Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi
Prospek usaha budidaya jamur merang sangat menggiurkan. Selain permintaannya stabil, harga jamur yang memiliki protein tinggi ini terus naik. Beberapa produsen jamur merang merasa kewalahan memenuhi pesanan pembeli.
Teksturnya yang kenyal dengan kandungan protein yang tinggi membuat jamur merang menjadi kudapan yang sangat enak. Bermacam jenis masakan lokal maupun mancanegara banyak menggunakan jamur dengan nama latin Volvariella volvacea ini.
Permintaan pun mengalir deras. Itu sebabnya, Ahmad Isbandi, pemilik usaha budidaya jamur merang berbendera Sejahtera Mandiri di Bandarlampung, terus menjalani bisnisnya. Ia sudah melakoni usahanya itu sejak tahun 1998 dan sekarang memiliki 30 rumah jamur atau sering disebut dengan kumbung.
Setiap kali panen, Ahmad mampu mendapat dua kuintal jamur siap jual per kumbung. Dalam setahun, setidaknya dia bisa memanen jamur merang sebanyak delapan kali. "Saya jual ke restoran dan rumahmakan yang ada di Bandarlampung. Semuanya dalam keadaan segar," katanya.
Selain melego ke restoran lain, Ahmad juga mengolah jamur merang di rumahmakan miliknya.
Rumahmakan yang khusus menyediakan masakan berbasis jamur merang itu bisa menghabiskan sekitar 150 kilogram jamur merang dalam sebulan. Makanya, dia yakin prospek bisnis jamur merang masih bagus. Terlebih, di Bandarlampung saja permintaan yang datang sudah melebihi kapasitas produksi.
Selain Ahmad, ada juga Edo Alvian Zailani, warga Desa Caracas, Kalijati, Subang yang telah menekuni usaha budidaya jamur merang sejak lima tahun lalu. Edo yang merupakan korban pemutusan hubungan kerja (PHK) tak butuh waktu lama untuk bangkit dan merintis usaha budidaya jemur merang.
Berkat mengikuti beberapa pelatihan yang diselenggarakan PT Pertamina, Edo berhasil mengembangkan usaha jamur merangnya. Saat ini, ia punya 24 kumbung dengan omzet hingga Rp 20 juta dalam sekali panen. Penghasilan itu dia dapat dari penjualan jamur merang yang mencapai 2,5 kuintal per kumbung. "Bisa menghasilkan lima ton lebih" kata Eko.
Jika Ahmad mampu panen delapan kali setahun, Edo bisa panen sembilan kali. Seluruh hasil produksi jamur merangnya dipasarkan ke Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dan daerah lain di Jawa Barat. Untuk Jakarta, permintaan mencapai lima kuintal per hari. Di Bandung mencapai dua ton per hari dengan harga Rp 20.000 per kilogramnya.
Dedi juga kecipratan rezeki jamur merang. Walau baru memiliki satu kumbung, pemilik Fatancendawan di Bekasi ini sudah merasakan gurihnya bisnis jamur merang sejak setahun lalu. "Saya baru mulai karena pemain di Bekasi masih sedikit," katanya.
Menurut Dedi, di Indonesia, produksi jamur merang paling banyak ada di wilayah Karawang, Jakarta, Karanganyar, dan Indramayu. Oleh karena itu, dia memilih usaha budidaya di Bekasi. Dedi sendiri sampai sekarang masih fokus menjual jamurnya di pasar tradisional di Bekasi.
Dari satu kumbung, Dedi bisa mendapat 50 kilogram jamur merang sekali panen. "Prospeknya bagus, harganya juga terus naik dari Rp 21.000 ke Rp 22.000 per kilo," ujarnya.
Meski memiliki prospek yang bagus, kekurangtahuan masyarakat akan perbedaan antara jamur merang dan jamur-jamur lain menjadi kendala. "Jamur merang mengandung protein dan kadar lemak rendah sehingga baik dikonsumsi," ungkap Dedi.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News