kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.303.000   7.000   0,30%
  • USD/IDR 16.584   -33,00   -0,20%
  • IDX 8.251   84,91   1,04%
  • KOMPAS100 1.131   14,37   1,29%
  • LQ45 800   15,27   1,95%
  • ISSI 291   1,34   0,46%
  • IDX30 418   7,16   1,74%
  • IDXHIDIV20 473   8,42   1,81%
  • IDX80 125   1,66   1,35%
  • IDXV30 134   1,28   0,97%
  • IDXQ30 131   2,43   1,89%

Keripik singkong Solear masuk ritel modern (2)


Rabu, 22 Februari 2012 / 13:22 WIB
Keripik singkong Solear masuk ritel modern (2)
ILUSTRASI. Batuk disertai dahak dan darah jadi salah satu gejala TBC yang perlu Anda waspadai.


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Sejak mendapat bantuan modal dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM), sentra keripik singkong di Desa Cikareo dan Cirendeu, Solear, Tangerang, kian berkembang. Kini, sentra keripik singkong ini mulai menyasar konsumen kelas menengah atas.

Sejak tahun 2004, warga Desa Cikareo dan Cirendeu di Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, Banten, mulai merintis usaha pembuatan keripik singkong. Sejak awal berdiri, warga kedua kampung tersebut hanya menyasar pasar kelas bawah.

Namun, selama setahun terakhir ini, mereka mulai mengembangkan pasar dengan membidik konsumen kelas menengah ke atas. Untuk itu, mereka terus berupaya memperbaiki citra produk agar lebih menarik minat konsumen.

"Itu kami lakukan setahun terakhir sejak mendapat dukungan permodalan dan pelatihan dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM)," kata Hartono, produsen keripik dari Desa Cikareo.

Hartono menuturkan, sebelum mengajukan permohonan bantuan modal ke PNM, ia dan produsen keripik lainnya kesulitan mengembangkan usaha. Selain modal minim, mereka juga memiliki tingkat pendidikan rendah. "Makanya kami kesulitan," ujarnya.

Menyadari kelemahan itu, mereka pun berinisiatif membentuk komunitas dan mengajukan kredit permodalan ke PNM pada 2010. Total nilai pinjaman yang mereka ajukan berkisar antara Rp 800 juta sampai Rp 1 miliar.

Setelah mendapatkan pembiayaan, pelaku usaha mendapatkan pembinaan dari PNM berupa pelatihan agar mampu memanfaatkan pembiayaan secara maksimal, sehingga usaha semakin maju dan berkembang.

Dalam memberikan pelatihan, PNM bekerja sama dengan Universitas Trisakti dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Pelatihan diberikan selama hampir enam bulan. Hasilnya, usaha produksi keripik singkong mereka berangsur membaik.

Sebelumnya, mereka hanya memproduksi keripik kemasan 60 gram seharga Rp 500 per bungkus. Produk tersebut hanya dipasarkan di warung-warung tradisional dan kantin di sekolah-sekolah yang ada di Solear.

Tapi, kini hampir semua perajin keripik di kampung ini telah memproduksi keripik berukuran 1 kilogram (kg) yang dibanderol Rp 14.000 per bungkus. "Secara pengemasan juga lebih baik sehingga harga jual dan target pasar lebih tinggi," timpal Ahmad Hasbi, perajin keripik singkong lainnya.

Menurut Ahmad, keripik singkong dari Solear kini telah merambah daerah lain, seperti Serang, Bogor, dan Jakarta. "Bahkan keripik singkong buatan warga sini sudah masuk minimarket modern," imbuhnya.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×