kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga bahan baku naik di musim hujan (3)


Rabu, 01 Oktober 2014 / 14:27 WIB
Harga bahan baku naik di musim hujan (3)
ILUSTRASI. Gelar RUPST, Garudafood Putra Putri Jaya (GOOD) tebar dividen tunai sebesar Rp 219,2 miliar. KONTAN/Baihaki/14/04/2023


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri

Sentra pembuatan kerupuk pasir di Desa Bulusari, Kabupaten Kediri terbilang unik. Pasalnya, seluruh pengusaha membeli bahan baku dari desa tetangga yang sebagian besar warganya memproduksi tepung tapioka.

Jainal salah satu produsen kerupuk pasir di sentra ini bilang, selama ini para produsen kerupuk tidak pernah memiliki kendala dalam mencari bahan baku, terutama saat musim panas. Namun, saat musim penghujan tiba, bahan baku agak sulit didapat. Alasannya, banyak tepung tapioka yang belum selesai diproses.

Sebab, pembuatan tepung tapioka di desa tetangga tersebut juga masih menggunakan cara tradisional. Sehingga ketika intensitas hujan tinggi, proses pembuatan tepung pun terhambat karena proses pengeringan tepung akan membutuhkan waktu lebih lama.

Kondisi ini membuat harga tepung tapioka merangkak naik. Ujung-ujungnya ini berimbas pada bisnis para produsen kerupuk pasir. Wahyudi, produsen kerupuk pasir lainnya mengatakan, untuk menyiasati kecilnya margin, dia mau tak mau menaikkan harga jual kerupuk sekitar Rp 100 per kilogram (kg).

Sementara Jainal mengaku lebih memilih untuk memborong tepung tapioka sebelum musim penghujan. Ini dilakukan agar terhindar dari kenaikan harga bahan baku. Umumnya para pengusaha kerupuk pasir sudah mempunyai pemasok langganan. "Lagipula, tepung tersebut tahan disimpan sampai dua bulan," kata Jainal.   

Untuk urusan promosi, para penjual kerupuk pasir di sentra ini nyaris tidak pernah melakukan usaha apapun untuk membuat kerupuk buatan mereka dikenal pasar. Lantaran usia sentra ini sudah cukup tua, sehingga banyak tengkulak yang datang sendiri untuk mencari kerupuk ke sana.

Meski hingga 80% warga di sana berprofesi sebagai pengusaha kerupuk pasir, namun mereka tidak saling melakukan perang harga. Persaingan antar pengusaha pun masih sehat. Mereka membanderol harga jual produk di harga yang sama yakni Rp 7.000 per kg.

Selain itu, setiap pengusaha kerupuk pasir sudah mempunyai konsumen masing-masing dan memiliki tengkulak langganan. Agar pelanggan tidak lari ke produsen lain, Jainal misalnya, berusaha untuk menjaga kualitas kerupuk buatannya dan memenuhi seluruh permintaan yang datang.

Wahyudi pun mengaku untuk menerima pesanan kerupuk pasir sesuai permintaan konsumen. Misalnya, permintaan kerupuk dengan rasa atau ukuran tertentu. Hingga saat ini, bapak dua anak ini memproduksi tiga macam ukuran kerupuk. Wahyudi mengklaim, untuk menjaga kualitas produk, dia tidak menggunakan bahan pengawet.

Para pengusaha kerupuk pasir mengharapkan ke depannya mereka bisa menaikan jumlah produksi dan bisa lebih mudah mencari tenaga kerja. Terkadang, karyawan yang sudah mahir membuat kerupuk akhirnya membuka usaha sendiri.

Sebab, kini banyak investor yang datang dari luar Kediri yang mencari pembuat kerupuk pasir kemudian memberikan  modal usaha untuk kemudian mendirikan pabrik.      

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×