Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi
Kebutuhan tata suara berkualitas dalam acara hiburan atau acara resmi merupakan peluang bisnis nan menguntungkan bagi Harry Aprianto Kissowo. Lewat bendera V8sound.com, Harry menyewakan peralatan tata suara atau sound system berkualitas untuk keperluan konser dan juga perayaan 17 Agustus di Istana Negara.
Penggunaan perangkat tata suara atau akrab disebut sound system merupakan elemen penting sukses tidaknya sebuah kegiatan. Baik itu kegiatan atau acara resmi kenegaraan, keagamaan, hingga acara hiburan.
Bisnis penyediaan peralatan sound system itulah yang dilirik Harry Aprianto Kissowo. Dia merintis usaha penyewaan sound system ini sejak 2008 silam. Asyiknya, klien dari usaha jasa ini dari berbagai kalangan, yakni siapa saja yang lagi punya hajatan. Entah itu pengurus masjid, event organizer pertunjukan musik, hingga pihak protokoler Istana Kepresidenan.
Selain menyewakan peralatan sound system, Harry yang mengusung bendera V8sound.com itu juga memproduksi sound system sendiri. Soal kemampuan tak usah ragu, Harry merupakan jebolan dari Teknik Elektro dari Universitas Indonesia.
Sebelum terjun ke dunia tata suara, Harry lama berkecimpung dalam dunia event organizer (EO). Saat menggarap event itulah Harry sering merasa kecewa dengan kualitas sound system milik pihak ketiga itu.
Berkat keahliannya, Harry mampu memproduksi beragam perangkat sound system. Mulai dari sound system untuk konser maupun untuk urusan kenegaraan.
Salah satu pelanggan yang rutin menyewa perangkatnya itu adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Untuk peringatan 17 Agustus lalu, saya pakai sound system favorit Pak SBY yang warna merah putih," tutur ayah dari tiga orang putra itu.
Selain pernah masuk Istana, perangkat tata suara milik Harry sering digunakan untuk konser besar seperti: konser Linkin Park, Scorpion serta konser penyanyi solo Maher Zein.
Tak hanya di acara istana atau panggung hiburan saja, V8sound.com juga terlibat dalam kegiatan olah raga. Seperti penyelenggaraan Pekan Olah-raga Nasional (PON) 2008 serta penyelenggaraan SEA Games XXVI yang yang akan berlangsung di Palembang, November 2011.
Untuk membuat perangkat sound system itu, Harry sengaja mendirikan pabrik sendiri di Surabaya. Pabrik itulah yang mampu memproduksi 100 unit aneka perangkat sound system. Di antaranya adalah satelitte speaker, stage monitor, subwoofer, multi purpose speaker, amplifier, serta speaker package. "Yang pasti produk ini adalah karya anak bangsa," ungkap Harry.
Harry mengklaim, perangkat miliknya itu unggul dalam hal berat yang hanya 6 kg sampai - 9 kg saja. Selain itu kualitas suara lebih keras (mulai 110 desibel), serta praktis dan tahan terhadap guyuran hujan. "Kalau sound system impor beratnya capai 75 kg-125 kg," banding Harry.
Dengan memiliki usaha dari hulu hingga hilir, wajar jika Harry sanggup meraup omzet miliaran rupiah. Selain menyewakan sound system sendiri, Harry juga memproduksi sekaligus menjual peralatan itu.
Pembeli sound system karya Harry kebanyakan datang dari luar negeri, seperti Filipina, Singapura, Rusia, Swiss, Jerman, dan Italia. Kini Harry sedang menjajaki pasar baru yaitu Inggris, Amerika, Serikat dan Jepang. "Kebetulan ada yang tertarik memasarkan produk saya di sana," katanya.
Soal harga, perangkat sound system itu punya harga beragam. Untuk speaker standar konser dijual US$ 2.300 - US$ 2.600 per unit. "Harga ini murah jika dibandingkan merek luar yang harganya US$ 10.000 per unit," terang Harry.
Selain merajai dunia tata suara di Indonesia, Harry pernah menjadi konsultan tata suara di Olimpiade Beijing pada 2008. Selain itu ia sering terlibat dalam pameran sound system dunia seperti Messe Frankfurt Prolight + Sound pada 2010 dan tahun ini.
Walau sibuk, Harry tidak melupakan urusan rohani. Ia sekarang sibuk membuat perangkat sound system untuk masjid dengan merek Al Karim untuk 1.000 masjid di Aceh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News