kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gustinov membuat sepeda listrik untuk mengaliri listrik warga


Senin, 07 November 2011 / 16:36 WIB
Gustinov membuat sepeda listrik untuk mengaliri listrik warga
ILUSTRASI. Petugas teller memperlihatkan mata uang rupiah pecahan Rp 100 ribu di salah satu bank/pho KONTAN/Carolus Agus waluyo.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi

Karena sulit mendapat aliran listrik membuat Gustinov Brilliant Aji Putra menemukan cara membuat listrik dari sepeda. Sepeda bernama Eco Bike itu menghasilkan listrik setelah dikayuh. Agar bermanfaat, Gustinov melatih warga korban bencana letusan gunung Merapi membuat sepeda eco bike sendiri dengan barang bekas seadanya.

Bencana letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah tahun silam meninggalkan kesedihan mendalam bagi sebagian penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Selain jatuhnya korban jiwa, banyak harta benda yang hangus dilanda awan panas Merapi.

Namun, di balik bencana selalu ada hikmah. Demikian juga dengan bencana Merapi. Bencana ini mampu membangun rasa solidaritas bagi sesama warga. Banyak bantuan kemanusiaan mengalir untuk korban bencana. Tidak hanya berupa harta-benda, banyak juga yang membantu dengan tenaga atau sesuai dengan keahliannya.

Salah satu warga yang terlibat membantu warga dengan tenaga dan pikiran ini adalah Gustinov Brilliant Aji Putra. Pria asal Bantul, Yogyakarta ini dengan keahliannya mampu menciptakan sepeda yang bisa menjadi sumber listrik alternatif yang bermanfaat bagi korban bencana.

Gustinov menyebut sepeda listrik itu dengan nama eco bike. Sepeda listrik itu didesain menjadi sumber energi listrik tanpa menggunakan bahan bakar minyak. "Dengan eco bike warga tak perlu bergantung pada bahan bakar minyak atau listrik PLN," terang Gustinov.

Manfaat penting sepeda listrik ini akan terasa saat aliran listrik dari PLN padam. Apalagi usai bencana letusan gunung Merapi, banyak sistem jaringan PLN yang lumpuh. "Usai bencana itu, warga butuh pasokan listrik alternatif," katanya.

Ide membuat eco bike telah mencuat sebelum gunung Merapi meletus. Gustinov bilang, ide membuat eco bike ini pertama kali muncul saat bencana gempa bumi melanda kabupaten Bantul pada 2006 lalu. "Waktu itu pasokan listrik padam selama sepekan," kenang Gustinov.

Padamnya aliran listrik itu membuat ekonomi warga Bantul lumpuh. Kondisi itulah yang menjadi perhatian Gustinov. Dari situlah, Gustinov mulai mencari jalan keluar agar warga bisa menikmati aliran listrik lagi.

Untuk mewujudkan ide itu, Gustinov membuat pembangkit listrik sederhana, yakni pembangkit dari sepeda. Apalagi di Yogyakarta gampang menemukan sepeda. "Sebagian sepeda warga itu banyak yang sudah tidak terpakai," kata alumnus Sistem Informasi Akademi Ilmu Komputer (AMIKOM) Yogyakarta itu.

Agar sepeda bisa menjadi sumber listrik, pertama-tama sepeda harus dibuat statis alias tidak bisa jalan. Setelah itu pedal sepeda digunakan untuk memutar dinamo bukan memutar roda sesuai dengan fungsi aslinya. "Saat pedal dikayuh, maka listrik akan mengalir ke dinamo," kata Gustinov.

Setelah listrik tersimpan dalam dinamo, selanjutnya listrik disalurkan ke aki dengan bantuan converter, sebuah alat yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.

Arus listrik yang masuk ke aki itu bisa tersimpan dalam jangka waktu lama. Setelah aki penuh, listrik yang ada pada aki bisa digunakan untuk memutar motor listrik yang kelak menghasilkan listrik dua arah (AC). "Listrik dari motor listrik itulah yang mampu menghidupkan lampu penerangan," terang Gustinov, panjang lebar.

Menurut Gustinov, dengan mengayuh sepeda listrik selama lima menit, bisa menyalakan lampu neon selama setengah jam. Semakin lama sepeda statis dikayuh maka semakin banyak pasokan listrik yang tersimpan di dalam aki.

Tentu saja, Gustinov tak hanya membuat sepeda listrik untuk kepentingan amal saja. Dia juga sudah memperdagangkan eco bike-nya itu. Bahkan, sepeda listrik ini sudah ada beberapa pembeli dari Kalimantan, Sumatra, dan Papua.

Soal harga, Gustinov membanderol sepeda listrik ini Rp 6 juta per unit. Dalam sebulan, Gustinov mampu memproduksi empat unit sepeda listrik.

Agar karyanya lebih sempurna, Gustinov belakangan ini sedang mempersiapkan eco bike generasi ke-II. Jika tidak ada aral melintang, sepeda listrik generasi kedua itu akan diluncurkan ke pasaran bulan depan. "Kami menyebutnya sepeda listrik eco bike generasi ke-II," terang Gustinov.

Harga eco bike generasi kedua itu rencananya dijual lebih murah. Gustinov bilang, sepeda generasi kedua itu dibanderol hanya Rp 2,5 juta - Rp 3 juta per unit. "Harga saya turunkan agar makin terjangkau," ujar Gustinov.

Walaupun menjual sepeda secara komersial, Gustinov mengaku sepeda listrik itu ia produksi untuk misi sosial. Ia telah mengajari warga membuat eco bike secara cuma-cuma. Baru-baru ini saja Gustinov melatih warga korban letusan gunung Merapi yang butuh pasokan listrik alternatif.

Gustinov memiliki harapan, warga yang sudah dilatih itu bisa membuat sepeda listrik sendiri. Selain hemat biaya, sepeda listrik itu juga bisa menyehatkan warga karena harus mengayuh sepeda itu.

Adapun peralatan yang dibutuhkan membuat sepeda listrik itu tidaklah mahal. Karena sepeda listrik ini bisa dibuat dari barang bekas yang banyak dijual pedagang barang bekas di Yogyakarta. "Eco bike bisa dibikin dari sepeda bekas, kok. Tidak harus menggunakan sepeda baru atau sepeda yang masih berfungsi normal," katanya.

Walaupun harus membagi pengetahuan kepada warga, Gustinov mengaku tidak merasa rugi. Ia bilang, pengetahuannya dalam membuat sepeda listrik itu bukan untuk mencari keuntungan materi belaka, melainkan juga untuk membantu sesama. "Semakin banyak masyarakat yang mau mengayuh sepeda listrik ini, mereka juga ikut melindungi bumi ini," kata Gustinov.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×