Reporter: Raymond Reynaldi | Editor: Tri Adi
Sejalan dengan program pemerintah di bidang kelautan, budidaya ikan laut pun semakin digalakkan. Maklum, permintaan domestik dan ekspor terus berkembang. Namun, pembudidaya harus sabar dalam pemeliharaannya untuk mencapai berat standar sehingga harga jualnya tinggi.
Pemerintah pusat melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku mulai menjalankan proyek percontohan komersial budidaya kerapu. Ikan laut ini akan dibudidayakan secara alami dengan sistem budidaya mengambang yang berada di tengah laut.
Koordinator Instruktur Budidaya Ikan Laut Dinas Kelautan dan Perikanan, Purwono, menjelaskan, program budidaya ini sangat potensial dijalankan di daerah seperti Ambon. Sebab, dekat dengan laut sebagai sumber ikan tangkap.
Asal tahu saja, sebenarnya, nelayan di Ambon telah familiar dengan budidaya semacam ini. Hanya, lanjut Purwono, cara pembudidayaan yang diterapkan oleh para nelayan tergolong masih sederhana dengan hasil yang kurang maksimal.
Karena itu, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku memberikan terobosan baru dalam pembudidayaan ikan laut. Selain membantu para nelayan menyempurnakan sistem budidaya ikan laut, program yang mulai berjalan sejak awal tahun ini membantu mereka meningkatkan kualitas ikan laut. "Kami berharap ikan laut hasil budidaya bisa menembus pasar ekspor," ujarnya.
Sebagai bukti, sarana budidaya ini telah mempunyai pelanggan tetap yang membeli ikan kerapu bebek alias kerapu tikus (Chromileptes altivelis) seharga Rp 15.000 per ekor. Mayoritas pelanggannya adalah pemilik restoran dari Pulau Seram. "Jumlahnya bisa sekitar 200 restoran kecil dan menengah," tandas Purwono.
Dari 1.000 benih yang disebar sejak awal tahun ini, sekitar 500 ekor ikan telah dipanen. Umumnya para pemilik restoran membeli kerapu bebek jika ukurannya sekitar 20 centimeter (cm) dengan berat hidup 250 gram hingga 300 gram. Alhasil, dengan penjualan itu, Purwono bisa meraup omzet sekitar Rp 7,5 juta.
Menurut dia, budidaya ikan kerapu bebek ini memang tengah marak. Pasalnya, permintaan ekspor ikan jenis ini cukup tinggi. Apalagi, harga jual ikan kerapu bebek ini tergolong tinggi ketika masuk pasar ekspor, seperti Taiwan, China, dan Jepang. "Bisa Rp 375.000 per kilogram (kg)," ujar Purwono.
Tak heran, selain pemilik restoran dan pasar ekspor, para pembudidaya juga memburu ikan kerapu ini. Baik benihnya, maupun ikan dewasa sebagai indukan.
Namun, untuk mendapat hasil maksimal, Purwono menyarankan pemeliharaan ikan ini hingga berumur satu atau 1,5 tahun. "Beratnya bisa mencapai 1 kg," paparnya.
Karena waktu pemeliharaan dan perawatan yang cukup lama sebelum layak dijual ke pasar ekspor, Purwono mengingatkan, para pembudidaya kudu bersabar dan menjaga konsistensi usaha budidaya ikan ini. "Kalau salah urus, maka hasilnya tidak akan bagus," ujar dia.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News