kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Haiya, ini kesempatan berbisnis camilan China


Rabu, 13 Oktober 2010 / 10:35 WIB
Haiya, ini kesempatan berbisnis camilan China
ILUSTRASI. Premi Asuransi Jiwa


Reporter: Sofyan Nur Hidayat, Sopia Siregar | Editor: Tri Adi


Penggemar makanan kecil tradisional China ini cukup banyak. Karena itu potensi pasarnya cukup menggiurkan. Kunci sukses berbisnis makanan yang khas ini adalah kemampuan untuk menyediakan menu beragam dengan kualitas rasa prima.

Makanan ringan seperti siomay, bakpao, lumpia, dan pangsit sudah lama dikenal dalam dunia kuliner Indonesia karena rasanya yang pas dengan lidah kita. Sebenarnya, makanan-makanan tersebut merupakan bagian dari jenis makanan kecil asal China yang biasa disebut dim sum. Variasinya sangat banyak dan biasa tersaji di restoran china.

Dim sum biasa disajikan dalam krakat atau kukusan bambu. Camilan sarapan ala China Selatan ini biasa dijual per krakat berisi dua–empat dim sum.

Lantaran banyak penggemar, peluang usaha dim sum pun menganga lebar. Sekarang penjual dim sum bertebaran. Maklum, menurut para pelakunya, keuntungan berjualan dim sum tak kalah lezat dari rasanya.

Tengok saja pengalaman Sarono, pemilik Kurnia Dim Sum di Jakarta. Omzet Surono dari bisnis ini sudah mencapai Rp 40 juta per bulan. Setelah dipotong biaya operasional, laba bersih yang ia bawa pulang sekitar 40% dari omzet.

Mantan koki restoran ini sudah merintis usaha dim sum sejak 1994. Berawal dari kantin kecil di sebuah sekolah dan tenda di Senayan, kini Sarono memiliki kedai di food court Gedung Panin, Jalan Sudirman, Jakarta Selatan. Ia juga membuka katering dim sum.

Rezeki mengalir pula ke Dim Sum Kampoeng, restoran yang bertengger di Jalan Pajajaran 43B, Bogor, Jawa Barat. Baru berjalan kurang dari dua tahun, restoran ini sudah mampu meraup omzet rata-rata per bulan Rp 25 juta–Rp 30 juta. Adapun margin keuntungan sekitar 20%–30% dari omzet. “Semula kami memprediksi balik modal dalam lima tahun, tapi ternyata setelah setahun sudah kembali modal,” kata Okki Ariana, satu dari empat pemilik Dim Sum Kampoeng.

Zuhri Ardiyanto pun sudah mencecap legitnya berbisnis dim sum. Mirip dengan kisah sukses Sarono, Zuhri sebelumnya karyawan di kedai dim sum yang memutuskan membuka usaha sendiri. Dia pernah mendirikan kedai bernama Raja Dimsum di sebuah mal di Bandung pada tahun 2006 dengan modal Rp 10 juta. Usahanya berkembang pesat hingga mencapai omzet Rp 30 juta per bulan. “Saya melepas kedai itu di tahun 2009 karena ada yang bersedia membeli dengan harga tinggi,” papar Zuhri.

Dia lantas mendirikan lagi kedai dim sum di mal berbeda, masih di Bandung. Saat ini, usahanya sudah berjalan setahun. Omzetnya rata-rata Rp 9 juta per bulan dengan laba bersih sekitar Rp 3 juta.

Ada juga Yenny yang baru menjajal usaha ini beberapa bulan lalu. Dia melihat peluang besar untuk membuka kedai dim sum di Sidoarjo karena selama ini kedai sejenis belum ada di Kota Lumpur itu. Alhasil, meski baru enam bulan membuka usaha, Yenny sudah mengantongi omzet sekitar Rp 10 juta dan mengiris laba bersih Rp 4 juta sebulan.

Menurut Okki, bisnis makanan dim sum masih sangat menjanjikan. Ada beberapa alasan yang mendasari pendapat itu.

Pertama, variasi makanan sangat banyak sehingga terbuka kesempatan bagi penjual ber-inovasi terus-menerus.

Kedua, laba bisa mencapai 20% dari pendapatan.

Ketiga, pemain di bisnis ini belum terlalu ramai sehingga persaingan tidak terlalu ketat.

Keempat, pasar juga masih terbuka luas dan belum banyak tergarap.

Nah, apakah Anda berminat menggeluti bisnis makanan mungil ini? Tunggu dulu, sebelum memulai usaha, pengalaman para pelaku usaha berikut ini mungkin akan membantu Anda. Simak ulasannya berikut ini.


Modal

Satu hal paling awal yang harus Anda pikirkan sebelum mengawali bisnis adalah memperhitungkan kebutuhan modal. Seperti halnya bisnis makanan lain, modal yang harus disiapkan antara lain sewa lokasi gerai, etalase, meja, dan kursi, serta peralatan memasak dan perkakas hidangan.

Biaya sewa lokasi gerai berbeda-beda. Sebagai gambaran, Yenni yang membuka usaha di Sidoarjo membutuhkan dana Rp 20 juta per tahun untuk menyewa ruangan berukuran 10 meter x 4 meter. Di Jakarta, sewa tempat seluas itu tentu jauh lebih mahal. Sebagai langkah awal, tak ada salahnya Anda memulai dengan ruang berukuran 2 meter x 4 meter.

