Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Industri startup memang tengah booming di Tanah Air. Tapi, banyak pula perusahaan rintisan yang gugur di tengah jalan.
Perusahaan modal ventura Eastventure dalam keterangan tertulis pada Jumat (28/07) menyatakan bahwa kemunculan startup di Indonesia turun sebesar 23% pada paruh I 2017 secara tahunan.
Terkait hal ini, salah satu pelaku start Chief Executive Officer Sleekr Suwandi Soh menyatakan biaya untuk memulai sebuah technology company makin besar saat ini terutama terkait ketersediaan sumber daya manusia.
"Kemudian faktor inovasi yang masih kurang, sehingga lebih banyak produk atau layanan me-too. Ini juga menyebabkan angka gugur tinggi," ungkap Suwandi kepada KONTAN pada Selasa (01/08).
Suwandi bilang terkait pendanaan, tantangan terbesar yang dihadapi pelaku startup adalah menunjukkan kepada investor seberapa besar masalah yang sedang dihadapi. Serta meyakinkan seberapa besar kemampuan sebuah perusahaan, teknologi, dan tim dalam memecahkan persoalan tersebut.
"Contohnya di HR, payroll, PPh21, hingga pelaporan pajak adalah hal yang ribet. Belum lagi waktu dan karyawan untuk menghitungnya, kemungkinan adanya salah hitung, ataupun kesalahan lapor. Sleekr berinovasi di area ini," kata Suwandi.
Asal tahu saja, dalam keterangan tertulis Eastventure tersebut terdapat beberapa hal menarik. Pertama, e-commerce masih menarik, namun masih didominasi oleh pemain besar seperti Tokopedia dan Lazada.
Kedua, minat Finance technology akan tumbuh karena bank besar tidak bisa menyelesaikan sendiri permasalahannya. Ketiga, Health technology dan agritechnology juga menarik, namun investor belum melihat adanya startup yang mendominasi bidang ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News