Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi
Kenaikan penjualan sepeda motor berpengaruh juga pada permintaan bahan pelapis jok. Tak heran, produsen bangku kendaraan bermotor roda dua ini di Bandung, Jawa Barat, bisa mengantongi omzet hingga Rp 530 juta per tahun. Pasar pembalut jok semakin terbuka seiring dengan mudahnya orang memiliki sepeda motor dengan cara kredit.
Usaha bahan pelapis jok sepeda motor kian kinclong seiring dengan kenaikan penjualan kendaraan bermotor roda dua ini. Sebab, banyak pemilik motor mengganti pembalut bangku motornya mengikuti tren yang berkembang. Tapi, ada juga yang mengganti pelapis jok motor mereka untuk menambah kenyamanan dalam berkendaraan.
Leo, pembuat pelapis jok motor di Bandung, bilang, pesanan produk ini dari tahun ke tahun terus meningkat. Apalagi, variasi dan desain jok sepeda motor semakin kreatif saja.
Ambil contoh, pelapis jok berwarna-warni, dengan gambar hingga cetak timbul. "Pasar bahan pelapis jok sepeda motor juga terbagi tiga, ada pasar jok model cetak timbul, jok printing, dan juga jok berwarba hitam (klasik)," kata Leo.
Menurut Leo, usaha pembuatan bahan jok yang paling prospektif adalah jok sepeda motor printing. Sebab, jok jenis ini punya pasar yang besar. Berbeda dengan jok cetak timbul yang pasarnya sangat terbatas karena peminatnya tidak banyak-banyak amat.
Perkembangan pasar pelapis jok yang besar itu mengudang banyak pemain baru. "Produsen jok bertambah dan persaingan makin sengit," ungkap Leo.
Lantaran pasarnya lebih gede, Leo lebih banyak memproduksi bahan jok printing, sebab lebih banyak pilihan variasi dan disain. Saat ini, dia memiliki sekitar 500 motif gambar, seperti pemain bola dunia, superhero, dan tokoh kartun.
Tiap bulan, Leo bisa mengeluarkan satu desain baru. "Saya memiliki target 1.000 desain sampai akhir tahun nanti," ujarnya.
Kebanyakan pembeli Leo adalah para pedagang pelapis jok motor. Ia juga mempunyai agen di luar Bandung. Selain dalam jumlah besar, dia tetap melayani pembelian ritel. Untuk satu lembar bahan jok motor standar berwarna hitam, Leo menjual dengan harga Rp 40.000. Adapun untuk jok cetak timbul, ia jual seharga Rp 50.000 per lembar. Untuk jok printing, dia lego lebih mahal, yakni seharga Rp 100.000 selembar. "Harga ini masih bisa nego," katanya.
Jok bikinan Leo sudah merambah ke mana-mana hingga ke luar Pulau Jawa. Di setiap daerah ia punya satu agen yang ia terus jaga agar jangan sampai direkrut kompetitor. "Prinsip saya, satu kota cukup satu agen saja supaya pasar terkendali," kata Leo yang memiliki omzet rata-rata sebesar Rp 530 juta per tahun itu.
Leo mengatakan, untuk mengerek penjualan, ia harus berpikir keras. Sebab, setiap tahun mesti ada produsen jok baru yang bermunculan. "Produsen jok belakangan ini semakin ramai dan semakin kreatif saja," jelas Leo.
Masalah yang ia hadapi dalam berbisnis pembuatan pelapis jok adalah kenaikan harga bahan baku kulit yang terjadi setiap tahun. Leo pun harus menyesuaikan harga jualnya agar tidak rugi.
Sekarang, produsen bahan jok sepeda motor di Indonesia kebanyakan berasal dari Bandung, Surabaya dan Jakarta. Selain harus bersaing dengan produk lokal, mereka mesti berhadapan dengan produk impor asal Thailand yang terkenal dengan inovasi dan harga yang lebih mahal.
Zainal Abidin, pendatang baru dalam bisnis ini yang membuka usaha di Jakarta Pusat, melihat peluang bisnis pembuatan bahan jok motor sangat menggiurkan. Buktinya, banyak yang melakoni bisnis ini di Jabodetabek. "Saat itu, saya lihat peluang untuk produksi bahan jok itu," jelas Zainal yang baru membuka usaha pembuatan bahan jok bulan lalu.
Kini, Zainal baru bisa memproduksi 100 lembar bahan jok dengan harga jual Rp 75.000-Rp 100.000. "Risiko usaha ini adalah harga bahan baku yang tidak menentu," ujar pria yang juga punya usaha distributor mesin cetak itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News