kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kisah Indra jualan door to door


Kamis, 23 Agustus 2012 / 13:35 WIB
Kisah Indra jualan door to door
ILUSTRASI. Mengenal tipe vitamin yang agar dapat diproses maksimal oleh tubuh.


Reporter: Hans Henricus | Editor: Tri Adi

Terjun ke dunia marketing bukan cita-cita Indra Widjaja Antono. Maklum, sejak kecil, Marketing Director Agung Podomoro Group ini ingin
sekali menjadi pilot. Sayang, dia gagal masuk sekolah penerbang di Curug, Tangerang.

Alhasil, Indra pun memilih membantu orangtua yang membuka toko kelontong di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Dari sini minat Indra terhadap dunia marketing perlahan mulai tumbuh.

Indra semakin mantap menggeluti dunia marketing setelah kagum dengan seorang ibu yang punya kios tepat di seberang toko kelontong orangtuanya. Si ibu punya pekerjaan sampingan: jasa penyewaan kios milik orang lain. "Saya kagum dengan kemampuannya dalam meyakinkan orang untuk menyewa kios," kenang Indra.

Singkat cerita, Indra pun belajar tentang seluk-beluk pemasaran properti dengan mengkuti pelatihan di Era Indonesia. Tahun 1989, ia memulai pekerjaan di bidang marketing sebagai broker rumah seken. Dia menawarkan rumah seken dari pintu ke pintu atawa door to door di daerah Kebayoran Lama. "Saya tanya-tanya, siapa yang mau beli atau menyewa rumah," kata pria kelahiran tahun 1971 ini.

Untuk memperdalam ilmu marketing properti, sembari kerja Indra mengambil kuliah Jurusan Real Estate Development – sekarang Planologi – di Universitas Tarumanegara. "Sore kuliah, pagi sampai siang menjadi broker," tutur dia.


Dapat caci maki

Pekerjaan sebagai broker Indra lakoni hingga lulus kuliah di 1993. Meski sering mendapat penolakan dan caci maki, selama menjadi broker dia bisa belajar tentang cara menghadapi konsumen, karakter konsumen, hingga situasi pasar.

Lulus kuliah, Indra bekerja di Jakarta Baru Cosmopolitan, joint venture Summarecon dengan Batik Keris. Di perusahaan ini ia menapak karier di dunia marketing sebagai sales, lalu asisten supervisor, supervisor, sampai keluar pada tahun 2001 ketika menyandang posisi asisten manajer marketing.

Selanjutnya, Indra bergabung dengan Agung Podomoro. Ia menjadi general manager proyek Sunter Agung. Dia juga menangani pemasaran dan program ISO manajemen. Kariernya melesat. Pada 2003, dia jadi deputy marketing director.

Setahun kemudian, Indra menjadi marketing director di usianya yang baru 33 tahun. "Saya sempat menolak karena khawatir, apakah keputusan yang saya buat bisa dipercaya oleh mereka yang usianya lebih senior dan lebih banyak pengalamannya," kata dia.

Salah satu tantangan Indra ketika itu adalah mewujudkan Back to The City, konsep permukiman di tengah kota. Untuk itu, ia sempat menjajal naik kereta listrik untuk mendengarkan kebutuhan masyarakat urban terhadap hunian. Bahkan, dia juga meluangkan waktu untuk sekadar berdiri di Jembatan Tomang untuk menyaksikan aktivitas orang pulang kembali ke rumah usai bekerja.

Dari hasil tanya sana-sini dan pengamatannya, Indra menarik kesimpulan: hunian di tengah kota sangat dibutuhkan. Dia pun mewujudkan konsep Back to The City dalam proyek Agung Podomoro dan sukses memasarkannya. Soalnya, "Orang pasti ingin tinggal di tengah-tengah kota," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×