kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kampung Kembang Goyang, tempat produksi camilan tradisional (Bagian 2)


Sabtu, 13 April 2019 / 12:20 WIB
Kampung Kembang Goyang, tempat produksi camilan tradisional (Bagian 2)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Siang itu, Kampung Kembang Goyang yang terletak di Lenteng Agung, Jakarta Selatan tampak sepi. Hanya ada beberapa anak bermain di depan rumah masing-masing. Kondisi ini tidak seperti layaknya sentra produksi yang biasanya terlihat aktifitas sibuk dan dengan kegiatan produksi.

Produksi camilan kembang goyang di kampung ini, dilakukan di rumah warga. "Masih istirahat, mulai bikin lagi setelah waktu Ashar, sekitar jam 3 sore," kata Ahmad Junaedi, atau yang akrab disapa Jun, pelopor Kampung Kembang Goyang kepada KONTAN.

Jun sendiri menyewa sebuah rumah kosong yang ia jadikan sebagai tempat produksi. Ia menceritakan, tiap perajin punya waktu produksi masing-masing. Biasanya para perajin membuat kue berbentuk kembang tersebut di sela-sela kegiatan sehari-hari. Semisal sehabis melakukan tugas sebagai tukang cuci, atau sambil mengurus anak. "Intinya saat ada waktu luang baru bisa memproduksi kembang goyang," ucapnya.

Bapak dua anak ini mulai membuat kembang goyang pada pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB dan dia lanjutkan kembali sore hari sekitar pukul 15.00 WIB.

Dalam sehari, ia bisa menghabiskan bahan baku sekitar 5 kilogram (kg). Satu kilogram bahan baku biasanya menghasilkan sekitar 7 bungkus sampai 8 bungkus. Satu bungkus berisi 24 keping kembang goyang.

Dengan kata lain, Junaedi bisa menghasilkan antara 820 keping sampai 960 keping kembang goyang sehari.

Lain halnya dengan Nurhayati, perajin kembang goyang yang juga tetangga dekat Junaedi. Dalam sehari ia hanya mampu menghabiskan minimal 2 kg bahan baku atau sekitar 300-an keping kembang goyang. Keterbatasan peralatan dan tenaga membuat perempuan ini hanya sanggup memproduksi kembang goyang dalam kapasitas tersebut.

Selain keterbatasan peralatan, memproduksi kembang goyang ternyata lumayan sulit. Karena ada beberapa tahap pembuatan serta memperhatikan panas kompor. "Membuat kembang goyang lumayan susah, harus ada skill," tuturnya.

Perempuan yang akrab disapa Nur ini mengatakan dalam mengolah 1 kg bahan baku menjadi kembang goyang, ia membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Sama seperti Junaedi, ia juga membagi waktu kerja menjadi dua kloter, yaitu saat pagi hari dan sore hari.

"Sehari-hari saya ibu rumah tangga biasa. Bikin kembang goyang kalau urusan rumah udah selesai. Lumayan buat tambahan pemasukan bulanan," katanya.

Kampung Kembang Goyang Lenteng Agung juga menerima pesanan kembang goyang dari berbagai daerah. Jika Anda berminat untuk memesan dalam jumlah besar, disarankan memesan mulai seminggu atau maksimal dua hari sebelumnya. Pasalnya, belum tentu setiap hari ada stok atau pasokan kembang goyang yang tersisa.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×