kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45905,95   -17,54   -1.90%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba bergayut dari pembuatan tas berbahan denim


Senin, 05 September 2011 / 13:10 WIB
Laba bergayut dari pembuatan tas berbahan denim
ILUSTRASI. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menghadiri konferensi pers di Jenewa, Swiss, 3 Juli 2020.


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Tas tak hanya berfungsi sebagai pembawa beban saja, tapi bisa menjadi pelengkap fesyen. Agar selera pasar terpenuhi, produsen tas membuat tas berbahan denim, yakni bahan yang digunakan jins. Tas denim itu menyasar pelajar dan mahasiswa yang ingin tampil trendi.

Tak bisa dipungkiri, tas sudah menjadi kebutuhan penting manusia, terutama bagi yang memiliki mobilitas tinggi. Saat bepergian, kita tentu membutuhkan tas untuk membawa segala keperluan.

Karena kebutuhan tas kian tinggi, produsen makin kreatif dalam membuat tas. Bahan tas tidak lagi berkutat pada kulit, kertas, atau plastik, tapi juga menggunakan bahan lain seperti denim, yakni kain tebal yang biasa digunakan membuat celana jins.

Salah satu pembuat tas dari bahan denim itu adalah Muhammad Perdana, dengan merek tas Deer and Doe, di Jakarta. Pria yang akrab dipanggil Danis itu sudah lebih setahun memproduksi tas denim.

Salah satu alasan Danis membuat tas berbahan denim itu adalah untuk memenuhi kebutuhan fesyen. "Bahan denim semakin lama dipakai, maka akan terlihat makin keren dan trendi," terang Danis.

Selain itu, penggunaan bahan denim untuk tas juga cocok untuk semua usia. Tidak hanya kaum muda, tapi juga kaum tua, apalagi jika disertai dengan banyak pilihan desain dan motif yang menarik. "Proses pembuatannya juga tidak ribet," terang Danis.

Kalau dihitung, Danis sudah memproduksi 800 tas sejak setahun lalu. Banyak pelanggan Danis memilih tas denim karena bahannya berkarakter kasar, berserat, dan kuat.

Untuk memperluas pasar, pria yang masih kuliah di Universitas Bina Nusantara, Jakarta, itu memproduksi aneka jenis tas, di antaranya bentuk tas ransel, tas selempang, dan juga tas kecil untuk kamera.

Walaupun memproduksi tas denim dalam skala yang terbatas, Danis yakin tas berbahan denim bakal laris di pasaran. Sebab, tas denim memiliki ceruk pasar sendiri, yaitu kalangan pecinta denim yang selama ini hanya mengetahui denim berupa jIns atau baju. "Kompetitor relatif lebih sedikit," kata Danis.

Sejauh ini, Danis memproduksi tas denim untuk kebutuhan kaum adam dengan segmen usia remaja dan dewasa. "Tapi kalau wanita ingin mencoba tas denim itu bisa juga," kata Danis.

Dalam sebulan, laki-laki berusia 21 tahun itu bisa menjual 50 tas. Dengan harga jual tas senilai Rp 150.000 hingga Rp 200.000 per buah, Danis mengaku bisa mengantongi omzet hingga Rp 10 juta per bulan.

Selain Danis, ada juga Aris Indarto yang juga menekuni usaha serupa. Aris juga memproduksi tas berbahan denim di wilayah Kemang, Jakarta Selatan, sejak tiga tahun silam.

Senada dengan Danis, Aris meyakini penjualan tas berbahan denim akan mendapat tempat di pasar tas. Sebab, tas denim sudah memiliki segmen pasar tersendiri. "Pasarnya itu siswa di sekolah menengah atas (SMA) dan juga mahasiswa," kata Aris.

Untuk memasarkan tas denim produksinya, Aris menggunakan media promosi lewat dunia maya. Lewat website-nya, Aris memajang aneka produknya dengan merek Go Fast. "Internet menjadi sarana promosi yang tepat, apalagi segmen pasar saya kalangan remaja dan mahasiswa," terang Aris yang baru berusia 26 tahun itu.

Untuk setiap produk tas denim Go Fast itu, Aris menjualnya Rp 125.000-Rp 200.000 per buah. Dalam sebulan, Aris mampu menjual tas denim sebanyak 40 potong dengan omzet sekitar Rp 7 juta per bulan. "Omzet saat tahun ajaran baru bisa naik menjadi Rp 10 juta per bulan," terang Aris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×