Reporter: Indira Prana Ning Dyah | Editor: Tri Adi
Kegemaran terhadap fotografi sejak kecil mengantar Jerry Aurum menjadi seorang desainer dan fotografer profesional yang karyanya mendunia. Kliennya lebih banyak merupakan perusahaan multinasional dan berasal dari banyak negara.
Asalkan berani dan jeli memanfaatkan peluang, sukses akan datang dengan cepat. Jerry Aurum sudah membuktikan kebenaran ungkapan tersebut. Di bisnis fotografi dan desain yang digeluti selama 11 tahun terakhir, namanya sudah dikenal luas.
Sekarang, pemuda lajang yang lahir pada 26 Mei 1976 ini memimpin Jerry Aurum Design dan Photography, sebuah perusahaan yang kerap mengerjakan proyek desain beberapa perusahaan besar di Indonesia. Setidaknya, saban bulan perusahaannya mencatat omzet sampai Rp 200 juta.
Sukses Jerry bukan datang tanpa kerja keras. Lahir sebagai anak ketiga di keluarga keturunan Tionghoa di Medan, keluarganya hidup sederhana. “Gampang-gampang susah menjadi etnis keturunan di Medan,” akunya. Ayahnya seorang notaris, sedangkan sang ibu bekerja di perusahaan pemasok alat berat.
Suka duka sebagai warga minoritas menggembleng Jerry menjadi ulet. Saat bersekolah di SMA Negeri 1 Medan, ia mengaku sering berkelahi dan kerap dimarahi guru. Meski keluarganya berkecukupan, orangtuanya selalu memberi uang saku pas-pasan. Alhasil, sejak di SMA, ia sering mencari tambahan uang saku dengan membuat stiker atau berjualan parsel.
Minat seni Jerry seolah tumbuh begitu saja. Sejak kecil, ia gemar menonton film, menikmati kuliner, dan bermain musik. “Dari kecil saya suka segalanya,” ungkapnya. Tapi, hobi yang paling dia gemari adalah memotret. Sejak usia lima tahun, ia sudah memainkan kamera ibunya.
Selulus SMA, Jerry pindah ke Bandung. Ia sempat menganggur setahun lantaran gagal masuk Institut Teknologi Bandung (ITB). Selama masa penantian itu, ia lebih banyak mengisi waktu luang dengan mengikuti klub foto dan bimbingan tes. Satu tahun itu sangat berharga bagi dia. Setahun kemudian, ia berhasil masuk Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB.
Selama berkuliah, Jerry mulai mengembangkan reputasi sebagai fotografer. Ia rajin mengikuti lomba foto. Motivasi utamanya adalah mengumpulkan duit untuk membeli berbagai peralatan fotografi.
Memilih kerja sendiri
Jerry akhirnya berhasil menyelesaikan kuliah di ITB dalam waktu kurang dari empat tahun dan menggondol predikat cum laude. “Agar bisa lulus cepat dengan nilai bagus, kuncinya adalah rajin,” kata dia. Ia mengaku tidak sekreatif teman-teman kuliahnya.
Setelah lulus kuliah, Jerry menjadi pekerja beberapa perusahaan desain grafis ternama di Jakarta. Tapi, ia tidak bertahan lama di satu perusahaan. saat bekerja di LeBoye, misalnya, ia hanya tiga minggu. Setelah itu, ia pindah ke After Hours dan bertahan selama tiga bulan. “Yakin ada permintaan dari pasar, saya langsung saja buka usaha sendiri,” kenang Jerry.
Pada Maret 2000, Jerry mendirikan Jerry Aurum Design
& Photography dengan modal Rp 17 juta. Ia mendapat modal untuk membeli perangkat komputer itu dengan meminjam ke kakaknya yang bekerja sebagai dokter. Dalam empat bulan, pinjaman itu bisa kembali.
Setahun pertama, Jerry mengoperasikan usahanya dari kamar kontrakan. Begitu sempitnya, ia sampai tidak bisa menaruh ranjang. “Di malam hari, saya tidur di atas matras. Paginya, matras digulung dan kamar berubah jadi kantor,” kenangnya.
Untuk membangun nama, Jerry membuat strategi dengan merancang dan memproduksi kalender kecil yang berisi hasil kerjanya. Ia menyebar kalender itu ke beberapa relasi, kenalan, dan perusahaan.
Pelanggan pertamanya adalah Conoco-Phillips yang memesan foto-foto untuk membuat profil perusahaan. Berbekal uang muka dari orderan itu, Jerry membeli kamera medium format profesional bekas untuk mengerjakan pesanan foto. Ternyata kliennya puas dan pesanan terus berdatangan.
Ketika usaha mulai mapan, Jerry mencari rumah untuk dijadikan kantor. Ia butuh
10 bulan dan meninjau 85 rumah sampai menemukan rumah idamannya. Dia mencari rumah yang bisa dijadikan studio dan kantor, tapi di lokasi yang juga mudah dijangkau.
Pada pertengahan tahun 2001, Jerry memindahkan kegiatan operasional ke kantornya yang lebih besar dan mulai merekrut karyawan dan bertransisi dari seorang pekerja lepasan menjadi pemimpin dari sebuah perusahaan kreatif.
Pada tahun 2003, Jerry memindahkan lagi usahanya ke sebuah gedung di Jalan Praja, Jakarta Selatan. Saat itu ia memiliki 20 staf dengan beberapa klien di 11 negara. Beberapa perusahaan besar seperti GE, BMW, XL Axiata, dan BCA menjadi kliennya. “Kami ingin menjadi perusahaan dengan kualitas proyek terbaik di negeri ini,” tandasnya.
Setiap bulan, Jerry mengaku bisa meraup omzet lebih dari Rp 200 juta dari mengerjakan delapan hingga 10 proyek. “Saya lebih menekankan kualitas, bukan banyaknya orderan pekerjaan,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News