Gerai harus diisi perabotan seperti etalase, meja, dan kursi. Sebagai gambaran, Okki menjelaskan, kedai berukuran 30 meter persegi (m²) sampai 40 m² dengan daya tampung sekitar 20 orang hingga 30 orang, dana perlengkapan yang harus disiapkan sekitar Rp 25 juta.

Peralatan masak juga harus Anda siapkan. Peralatan masak standar berupa kompor gas, wajan, dan panci pengukus. Jangan lupa sediakan freezer agar dim sum Anda bisa bertahan hingga tiga hari.

Selain itu Anda juga harus menyediakan peralatan makan terdiri dari krakat, piring, sendok, garpu, sumpit, dan mangkuk sambal. Peralatan masak plus makan tersebut butuh modal sekitar Rp 10 juta.


Variasi menu

Kalau Anda sendiri tak bisa membikin dim sum yang enak, pekerjakan koki yang memang bisa dan biasa meracik camilan ini. Maklum, jenis dim sum sangat banyak. Umumnya penjaja dim sum hanya menjual beberapa jenis. Namun, semakin variatif menu yang Anda tawarkan, semakin senang pelanggan datang.

Sarono, ambil contoh, menjual sembilan jenis dim sum termasuk hakau, siomay, cikau, bakpau, lumpia, kaikiok, maco, hatausi, dan baso. Begitu pula dim sum Kampoeng, menu yang mereka pasang tak jauh berbeda dengan Sarono. Cuma, di sini tersedia spring roll dan tahu seafood.

Satu porsi dim sum biasanya berisi dua atau empat buah makanan. Harga bervariasi antara Rp 7.000−Rp 11.000 per porsi.

Sebagai pelengkap sajian, siapkan pula sambal atau saus khusus untuk dim sum. “Saus bisa beli, tapi perlu ditambah bumbu khusus agar rasanya lebih sedap,” kata Sarono.

Bahan baku pembuatan dim sum tak terlampau sulit diperoleh. Bahan baku utama camilan ini antara lain tepung kanji, sayuran, ayam, dan udang. Selain itu tepung tamien untuk membuat kulit dim sum, kecap, dan minyak wijen. “Beberapa bahan baku tersebut memang merupakan barang impor dari China,” kata Sarono.


Lokasi dan pasar

Meski peminat dim sum sudah mulai banyak, jenis makanan ini belum terlalu populer di masyarakat. Jadi Anda harus benar-benar jeli memilih lokasi usaha sesuai dengan target pasar.

Sarono menyarankan agar Anda memilih lokasi usaha yang berdekatan dengan pusat keramaian. Ia mencontohkan daerah perkantoran atau kawasan tempat olahraga.

Lokasi lain yang cocok, menurut Zuhri, adalah pusat perbelanjaan alias mal. Selain itu, kompleks perumahan juga pas. “Lokasi yang jauh dari keramaian juga bisa, asalkan target pasarnya jelas dan mereka memang ingin bersantap dengan situasi yang tenang dan nyaman,” imbuh Okki.

Yang terang, sebelum memilih lokasi usaha, Anda harus mempertimbangkan target pasar yang Anda bidik. “Lokasi tinggal menyesuaikan segmen pasarnya,” tutur Zuhri.

Zuhri sendiri mengincar segmen pasar menengah atas. Oleh sebab itu ia membuka kedai dim sum di pusat perbelanjaan.

Begitu pula Okki. Ia dan kawannya membuka usaha dim sum di kawasan elite Bogor lantaran target pasar Dim Sum Kampoeng adalah keluarga muda menengah atas yang mencari camilan bergizi untuk keluarga. “Kami juga membidik segmen khusus yang kami sebut dim sum lover,” urainya.

Jenis pelanggan ini biasanya loyal dan tahu persis kualitas dim sum yang baik. Jadi, mereka tidak terlalu mempermasalahkan soal harga.


Strategi pemasaran

Kualitas produk dan harga yang bagus tidak akan ada artinya apabila Anda salah menerapkan strategi pemasaran. Salah satunya adalah memberikan pelayanan yang baik dan ramah ke pembeli supaya mereka bisa menjadi pelanggan setia Anda.

Kalau sudah mendapatkan banyak pelanggan, Anda juga harus bisa menjaga hubungan baik dengan mereka. Kiat Sarono bisa ditiru. Dia rajin membagi kartu nama dan nomor telepon kepada pelanggan. Jadi, si pelanggan bisa menghubungi dia kapan saja membutuhkan.

Cara promosi lain adalah menyebar brosur soal kedai dan produk Anda. Anda juga bisa memasang iklan di media massa atau lewat internet. Buatlah situs atau blog tentang kedai Anda. Jika ada yang tertarik, mereka akan menelepon atau datang langsung.

Memanfaatkan situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, atau Foursquare juga bisa dilakukan. Cara promosi ini telah dilakukan Dim Sum Kampoeng. Bagi segmen pasar dim sum lover, Dim Sum Kampoeng juga memberi pelayanan spesial berupa penawaran paket-paket promosi yang menarik bagi mereka.

Selamat berbisnis dim sum. Semoga lekas balik modal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×