kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.917.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.321   -28,00   -0,17%
  • IDX 7.385   98,37   1,35%
  • KOMPAS100 1.043   4,18   0,40%
  • LQ45 790   2,44   0,31%
  • ISSI 245   3,70   1,53%
  • IDX30 409   1,41   0,35%
  • IDXHIDIV20 468   1,53   0,33%
  • IDX80 117   0,47   0,40%
  • IDXV30 119   0,68   0,57%
  • IDXQ30 130   0,23   0,18%

Kasur kapuk bertahan dengan pelanggan tersisa (2)


Jumat, 04 Desember 2015 / 16:25 WIB
Kasur kapuk bertahan dengan pelanggan tersisa (2)


Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi

Kondisi sentra kasur kapuk di Jalan Cigondewah, Margaasih, Bandung sulit untuk diselamatkan. Pemkot setempat beberapa tahun silam sempat membantu mempromosikan sentra ini. Namun, tren kasur kapuk yang sudah lewat membuat langkah ini tidak banyak membantu. Produsen kasur kapuk hanya mencoba bertahan dengan hanya beberapa pelanggan yang tersisa.

Kondisi sentra produksi kasur kapuk di Jalan Cigondewah Rahayu, Kecamatan Margaasih, Bandung yang meredup membuat para produsen kasur kapuk beralih profesi. Belakangan banyak produsen kasur kapuk yang beralih profesi menjadi pengusaha opak, membuat kaus kaki, jadi tukang ojek, pedagang warung kelontong dan banyak lagi.

Para pengusaha kasur kapuk tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Turunnya permintaan kasur kapuk dari hari ke hari memang karena tren penggunaan kasur kapuk sudah lewat. Masyarakat lebih suka memilih kasur busa, pegas atau lateks.

Wahyu Sulaiman, salah satu produsen kasur kapuk di Cigondewah Hilir yang masih bertahan menyampaikan, produknya kerap ditolak oleh pemilik toko perlengkapan tidur di Cigondewah ketika  menitipkan kasur-kasur kapuk buatannya. "Mereka beralasan karena kasur kapuk sudah tidak laku," kata dia.

Karena itu, Wahyu harus memutar otak untuk mencari pasar sendiri.  Hingga awal tahun 2000 ia masih memiliki 10 orang karyawan. Namun saat tren kasur pegas mulai muncul, satu persatu pengusaha kasur kapuk di sana menutup usahanya karena sudah tidak mampu bersaing. Wahyu pun mulai kehilangan pegawai.

Kondisi seperti ini bukan tidak diperhatikan oleh pemerintah daerah setempat. Wahyu bercerita, tahun 2005-2006 pemerintah kota di sana sempat mengadakan promosi sentra kasur kapuk. Tapi karena memang sekarang sudah sepi pelanggan, Pemkot juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Wahyu masih bertahan karena dia masih memiliki beberapa pengepul di Cimahi dan di Kabupaten Bandung sebagai pelanggannya. Warga di dusun-dusun masih suka menggunakan kasur kapuk. Karena harganya kasur kapuk jauh lebih murah dibandingkan dengan kasur busa dan kasur pegas. "Malah kasur kapuk itu bisa didaur ulang, kalau rusak bisa diperbaiki. Tidak seperti kasur pegas yang sulit diperbaiki," katanya.

Beberapa pesanan kasur kapuk biasanya datang ketika musim nikah tiba dari Cimahi dan Sukabumi. "Masih ada beberapa pesanan, tapi itu tidak banyak," kata Wahyu.

Tapi kalau di Kota Bandungnya sendiri, pasarnya seolah-olah sudah mati. Padahal, Wahyu sudah berusaha membuat beberapa modifikasi, misalnya kain untuk bungkus kasur tidak hanya bermotif garis namun juga motif kartun atau warna-warna lain agar lebih menarik.

Sementara, Ardiansyah, produsen kasur lainnya yang masih bertahan memang sudah pasrah. Dia bilang, mungkin sudah masanya dia berhenti memproduksi kasur kapuk dan fokus membuat kaus kaki saja. Dulu dia bercerita banyak pemilik kos-kosan di Bandung yang suka memakai kasur kapuk, sehingga permintaan tetap ada. Tapi sekarang, pesanan dari para pemilik kost sudah tidak ada lagi.         

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×