kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jelang Imlek, lampion jadi lahan bisnis menjanjikan


Rabu, 18 Januari 2012 / 12:02 WIB
Jelang Imlek, lampion jadi lahan bisnis menjanjikan
ILUSTRASI. Ini respon Kemnag atas kebijakan Arab Saudi tutup pintu umrah untuk Indonesia. Saudi Press Agency/Handout via REUTERS


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Tri Adi

Jelang perayaan tahun baru Imlek, permintaan pernak-pernik Imlek terus meningkat. Salah satunya adalah permintaan lampu lampion. Lentera hias khas China itu semakin banyak dipesan pengelola pusat perbelanjaan atau tempat-tempat hiburan untuk menyemarakkan perayaan Imlek pada 23 Januari mendatang.

Indra, salah seorang perajin dan penjual lampion Imlek di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan mengaku, sudah kebanjiran pesanan sejak Desember tahun lalu. Namun, ia tidak dapat melayani semua pesanan lantaran keterbatasan tenaga. "Hanya 50% pesanan yang dapat saya terima, sisanya ditolak," ujar Indra, akhir pekan lalu.

Pesanan tersebut berasal dari Jakarta dan luar kota, seperti Medan dan Palembang. Guna memenuhi pesanan tersebut, Indra mempekerjakan 15 orang pegawai. Lampion yang dipesan cukup beragam. Ada yang memakai aksesori warna-warni dan ada juga yang polos.

Semakin mendekati Imlek seperti sekarang, pesanan lampion terus bertambah. Hingga saat ini saja, Indra sudah mendapat 2.000 pesanan lampion, dengan berbagai ukuran mulai dari 30 centimeter (cm) sampai satu meter. "Pesanan melonjak 300% dari hari biasa," ujarnya.

Indra membanderol lampion buatannya mulai dari Rp 35.000 untuk ukuran yang paling kecil, sampai Rp 500.000 untuk ukuran satu meter. Omzet yang sudah dikantongi Indra menjelang Imlek ini mencapai di atas Rp 50 juta. Adapun laba bersih yang diterimanya sekitar 30% - 50% dari omzet.

Sementara pada hari biasa, Indra hanya mengantongi omzet sekitar Rp 30 juta per bulan. Lantaran permintaan meningkat, Indra tidak memberikan diskon kepada pembeli.

Padahal, pada hari biasa ia biasa memberikan diskon sekitar 10%. "Saya tidak memberikan diskon karena harus lembur untuk menyanggupi pesanan," tuturnya.

Meski berdomisili di Jakarta, Indra memiliki bengkel pembuatan lampion di Jawa Tengah. Bahan baku pembuatan lampion terdiri dari kain, dan aksesori lain yang diimpor langsung dari China. Sementara rotannya dibeli dari pengusaha lokal.

Herie, seorang perajin lampion lain yang bermukim di BSD City, Tangerang Selatan, Banten juga mengaku kebanjiran pesanan. Selain lampion, Herie juga kebanjiran pesanan pohon angpau. Untuk perayaan Imlek tahun ini, ia mendapat pesanan pohon angpau sebanyak 50 batang, sementara lampion sekitar 40 buah.

Ia membanderol harga pohon angpau mulai dari Rp 250.000 hingga Rp 450.000 per pohon. Adapun lampion mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 120.000 per buah.

Herie mengaku, mengantongi omzet sekitar Rp 30 juta dengan laba bersih sekitar 15%. "Bisnis pernak-pernik Imlek ini bukan tiap hari, tapi hanya menjelang Imlek saja," ujar Herie.

Untuk menjaring konsumen, ia memasarkan produknya melalui internet. "Jadi saya tidak membuka toko," jelas Herie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×