kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jaga suplai bahan baku sampai kebun jagung (2)


Senin, 14 Juli 2014 / 12:08 WIB
Jaga suplai bahan baku sampai kebun jagung (2)
ILUSTRASI. Inilah 5 Makanan yang Harus Dihindari Penderita Asam Lambung


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Havid Vebri

Para produsen marning jagung di Desa Bukit Barisan, Kecamatan Merigi, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu tidak kekurangan bahan baku. Pasalnya, semua produsen ini juga sekaligus penghasil jagung. Bahkan, semua produsen marning di desa ini juga berprofesi sebagai petani jagung.

Mujiatim (55), salah satu produsen marning di sentra itu mengatakan, Desa Bukit Barisan merupakan kawasan pertanian. Tanahnya yang subur membuat berbagai tanaman sayuran dan juga palawija dapat tumbuh dengan baik. "Salah satu yang banyak ditanam warga dari dulu jagung," katanya.

Ada sekitar 50 warga desa yang menanam jagung. Beberapa dari mereka lalu memutuskan untuk mengolah hasil panen jagungnya menjadi marning. Dari menanam dan mengolah jagung itu, mereka bisa mendapat keuntungan lebih.

Mujiatim bilang, dengan membuat marning, setidaknya keuntungannya bisa bertambah 40%. "Untung dari marning lebih besar dibanding dengan menjual jagung mentah," jelasnya.

Mujiatim mengatakan, rata-rata petani tidak hanya menanam jagung, tapi juga komoditas lain, seperti cabai dan sayuran. Namun, khusus jagung, luas areal tanamnya lebih luas, yakni setengah hektare (ha) sampai 1 ha.

Mujiatim bilang, jagung baru bisa dipanen setelah usia empat bulan sejak ditanam. Setengah hektare lahan bisa menghasilkan 80 kaleng jagung sekali panen. Sementara setiap harinya, Mujiatim memproduksi 3 kaleng jagung.

Satu kaleng berisi sekitar 10 liter. Karena itu, jagung hasil panen dari ladangnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan produksinya. Kendati demikian, Mujiatim tak kesulitan mencari tambahan bahan baku jagung untuk diolah menjadi marning.

Ia bisa membeli dari petani lainnya yang tidak mengolah jagungnya menjadi marning. "Untung dari mengolah jagung produksi sendiri memang lebih besar," katanya.

Mariama (56), produsen marning lainnya memiliki lahan jagung seluas 1 ha dan mampu menghasilkan 150 kaleng jagung sekali panen. Jagung sebanyak itu hanya cukup untuk keperluan produksi selama satu bulan. "Setiap hari, saya memproduksi lima kaleng marning," katanya.

Sama seperti Mujiatim, ia juga membeli jagung dari petani lain untuk memenuhi bahan baku produksi marning. Jagung yang dibeli sudah dalam bentuk pipilan kering. Satu kaleng jagung dibeli seharga Rp 50.000.

Produksi marning di desa ini dilakukan setiap hari. Produksi tersebut meliputi beberapa tahapan, mulai dari peleburan, penjemuran, pembumbuan, hingga penggorengan.

Tahap pertama, kata Mujiatim, jagung kering direbus dengan kayu bakar dalam dandang besar selama delapan jam. Setelah itu, jagung ditiriskan dan dijemur selama dua hari di bawah terik matahari. "Kalau tidak panas, jagung tidak bisa kering dalam dua hari dan nanti warnanya akan hitam," katanya.

Agar bisa dijemur secara maksimal, perebusan jagung harus dilakukan saat cuaca cerah. Setelah kering, jagung siap digoreng menjadi marning. "Sebelumnya jagung harus dicampur dengan bawang putih untuk menambah rasa gurih," lanjutnya.      

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×