Reporter: Noverius Laoli | Editor: Tri Adi
Hendar Rogesta menularkan pengetahuan menenun kepada masyarakat miskin di sekitar tempat tinggalnya di Garut, Jawa Barat. Pelatihan itu sampai ke tahap menyusun corak dan warna kain tenun berdasarkan desain yang ada. Kini mereka sudah mahir menenun dan dapat penghasilan.
Terdorong keinginan untuk melestarikan tenun sutra khas Garut, Hendar Rogesta tergerak untuk menularkan keterampilan menenun kepada masyarakat miskin yang tinggal di daerah sekitarnya di Kampung Panuwuan Sukajaya, Garut, Jawa Barat.
Sejak tahun lalu, ia memberdayakan sebanyak 20 orang warga sekitar untuk belajar menenun. "Sebagian besar dari mereka adalah ibu-ibu rumah tangga yang tidak punya penghasilan," kata Hendar.
Awalnya, pelatihan ini hanya diberikan kepada beberapa orang saja. Tapi, karena peminatnya banyak, jumlah pesertanya pun terus bertambah. Ke depan, ia ingin memberdayakan lebih banyak lagi warga di daerah sekitarnya.
Pelatihan menenun itu sampai ke tahap menyusun corak dan warna kain tenun berdasarkan desain yang ada. Ada beberapa corak yang umumnya dikerjakannya, seperti kain ikat tenun corak bunga khas Garut. "Ada yang menggunakan corak bunga puspa dan corak bunga tapak dara," kata Hendar.
Saat ini, para warga yang mendapat pelatihan itu sudah terampil menenun. Karena terkendala permodalan, mereka kini masih bekerja untuk Hendar. "Jadi selain melatih menenun, saya juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar," ujarnya.
Hendar sendiri memiliki usaha pembuatan tenun di bawah bendera usaha Sutra Alam Mandiri. Kendati bekerja untuknya, Hendra lebih menganggap mereka sebagai mitra.
Untuk itu, mereka tidak diberi gaji per hari. Pendapatan yang mereka kantongi ditentukan dari seberapa panjang kain yang berhasil mereka olah menjadi kain tenun. "Jadi sistem borongan," kata Hendar.
Dengan sistem borongan ini, ia ingin mereka semakin giat bekerja. Sebab, semakin rajin menenun, kian besar pula pendapatan yang mereka dapatkan. "Mereka pun akan semakin terampil," ujar Hendar.
Dengan dibantu para ibu-ibu rumah tangga tersebut, kapasitas produksi Hendar kini terus meningkat. Bila sebelumnya hanya bisa menghasilkan sekitar 60 meter kain per bulan, saat ini sudah mencapai 300 meter per bulan. "Kain tenun buatan mereka kini sudah sangat berkualitas dan laku di pasar," ujarnya.
Sebagai perajin tenun, Hendar memiliki enam mesin tenun yang dioperasikan secara manual. Dalam sehari, setiap mesin bisa menghasilkan dua meter kain tenun sutra. Dari enam mesin tersebut, ia bisa memproduksi sebanyak 12 meter kain tenun ikat sutra. Dalam sebulan, Hendar bisa menghasilkan rata-rata 300 meter kain sutra.
Kain tenun itu dijual mulai Rp 350.000 hingga Rp 500.000 per meter. Sebagian besar produknya dipasarkan ke Jakarta. "Kami memiliki sejumlah pelanggan tetap di Jakarta yang siap menampung produk buatan kami," paparnya.
Hendar mengaku bisa menghasilkan omzet rata-rata Rp 120 juta dalam sebulan. Meskipun demikian margin laba bersihnya sangat tipis yakni sekitar 6% saja. "Kami biasanya memang tidak mengambil untung besar," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News