Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi
Keripik singkong, camilan ini begitu tersohor di seantero negeri. Tak heran, jika banyak orang yang menadah berkah dari potongan singkong tipis yang digoreng gurih ini.
Salah satu sentra keripik singkong yang terdekat dari Jakarta terdapat di desa Cikareo dan Cirendeu, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, Banten. Di dua desa itu, terdapat 12 pembuat keripik singkong skala besar, 10 di antaranya ada di Desa Cikareo dan dua lainnya di Cirendeu. Ada 441 pekerja yang bisa diserap dari industri ini.
Tak sulit menemukan lokasi kedua desa itu. Dari Jakarta arahkan mobil Anda ke tol Serpong-Balaraja, setelah melewati pintu tol tersebut, hanya butuh 30 menit untuk bisa mencapai desa itu.
Hartono, pemilik Dikari, produsen keripik singkong berkisah, tahun 2004 silam ada seorang warga yang mencoba mengolah singkong menjadi keripik. Produk buatan warga itu lantas menjadi perbincangan ke beberapa kampung karena memang renyah dan gurih. Tak ayal, warga sekitar pun lantas mengikuti jejak mengolah singkong menjadi keripik. "Kebetulan daerah kami adalah penghasil singkong," kata pria asal Desa Cikareo itu.
Melihat teman-temannya sukses membuat keripik, Hartono yang awalnya hanya sebagai agen penjual keripik, akhirnya terjun membuat keripik singkong pada 2008. Dia mengusung merek Jawara dan Anugerah untuk produknya.
Dia mengaku, keripik singkong buatannya sudah sampai ke Cengkareng, Tanjung Priok, Palmerah, Bintaro, dan Kelapa Gading, Bekasi, dan Bogor. "Saya bisa mendapatkan omzet Rp 180 juta per bulan dengan laba 15%-20%," katanya.
Hartono juga melibatkan kerabatnya dalam berbisnis keripik singkong ini. Ada yang ikut bekerja dengannya membuat keripik, ada pula yang menjadi agen penjual.
Kesuksesan bisnis keripik singkong ini telah mengangkat perekonomian kedua desa itu. "Yang jelas keripik singkong telah berhasil mengubah wajah Solear menjadi lebih baik," kata Hartono.
Muhammad Dayat, produsen keripik singkong dengan merek Walang Keket mengamini pendapat Hartono. "Profesi sebagai pembuat keripik singkong kini telah menjadi tumpuan hidup saya dan warga Cikareo dan Cirendeu," imbuhnya.
Dayat sendiri memulai bisnis ini sejak 2005. Selepas pulang mencari rezeki di Arab Saudi sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI), Dayat langsung berbisnis keripik singkong.
Sekarang, Dayat mampu memperoleh omzet Rp 150 juta per bulan dengan laba 15%. Pemasarannya telah mencapai Jakarta dan Bogor. Meski ada persaingan, toh, para pengusaha keripik di kedua desa tersebut tetap mempunyai target pasar masing-masing. "Meski fakta yang terjadi di lapangan produk kami bersaing satu sama lain," ungkapnya.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News