Reporter: Fahriyadi, Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi
Momen Idul Adha tak hanya menjadi berkah bagi penjual hewan kurban. Pengepul kulit pun bisa memanen rezeki karena pasokan kulit kambing, domba dan sapi berlimpah. Bahkan, mereka bisa mengumpulkan kulit itu dua kali lipat dari jumlah biasa. Meski harga turun, namun pasokan itu tetap mendongkrak omzet pengepul kulit.
Hari raya Idul Adha menjadi masa panen bagi pengepul kulit mentah sapi, kambing dan domba. Mereka bisa mendapatkan pasokan melimpah dari kulit hewan kurban. Alhasil, omzet pun terdongkrak.
G. Sugiantoro, pemilik CV Jaz Group di Yogyakarta, mengaku, berlimpahnya pasokan kulit ini menjadi berkah tersendiri. Pria yang sudah menjadi pengepul kulit sejak 1997 ini bisa mendapatkan ribuan lembar kulit kambing dan domba serta dua ton kulit sapi mentah saat Idul Adha.
Jumlah ini dua kali lipat dari pasokan yang diperolehnya pada hari-hari biasa. Lantas, Sugiantoro menjual kulit mentah ini kepada pelanggannya, baik pabrik kulit atau perorangan.
Tentu saja, pasokan yang melimpah ini mempengaruhi harga kulit. "Biasanya satu hingga dua minggu setelah Idul Adha harga kulit turun Rp 2.000-Rp 3.000 per lembar atau per kilogramnya," tambahnya.
Pada hari-hari biasa, ia menjual kulit mentah mulai Rp 30.000-Rp 35.000 per lembar untuk kambing dan Rp 40.000-Rp 55.000 per lembar untuk domba. Sementara, untuk sapi harga jualnya berkisar Rp 12.000 per kilogram (kg). "Harga jual kulit juga tergantung kualitasnya," jelas Sugiantoro.
Dalam sehari, Sugiantoro bisa menjual 200 hingga 300 lembar kulit kambing dan domba, serta ratusan kilogram kulit sapi. Ia pun bisa mendulang omzet hingga Rp 400 juta saban bulan.
Berkah Idul Adha juga dinikmati oleh Harja Dinata. Pengepul kulit di Pasar Banjaran, Kabupaten Bandung Jawa Barat ini bisa menampung hingga 900 lembar kulit domba Priangan.
Pada Idul Adha kali ini, omzet Harja pun berlipat hingga Rp 60 juta. Maklum, banyak pabrik kulit yang menambah stok pada hari raya kurban ini karena harga kulit mentah lebih murah. Harga kulit domba dan sapi itu turun antara Rp 5.000 hingga Rp 10.000.
Pada hari-hari biasa, Harja menjual kulit domba dengan kisaran harga Rp 37.500 hingga Rp 65.000, tergantung ukuran dan kualitas. Kualitas kulit yang baik adalah kulit yang tidak bolong, bulu tidak rontok serta tidak busuk.
Sementara, kulit sapi dibanderol dengan harga berkisar Rp 12.000 per kg. Kulit yang berasal dari satu ekor sapi memiliki berat antara 25 kg sampai 30 kg.
Jika dijual lembaran, harga satu lembar kulit sapi berkisar Rp 250.000 sampai dengan Rp 300.000. "Kulit sapi memang paling mahal. Apalagi kalau sapinya merupakan sapi impor dan kualitas kulitnya bagus," kata Harja.
Di luar Idul Adha, Harja hanya sanggup mengumpulkan dan menjual sebanyak 200 lembar kulit domba dan 150 kg kulit sapi setiap minggu. Sebagian besar pelanggan Harja adalah pengolah kulit rumahan yang menyuplai produsen kerajinan kulit yang tersebar di Bandung dan Garut.
Dari penjualan kulit hewan ini, biasanya Harja mampu meraup untung hingga 40%. "Meski baunya tak sedap, keuntungan berdagang kulit sapi ini cukup tinggi," ujarnya.
Namun, persaingan usaha ini juga makin ketat. Dalam penilaian Sugiantoro, selama enam tahun terakhir persaingan pedagang kulit mentah sangat ketat. Akibatnya, harga pun makin kompetitif.
Berbeda dengan Harja, akibat persaingan pedagang kulit yang ketat di Yogyakarta, ia hanya bisa mengantongi untung sebanyak 20%. Untuk mempertahankan pelanggan, ia pun harus meningkatkan pelayanan. Salah satunya, mengusahakan stok kulit mentah selalu tersedia di gudangnya.
Selain itu, ia akan mengantar kulit-kulit pesanan pelanggan ke pabrik mereka. "Servis ini penting untuk meningkatkan loyalitas," ujar Sugiantoro. Tak hanya di Jawa Tengah, pelanggannya tersebar di Jawa Timur dan Jawa Barat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News