Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi
Terlahir dalam keluarga perajin yang membuat lukisan dari bahan-bahan alami seperti kulit bawang dan jerami, Budie Setyawan terpacu membuat karya sendiri dengan bahan alami. Pilihannya jatuh pada pelepah pisang. Memulai usaha dengan menawarkan lukisan dari pintu ke pintu, kini, Budie mampu meraup omzet hingga Rp 20 juta per bulan.
Saat masih remaja, ketika teman-teman sepantarannya lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain, Budie Setyawan sudah terbiasa membantu keluarganya untuk membuat lukisan dari bahan alami seperti kulit dari kulit bawang dan jerami.
Namun, dalam perkembangannya, Budie mulai melirik pelepah pisang sebagai media lukisan untuk membuat karya lukisan sendiri. Tektur yang keras dan kuat membuatnya yakin pelepah pisang bisa diolah menjadi bahan lukisan.
Di usinya yang belum genap 14 tahun, saat itu, Budie sudah berhasil membuat lukisan dari pelepah pisang. "Saat itu, belum banyak orang yang membuatnya," kata Budie.
Lukisan pelepah pisang pertama Budie bertema pemandangan. Ia menawarkan lukisan pelepah pisangnya itu ke tetangganya di sekitar rumahnya, Bogor. "Banyak yang memuji tapi belum membeli," kenangnya.
Ada juga pemilik rumah yang menolak lukisannya seraya mengejek karyanya. "Lukisan dari sampah saja, kok harganya mahal," ujar Budie menirukan ejekan tersebut.
Budie yang pertama kali menjual lukisan pelepah pisangnya tahun 1996, Budie tak putus asa. Ia kian terpacu membuat karya lebih bagus. Ia juga melirik lukisan wajah yang saat itu belum booming. Budie juga mengasah kemampuan dengan belajar kaligrafi dan fotografi agar mahir soal detil lukisan.
Selepas lulus sekolah, Budie kian yakin menekuni usaha lukisan pelepah pisang. Selain tak butuh modal yang besar, bahan baku pelepah pisang juga mudah didapat. "Sudah begitu, alat kerjanya sederhana," ujarnya.
Untuk membuat lukisan pelepah pisang, si pelukis sejatinya hanya perlu memberi sentuhan imajinasi di atas lukisannya, ditambah ketekunan dan kreativitas pelukis.
Sadar kalau lukisan pisang belum terlalu tenar, Budie makin giat mengenalkan hasil karyanya dari pintu ke pintu di daerah Bogor. "Saya bahkan menjual lukisan saya ke ketua RT setempat," kata Budie sambil tertawa.
Rumah ketua RT menjadi pilihannya karena lokasi ini adalah tempat promosi yang bagus. "Rumah ketua RT sering dikunjungi warga. Ketika berkunjung dan melihat di dinding ada lukisan saya, mungkin ada pembeli yang tertarik dan membeli lukisan saya," terang Budie.
Cara ini cukup ampuh membuat lukisan Budie terkenal dari mulut ke mulut di sekitar rumahnya hingga di kawasan Bogor. Seiring dengan ketenaran namanya, usaha Budie ini mulai berbuah manis.
Lukisan pelepah pisang Budie kian terkenal dan dicari banyak orang. Ia kerap dihubungi oleh nstansi pemerintah seperti Kementrian UKM dan Koperasi serta Kementrian Perdagangan. Budie juga menerima undangan untuk mengisi stand pameran dan menjual lukisan pelepah pisang.
Bahkan, tahun 2007, Dewan Koperasi Indonesia mengajak Budie membuka kios di Thamrin City yang memajang hasil karya lukisan nya. "Saya dibantu secara pemasaran. Setiap kali ada tamu dari negara lain mereka memberikan kenang-kenangan berupa lukisan pelepah pisang saya," imbuh Budie.
Budie juga kerap mendapat pesanan lukisan wajah. Ia pernah diminta melukis wajah para pejabat seperti Fahmi Idris, Syarief Hasan, hingga aktris Vicky Burki.
Budie juga telah menjual lukisannya ke Malaysia, Jerman, dan Jepang. Budie mengirim 20 lukisan bertema pemandangan ke negara-negara itu tiap dua bulan. Harganya Rp 200.000 sampai Rp 400.000 untuk ukuran 20 cm x 30 cm. Sedangkan untuk ukuran 120 cm x 80 cm seharga Rp 1 juta-Rp 6 juta.
Melalui hasil penjualan lukisan pelepah pisangnya, ia mampu meraih omzet Rp 20 juta tiap bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News