Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Tri Adi
Seni melukis tembok alias mural kini sudah menjadi sumber penghidupan bagi Rolly Bandhriyo. Berawal dari sekadar iseng, kini pria lulusan jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tersebut sukses meraup omzet tebal dari jasa pembuatan mural.
Rolly mulai mengenal mural sejak tahun 2000. Tepatnya setahun menjelang masa akhir pendidikannya di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogyakarta. Kebiasaan menggambar tembok terus dilakukan saat ia kuliah di UNY.
Ia biasa menggambar di tembok atau dinding ruang publik di jalan-jalan Kota Yogyakarta dengan pesan moral. Atas tiap karya yang dihasilkan, ia bubuhi identitas LoveHateLove.
Karena aktivitasnya itu ia kerap berurusan dengan satuan polisi pamong praja alias Satpol PP. "Setelah dicatat identitas biasanya langsung dilepaskan," kata dia.
Kendati sering digaruk petugas, Rolly tidak kapok. Sebab, menurut dia, dinding ruang publik merupakan media promosi paling murah bagi seniman mural untuk memperlihatkan kemampuannya. Di tiap lukisan, ia selalu membubuhkan identitas dan nomor ponselnya. "Ukurannya kecil di pojok gambar," kata dia.
Kini ia telah menikmati hasil jerih payahnya. Dalam setahun ia bisa meraup omzet hingga Rp 1 miliar atau sekitar Rp 85 juta per bulan. "Setengah dari hasil biasanya untuk modal peralatan gambar," ujarnya. Selain Yogya, ia juga biasa menerima order dari Jakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News