampilan seorang pemeran film.

Untuk mengerjakan order iklan, perias membutuhkan waktu yang lebih singkat. “Satu hari juga bisa,” kata Kumalasari. Tapi, kalau iklan yang ditampilkan rada sulit, seperti iklan Coca-Cola, prosesnya bisa lebih lama. “Perencanaannya saja bisa satu bulan,” imbuh Qiqi.

Bisa kita bayangkan, betapa rumitnya pengerjaan proyek face off ini. Tak heran, profesi ini butuh keahlian dan ketrampilan khusus. Tidak cukup hanya sekadar keahlian memoles wajah saja.

Salah satu keahlian utama para special effect make up artist ini adalah keandalan dalam mencampur bahan kimia. Ini menjadi syarat penting. Sebab, muka yang terbakar atau daging yang mengelupas hanya bisa terbentuk dengan bantuan bahan kimia.

Tugas si pengubah karakter ini tak sampai di situ saja. Mereka juga harus memastikan bahwa bahan kimia yang dipakai atau kosmetik efek khusus aman dipakai. Biasanya, untuk memastikannya, si perias akan menguji coba terlebih dahulu kepada si aktor.

Misalnya, aktor yang mengalami luka bakar lebih aman memakai bahan topeng berbahan dasar silikon lantaran lebih kuat menahan suhu udara yang memanas. “Bahan kosmetik dipilih sesuai dengan kondisi film,” katanya.


Modal besar

Yang tidak kalah penting, para perias spesial itu harus bisa menampilkan karakter yang berbeda-beda. Misalnya, efek luka akibat benda tumpul harus berbeda dengan efek luka akibat benda tajam.

Kreativitas yang tanpa batas ini tidak datang dengan sendirinya. Meski perias ini tergolong mahir memperindah wajah orang kebanyakan, mereka kudu banyak belajar saat menekuni profesi ini.

Ambil contoh Kumalasari. Untuk memperdalam ilmu permak wajah, ia kerap mengamati biota laut. Baginya, aneka ragam warna dan bentuk pada ikan, kerang, kepiting, cumi-cumi, dan penghuni bawah laut lainnya bisa menambah gudang idenya saat bekerja.

Selain itu, membaca buku referensi dan menonton film, terutama yang banyak menampilkan efek khusus, menjadi kegiatan wajib.

Tak cuma itu saja, para perias ini kerap mengikuti pelatihan khusus soal special effect make up. Lantaran kursus ini masih jarang, mau tidak mau, mereka harus terbang ke luar negeri demi mendapatkan ilmu terbaru soal special effect.

Asal tahu saja, biaya kursus keterampilan unik ini tidak murah. Monica May, perias efek khusus asal Surabaya berencana memperdalam ilmu ini di Cinema Make Up, Los Angeles, akhir tahun nanti.

Ia akan belajar selama empat bulan di sana. Untuk itu, ia rela merogoh kocek sebesar Rp 150 juta. “Di Indonesia belum ada kursus semacam ini yang bagus,” katanya memberi alasan.

Mahalnya biaya kursus ini bukan tanpa sebab. Kebanyakan lembaga kursus ini bakal memberi contoh praktik karakter wajah dan tubuh yang berbeda-beda. Nah, membuat karakter seperti ini tidak murah. “Harganya mahal,” kata Monica yang mendapat anggukan dari Qiqi dan Kumalasari.

Ambil contoh, satu paket peralatan kosmetik efek khusus, bisa dijajakan minimal US$ 10.000. Isinya berupa cat wajah, pelembab wajah, rambut palsu, dan sebagainya.

Karena itu, menjadi perias efek khusus butuh modal besar. Tidak hanya ketika mempelajari keahlian ini, saat bekerja, mereka juga haru menyiapkan bahan baku kosmetik yang tak murah.

Celakanya, sekitar 90% bahan baku ini harus dibeli di luar negeri, terutama Amerika Serikat (AS). Pasalnya, negeri Hollywood ini memang menjadi barometer special effect.

Saat Monica mendapat job dalam pementasan drama di Surabaya, ia harus membeli lateks setengah liter seharga Rp 1 juta. Bahan ini ia datangkan dari Singapura.

Alhasil, dari anggaran pertunjukan sebesar Rp 13 juta, sebanyak Rp 6 juta habis ia belanjakan bahan baku pembuatan efek spesial untuk 13 karakter.

Meski begitu, pendapatan dari profesi ini tidak main-main. “Wah, bisa berlipat-lipat ketimbang perias biasa,” ucap Qiqi dengan nada serius. Tanpa mau menyebut angka pasti, ia mengaku mendapat bayaran sampai puluhan juta rupiah saat mendapat kontrak menjadi perias film di Jelangkung.

Biasanya ia memasang tarif dalam dolar AS. Pasalnya, segala bahan baku pembuatan efek khusus yang kebanyakan harus impor ini menjadi tanggung jawab dirinya. Nah, setelah mengeluarkan modal untuk pembelian bahan baku, tetap saja, si perias efek khusus ini mengantongi untung yang lumayan besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×