kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ingat, ada mangga okyong selain harumanis dan golek


Selasa, 05 Juli 2011 / 14:51 WIB
Ingat, ada mangga okyong selain harumanis dan golek


Reporter: Arie Christy Meliala | Editor: Tri Adi

Meski mangga okyong sudah lama beredar di pasar agribisnis, pamornya belum pudar. Selain buah yang manis dan bentuk pohon yang rindang sehingga bisa untuk pelindung pekarangan dan penghijauan, pohon mangga jenis ini tergolong bandel.

Menyebut mangga, ingatan banyak orang langsung tertuju kepada mangga jenis harumanis, indramayu, manalagi, golek, atau gedong gicu. Namun, itu belum semua. Masih ada satu jenis mangga lagi yang selama ini sering luput dari perhatian, yaitu mangga okyong.

Mungkin, orang jarang mendengar nama mangga yang satu ini. Maklum, para pedagang buah jarang menyebut mangga yang berasal dari Thailand ini. Namun, Pameran Flora dan Fauna (Flona) yang digelar di Lapangan Banteng, Jakarta, baru-baru ini mengindikasikan mangga okyong tengah dicari oleh banyak orang. Para pengunjung pameran itu, umumnya, memburu bibit atau pohon mangga okyong.

Tengok saja catatan penjualan Flora Indah Lestari. Saat pameran tahunan itu berlangsung, gerai tanaman asal Jakarta ini bisa meraup omzet Rp 9 juta sehari dari penjualan bibit maupun pohon mangga okyong.

Angka penjualan ini lebih harum ketimbang hasil yang diraih Flora Indah sebelumnya. Biasanya, rata-rata, mereka hanya mendapatkan sekitar Rp 5 juta per hari dari penjualan bibit dan pohon okyong. “Bisnis mangga okyong sangat menjanjikan,” kata Wildansyah, Manajer Pemasaran Flora Indah Lestari. Wildansyah tidak asal bicara. Tahun lalu, penjualan tanaman mangga okyong rata-rata hanya bisa menghasilkan omzet sekitar Rp 3 juta per hari.

Flora Indah menjual bibit mangga okyong seharga Rp 75.000. Sementara, harga pohon mangga okyong mereka patok antara Rp 1 juta - Rp 2 juta per pohon, tergantung besar kecilnya pohon. Biasanya, pohon-pojon mangga tersebut sudah mulai berbuah.

Wildansyah mengaku, Flora Indah baru terjun ke bisnis mangga okyong ini sejak tiga tahun silam. Berawal di Bandung, ia berhasil mengembangkan sendiri bibit mangga asal Thailand ini dengan cara stek bersama sang teman.

Beberapa bulan kemudian, hasil stek yang ia kerjakan membuahkan hasil. Meski pohon mangga ini terbilang mini, lantaran berada di pot drum, buahnya cukup banyak. Sudah begitu, rasa mangga ini manis dan punya daging yang tebal. Soalnya, biji mangga ini tipis. “Permintaan pun, kemudian, berdatangan,” katanya.

Kini, saban bulan, Flora Indah mengirim bibit dan pohon okyong ke para konsumen yang tersebar di beberapa daerah. Di antaranya di Tangerang, Bogor, Cianjur, Indramayu, Cirebon, Garut, hingga Lampung.


Hanya di meja makan

Toko Trubus juga mengakui mangga okyong menjadi salah satu produk unggulan mereka. Trubus sudah menjajakan pohon buah ini sejak sepuluh tahun lalu. “Produk ini tidak bakal hilang gara-gara tren,” ucap Joko Suwarno, Koordinator Pameran Toko Trubus.

Saban tahun, keuntungan Trubus dari menjual bibit dan pohon mangga okyong ini terus tumbuh rata-rata 50% . Khusus di tahun ini, Trubus berhasil meraup untung Rp 6 juta per bulan dari berjualan okyong. Belum lama berselang, Trubus juga mengapalkan 1.000 bibit pohon mangga okyong ke Korea Selatan.

Di pasar lokal, para pelanggan Trubus kebanyakan berasal dari Tangerang, Banten, Bali dan Nganjuk, Jawa Timur.

Mayoritas pembeli mengambil pohon atau bibit okyong untuk ditaruh di pekarangan rumah. Maklum, pohon mangga okyong yang kerdil dan rimbun, plus buahnya, bisa menjadi penghias halaman rumah.

Joko dan Wildansyah menyimpulkan, ada beberapa hal okyong masih tetap eksis di pasar. Pertama, pohon mangga okyong bisa ditempatkan di lahan yang lapang seperti halaman dan kebun maupun di dalam pot. Meskipun ada di pot, saat berumur sekitar 1,5 tahun, pohon ini sudah bisa berbuah.
Kedua, pohon yang berbuah sepanjang musim ini bisa ditanam di segala medan, bisa di dataran tinggi atau dataran rendah. Kelebihan lainnya, pohon okyong tahan di segala cuaca.

Tanaman ini juga tidak membutuhkan perawatan yang rumit. Kita cukup menyirami akarnya di pagi dan sore hari. Bahkan, jika ada di dataran tinggi, pohon mangga okyong cukup disiram sekali sehari.

F. Rahardi, pengamat agribisnis menilai, berbagai nilai plus itu memang sangat mungkin jadi penyebab mangga okyong masih eksis hingga kini. Tapi, ia melihat, mangga okyong hanyalah jenis mangga yang ada di meja makan saja. “Di pasar (buahnya) tidak ada,” katanya. Dengan kata lain, belum ada orang yang membuka kebun dalam skala luas untuk menanam mangga okyong dan menjual ke pasar.

Karena itu, permintaan bibit atau pohon mangga ini terbatas. Cerita Hasan, pemilik Sri Wijaya Tani, sentra tanaman di Karawang, Jawa Barat menjadi buktinya. Menurutnya, pamor mangga okyong tak secemerlang dulu. Puncak ketenaran mangga ini terjadi tahun lalu. Kala itu, konsumen membeli bibit dan pohon okyong sekaligus. Kini, tinggal pohon okyong yang laku. Itu pun kudu ada buah. “Permintaan tetap ada,” kata Hasan yang saban bulan menjual 10-20 pohon okyong seharga Rp 350.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×