kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.902.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.450   167,00   1,00%
  • IDX 6.816   48,94   0,72%
  • KOMPAS100 985   6,24   0,64%
  • LQ45 763   1,83   0,24%
  • ISSI 216   1,39   0,64%
  • IDX30 397   1,52   0,38%
  • IDXHIDIV20 474   2,31   0,49%
  • IDX80 111   0,22   0,20%
  • IDXV30 115   -0,82   -0,71%
  • IDXQ30 130   0,67   0,52%

Harry sukses melewati masa sulit (3)


Selasa, 29 Januari 2013 / 12:14 WIB
Harry sukses melewati masa sulit (3)
ILUSTRASI. Harga mobil bekas SUV mulai Rp 60 juta, sudah dapat Nissan X-trail generasi kedua


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri

Memulai usaha dari nol, Harry Akbar kini sukses mengelola bisnis batik khas Jambi dengan omzet ratusan juta per bulan. Namun, kesuksesan itu tidak datang dengan mudah. Beberapa kali ia menemui kendala dalam menjalankan usaha ini.

Di masa awal-awal merintis usaha sekitar tahun 2009, usahanya memang berjalan lancar. Bahkan pada tahun 2010, omzet usahanya sudah mencapai di atas Rp 100 juta per enam bulan.

Namun, di awal tahun 2011, pendapatan usahanya merosot dan membuatnya harus berpikir keras untuk membangun kembali usahanya. "Waktu itu, ada kelangkaan bahan baku, sehingga saya kewalahan memenuhi pesanan," kenang Harry.

Akibat kelangkaan bahan baku itu, omzet Harry turun hingga di bawah Rp 85 juta dalam waktu enam bulan. Ia pun tak sanggup membayar gaji para karyawannya.

Saat itu, Harry mulai khawatir akan masa depan bisnisnya. Terlebih, pemasaran batiknya saat itu masih terbatas di wilayah Jambi. Tetapi, hal itu tidak membuatnya putus asa.

Belajar dari pengalaman, Harry mencoba bangkit dan fokus membesarkan lagi usahanya yang nyaris terpuruk. "Momen itu saya manfaatkan untuk merefleksikan ulang soal kekurangan dan kelemahan dalam menjalankan bisnis," katanya.

Untuk membangun kembali usahanya ini, Harry kemudian meminjam lagi modal dari Bank Mandiri. Pinjaman modal itu dipakainya buat mengatasi kendala bahan baku.

Dari segi produk, Harry juga mulai melakukan diversifikasi dengan memproduksi batik tulis. Ia juga memilih terjun langsung ke lapangan untuk mempromosikan produk batiknya di pasar.

Pada akhir 2011, Harry mulai membuka jalur pemasaran hingga ke Jakarta. "Di Jakarta, saya mempromosikan produk saya secara door to door," akunya. Lewat jerih payahnya itu, Harry pun berhasil membina hubungan baik dengan sejumlah pemasok dan distributor batik di Jakarta.

Dengan memiliki jaringan bisnis di Jakarta, ia tak lagi kesulitan memasarkan produk batiknya ke kota-kota lain. Soalnya, agen di Jakarta sudah memiliki jaringan di sejumlah kota. Para agen itu juga yang membantu mempromosikan batik buatannya.

Selain di sejumlah kota di Indonesia, popularitas batiknya kini bahkan sudah sampai di mancanegara, seperti Paris, Banglades, Dubai, Arab Saudi, Malaysia dan Singapura.

Berkat jaringan pasar yang luas, omzet Harry pun sudah mencapai di atas Rp 100 juta per bulan. Kendati omzetnya sudah ratusan juta, ia tidak lantas cepat puas. Ia masih ingin membesarkan lagi usahanya. "Saya ingin membuka gerai sendiri di Jakarta," katanya.       

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×