Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Rizki Caturini
BOGOR. Deputi Bidang Pengembangan SDM Kementrian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) Prakoso BS menekankan bahwa penyandang disabilitas memiliki persamaan hak yang sama dalam berwirausaha di Indonesia. Kemkop dan UKM menggelar program rutin berupa pelatihan kewirausahaan bagi pelaku UKM penyandang disabilitas.
"Mereka sudah memiliki unit usaha yang berkembang. Dengan pelatihan ini diharapkan mereka akan naik kelas dari usaha mikro ke kecil," kata Prakoso dalam keterangan tertulis pada acara Pelatihan Kewirausahaan Bagi Penyandang Disabilitas, di Megamendung, Kabupaten Bogor, Rabu malam (26/7).
Pada acara yang dipadati puluhan penyandang disabilitas dari Bandung, Bogor, Karawang, Indramayu, Purwakarta, dan Banjar (Jawa Barat) ini Prakoso mengatakan, pelatihan yang diberikan di antaranya perkoperasian, manajemen usaha, laporan keuangan, kemasan, pengurusan perizinan, pemasaran, dan sebagainya.
"Pelatihan kewirausahaan bagi kelompok strategis memang sesuai kebutuhan mereka. Bagi yang belum memiliki usaha, akan kita motivasi untuk mulai berwirausaha agar mampu hidup mandiri," kata Prakoso.
Salah satu peserta, Hasan Basri, yang juga sebagai Ketua Himpunan Disabilitas Indonesia (HDI) Kota Bogor, mengatakan, dari total anggota HDI Kota Bogor yang mencapai 1.000 orang, 20% di antaranya sudah dianggap berhasil dalam berwirausaha. "Rata-rata anggota kami bergelut di bidang usaha menjahit, kerajinan tangan, produsen tas, perbengkelan, batik, hingga sablon," kata Hasan yang kehilangan kedua tangannya saat kecelakaan tegangan tinggi listrik pada 2006.
Hasan menjelaskan bahwa pelatihan kewirausahaan ini disesuaikan dengan kebutuhan penyandang disabilitas. Di antaranya, tunarungu, tuna daksa (polio, fisik), tuna grahita (keterbelakangan mental), dan tunanetra. "Tujuan kami mengikuti pelatihan ini adalah ingin menimba ilmu kewirausahaan secara baik dan benar. Karena, selama ini kami memiliki unit usaha yang lahir secara otodidak. Kami ingin hidup mandiri seperti layaknya yang lain," imbuh Hasan.
Hasan yang memiliki usaha produksi tas wanita di Tajur, Bogor dengan merek HS Collection ini mengungkapkan bahwa ilmu yang didapat dari pelatihan ini nantinya akan ditularkan ke seluruh aggota HDI Kota Bogor. Hasan berharap agar pemerintah terus meningkatkan porsi dan kuota pelatihan bagi penyandang disabilitas.
Sedangkan peserta pelatihan lainnya, Agus Ruyadi asal Bogor yang tidak memiliki kaki secara sempurna, mengatakan bahwa dirinya baru menekuni usaha budidaya dan pengolahan obat herbal dari buah dan daun Tin sejak Februari 2017. Dengan merek Teteh Tin, Agus mengklaim produknya mampu menyembuhkan berbagai penyakit seperti hipertensi, jantung koroner, diabetes, dan sebagainya. "Sebab di dalam kandungan buah Tin terdapat mineral dan vitamin yang sangat berguna bagi tubuh kita," kata Agus.
Oleh karena itu, Agus berharap, pemerintah bisa memfasilitasi usahanya dalam pengurusan perizinan, hak cipta, merek, juga label halal dari MUI, bagi produknya. "Di pelatihan ini juga saya ingin mendapatkan pelajaran mengenai manajemen usaha yang sesungguhnya. Saya juga ingin memahami dan menguasai ilmu pemasaran secara online. Sehingga, saya bisa memperluas pangsa pasar bagi produk yang saya buat," pungkas Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News