Reporter: Havid Vebri | Editor: Tri Adi
Dari beberapa jenis makanan daerah, Jenang Kudus Mubarok termasuk yang paling populer. Jenang produksi PT Mubarokfood Cipta Delicia ini telah hadir sejak 1910. Kini, usia perusahaan telah mencapai generasi ketiga yang dikendalikan Muhammad Hilmy. Di tangannya, Jenang Mubarok kian terkenal.
Bagi Anda penggemar jenang kudus, merek Jenang Kudus Mubarok pasti sudah tak asing lagi. Jenang khas Kota Kudus, Jawa Tengah ini memang sudah lama tersohor, bahkan sejak zaman Orde Lama berkuasa.
Merek Jenang Kudus Mubarok memang telah terdaftar di Indonesia sejak tahun 1946. "Di saat pelaku usaha secara mayoritas belum memiliki kesadaran mengajukan merek, orang tua saya sudah mengajukan permohonan perlindungan merek," kata Muhammad Hilmy, Direktur Utama PT Mubarokfood Cipta Delicia (MCD), produsen Jenang Kudus Mubarok.
Lantaran sudah dikenal luas, Jenang Kudus Mubarok hingga saat ini menjadi salah satu ikon buah tangan khas Kota Kudus. Terbukti, setiap wisatawan yang berkunjung atau sekadar lewat di Kota Keretek itu selalu menyempatkan diri untuk membeli camilan manis yang kenyal ini sebagai buah tangan.
Hilmy sendiri merupakan generasi ketiga penerus usaha pembuatan Jenang Kudus Mubarok. Usaha ini pertama kali dirintis oleh pasangan suami istri, Mabruri dan Alawiyah pada tahun 1910. Saat itu, pembuatan jenang baru dilakukan sebatas memenuhi pesanan untuk acara pernikahan dan khitanan. Selain itu, pasangan ini belum memberikan merek terhadap jenang buatan mereka.
Setelah Alawiyah wafat, tepatnya pada 1942, usaha pembuatan jenang kemudian dilanjutkan putranya Achmad Shochib. Di bawah kepemimpinan Shochib, bisnis jenang kudus mulai berkembang dan diproduksi secara massal.
Di masa ini pula, Shochib mulai mengembangkan merek jenang dengan nama Mabrur, Mubarok, dan Viva yang ditawarkan dengan berbagai pilihan aroma rasa yang berbeda.
Pada 1992, Shochib resmi menyerahkan kendali perusahaan kepada Muhammad Hilmy sebagai salah seorang putra kandungnya,. Sebenarnya, menurut Hilmy, sejak awal orang tuanya sudah menyiapkan kakaknya sebagai penerus usaha. Kendati akhirnya pilihan jatuh ke dirinya, Helmy menyatakan tidak ada konflik dari keputusan tersebut. "Justru saat itu kakak saya yang memunculkan nama saya. Dan, sampai sekarang dia tetap bergabung di perusahaan keluarga ini," jelasnya.
Lantaran sejak awal tidak disiapkan menjadi penerus usaha, Hilmy mengaku tidak pernah dilibatkan orang tuanya dalam mengelola perusahaan. Bahkan, sekadar diajak jalan-jalan mengunjungi pabrik pun hampir tidak pernah. "Apalagi selepas SMP saya langsung masuk Pondok Modern Gontor," ujarnya.
Kendati tidak pernah terlibat, bukan berarti ia tidak mampu membesarkan usaha ini. Terbukti, di tangan Hilmy segala perubahan dan perkembangan usaha mulai tampak membawa hasil.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News