kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bowo terinspirasi dari limbah rotan dan alam sekitar


Senin, 06 Juni 2011 / 14:25 WIB
Bowo terinspirasi dari limbah rotan dan alam sekitar
ILUSTRASI. Papan elektronik bunga deposito di Bank BNI, Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi

Cita-cita menjadi pengusaha membuat Bowo Sulistyono rela meninggalkan pekerjaannya sebagai konsultan proyek. Pekerjaan yang sejatinya sesuai dengan ilmu yang dia dapat saat kuliah. Tidak sukses berbisnis jual beli kayu di Jepara, Bowo terjun ke pembuatan desain interior dari rotan. Berbagai desain menarik mampu memikat konsumen.

Sebagai orang Jepara asli, Bowo Sulistyono menghabiskan sebagian besar hidup di salah satu kota yang terkenal dengan ukiran kayu itu. Ini membuat Bowo bisa melihat langsung pasang surutnya industri mebel di daerahnya.

Apalagi, Bowo yang kini mempunyai usaha desain interior anyaman rotan ini juga pernah memiliki pengalaman menjadi penjual kayu untuk bahan mebel dan ukiran.

Ia yakin, bisnis usahanya punya masa depan cerah. Selain bahan baku rotan yang relatif mudah didapat, permintaan produk berbahan baku rotan juga terus mengalami kenaikan.
Ini jelas berbeda dengan bisnis mebel dan ukiran. Bahan berkualitas seperti kayu jati makin sulit didapat.

Sebelum punya usaha interior rotan ini, Bowo mendatangkan kayu-kayu dari Yogyakarta dan Solo yang jumlahnya makin tipis dan sulit didapat.

Makanya, selang setahun kemudian, tepatnya di tahun 2006, lulusan Teknik Sipil Universitas Negeri Sebelas Maret Solo (UNS) tahun 2002 ini memutuskan untuk menekuni pembuatan produk interior berbahan anyaman rotan.

Ia terinspirasi saat melihat banyak sekali limbah rotan dari pembuatan mebel. Dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan lamanya sebagai konsultan proyek di beberapa kota seperti Jakarta dan Surabaya, Bowo tidak punya keahlian membuat produk interior dari rotan.

Pantang malu, Bowo lantas belajar dari teman yang berprofesi sebagai perajin mebel rotan. "Saya harus banyak belajar dari yang sudah berilmu, kan, " ujarnya.

Di sana, Bowo belajar bagaimana cara mendapatkan suplai bahan baku, memilih bahan berkualitas hingga menganyam rotan hingga menjadi produk jadi.

Keinginannya berbisnis interior dari rotan semakin menguat lantaran Bowo juga termotivasi menciptakan lapangan kerja. "Saya tertantang bagaimana bisa menggaji orang," tandasnya. Berbekal motivasi itu, Bowo pun memutuskan untuk keluar dari pekerjaan lama dan kembali ke Jepara.

Impiannya untuk menjadi pengusaha mandiri membuatnya tidak kenal menyerah dalam membesarkan usaha kerajinan interior rotan yang baru dimulainya.

Pengalamannya sebagai konsultan proyek, bisnis jual beli kayu dan berbagai ilmu yang lain membentuk karakter dan menjadi modalnya untuk mendirikan usaha pembuatan interior rotan dengan nama Najma Gallery pada tahun 2007.

Usaha pembuatan interior rotan milik Bowo tidak selalu berjalan mulus karena permintaan kerajinan rotan naik dan turun. Namun Bowo tidak menyerah. Dia terus berusaha mengembangkan bisnis dan menghadirkan kreasi-kreasi baru. "Itu agar pembeli tidak bosan," kata lelaki yang tahun ini berusia 33 tahun.

Ia mengaku banyak mengambil ide dan kreasi anyaman rotan dari alam sekitar. Fenomena dan kejadian menarik lain di masyarakat juga sering menjadi inspirasinya. Termasuk dari bahan bacaan seperti majalah interior dari dalam maupun luar negeri.

Beberapa produk kap lampu dengan bentuk unik seperti kupu-kupu, daun dan bentuk lain dia buat. Ke depan, Bowo berniat membuat desain lampu pohon natal dari anyaman rotan.

Tak hanya soal desain, Bowo juga sangat menjunjung tinggi kepercayaan konsumen. Makanya, dia berusaha sekuat tenaga menepati janji pesanan pelanggan. Tak cuma itu, kesejahteraan karyawan juga menjadi perhatiannya.

Walau sudah tak bekerja sebagai konsultan proyek lagi, Bowo mengaku sering membantu teman dalam pekerjaan konsultan. "Bukan soal uang, tapi mengaplikasikan ilmu," ujarnya. Prinsipnya, bila ilmu tidak dipakai akan hilang begitu saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×