kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.926.000   -27.000   -1,38%
  • USD/IDR 16.542   -2,00   -0,01%
  • IDX 6.846   18,14   0,27%
  • KOMPAS100 989   0,95   0,10%
  • LQ45 766   2,38   0,31%
  • ISSI 219   0,33   0,15%
  • IDX30 397   1,75   0,44%
  • IDXHIDIV20 467   0,54   0,11%
  • IDX80 112   0,35   0,31%
  • IDXV30 115   0,39   0,34%
  • IDXQ30 129   0,29   0,22%

Laba potensial penyewaan peralatan laboratoium


Selasa, 23 Oktober 2012 / 14:11 WIB
Laba potensial penyewaan peralatan laboratoium
ILUSTRASI. Cara memilih reksadana saham saat terbuka peluang pemulihan ekonomi


Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Tri Adi

Sektor industri di Indonesia tengah berlari kencang seiring dengan ekonomi yang kian membaik. Pertumbuhan cukup tinggi ada di industri barang konsumsi, termasuk makanan dan minuman.

Permintaan produk yang terus tumbuh menuntut juga peningkatan kualitas produk. Nah, salah satu kebutuhan penting industri dalam memenangi persaingan adalah memperkuat riset dan pengembangan produk lewat laboratorium.

Meski begitu, tidak semua industri atau pabrik memiliki fasilitas laboratorium. Sebab, investasi mendirikan laboratorium cukup besar, antara Rp 3 miliar–Rp 5 miliar. Bisa saja mereka menggunakan jasa analisis laboratorium swasta. Tapi, proses riset yang berkelanjutan dan membutuhkan waktu lama memaksa pabrik memiliki laboratorium sendiri.

Kondisi ini ikut mendorong menggeliatnya usaha penyewaan (rental) alat-alat laboratorium industri. Pasar yang lebar membuat bisnis ini sangat menjanjikan. Apalagi, kebutuhan penggunaan alat laboratorium tidak terbatas pada satu jenis industri. Hampir semua industri yang menghasilkan produk, seperti makanan dan minuman, kimia, industri bahan baku, hingga industri manufaktur butuh peralatan laboratorium. Lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi juga termasuk target pasar bisnis ini.

Salah seorang pelaku usaha yang menjalankan bisnis ini adalah Ibnu Hadjar, pemilik PT Instrumindo Perkasa di Jakarta. “Pemilik pabrik memilih sewa karena bila membeli peralatan laboratorium sendiri cukup mahal dan membutuhkan biaya perawatan yang seringkali membebani perusahaan,”
katanya. Apalagi kalau alat tersebut sampai rusak, satu proses dalam produksi juga berhenti. Sementara, jika menyewa peralatan, pengusaha dapat menghemat pengeluaran hingga 80%.

Hal itu juga dibenarkan Sulaiman, pemilik CV Maju Selaras di Tangerang, yang khusus menyewakan alat pada pemilik laboratorium swasta. Dia bilang, jika beli alat laboratorium, harus merogoh kocek antara US$ 1.000–US$ 10.000 per unit.


Keuntungan 20%–30%

Setiap bulan, Ibnu bisa menyewakan alat dengan tarif Rp 10 juta sampai Rp 80 juta per bulan. Kliennya mencapai 10 perusahaan. Tak heran, dari bisnisnya ini, ia bisa meraup omzet sekitar Rp 100 juta per bulan. Keuntungan bisa mencapai 20% hingga 30%. Sulaiman yang lebih mengincar pasar laboratorium swasta bisa menghasilkan omzet sekitar Rp 50 juta per bulan.

Di perusahaan Ibnu, ada empat jenis alat utama yang kerap dipinjam, yakni gas chromatograph (GC) yang berfungsi untuk menganalisis senyawa gas atau larutan. Alat ini banyak digunakan untuk industri kimia, gas, dan minyak. Ada atomic absorption spectroscopy (AAS) dengan fungsi menganalisis kadar logam yang sangat kecil. Alat ini banyak disewa industri makanan dan kimia. Ada juga HPLC yang kerap digunakan industri farmasi dan industri makanan, serta FTIR yang berfungsi untuk menganalisis zat organik. Harga sewa masing masing alat berkisar Rp 10 juta sampai Rp 20 juta per bulan.

 Ibnu juga memiliki gas chromatography mass spectrometry (GCMS/LCMS) dengan
tarif sewa Rp 50 juta–Rp 80 juta per bulan. Alat ini cukup canggih karena berfungsi menganalisis bahan kimia dengan tingkat akurasi tinggi. Biaya sewa tersebut sudah termasuk garansi perawatan dan suku cadang.


Modal usaha

Jika berminat berbisnis penyewaan alat laboratorium kimia, investasi yang harus disiapkan sekitar Rp 2 miliar. Dana tersebut diperlukan untuk membeli minimal empat alat utama laboratorium seperti GC dan AAS. Di pasar, harga kedua alat tersebut mencapai Rp 350 juta per unit. Seluruh peralatan laboratorium harus diimpor dari Eropa atau Amerika Serikat. Anda bisa memesan peralatan dengan menghubungi situs produsen dan distributor peralatan laboratorium seperti Perkin Elmer dan Waters.

Selain itu, Anda juga wajib mengurus legalitas usaha seperti SIUP dan izin perdagangan. Untuk ini kocek yang diperlukan mencapai Rp 8 juta–Rp 10 juta. Biaya juga dibutuhkan untuk merenovasi kantor pemasaran, gudang penyimpanan peralatan, dan membeli perlengkapan kantor Rp 10 juta hingga Rp 15 juta. “Nilainya bisa lebih tergantung selera Anda merenovasi kantor,” kata Ibnu.

Khusus untuk kantor pemasaran dan pabrik, disarankan agar memilih lokasi yang dekat dengan kawasan industri seperti wilayah Bekasi atau Tangerang. Letaknya juga harus strategis seperti di pinggir jalan utama. Di sejumlah pusat kawasan industri di Bekasi, Anda dapat menyewa ruko dua lantai untuk kantor sekaligus gudang penyimpanan alat dengan tarif sewa Rp 40 juta per tahun.

Anda wajib pula mempersiapkan suku cadang. Minimal, diperlukan satu paket suku cadang untuk satu unit peralatan. Harga suku cadang bisa mencapai 10% dari harga tiap unit peralatan laboratorium. Jadi, jika Anda memiliki lima alat utama dengan harga masing masing Rp 350 juta dibutuhkan dana minimal Rp 175 juta untuk membeli suku cadang.


Tenaga ahli

Bisnis ini membutuhkan tenaga ahli yang bertugas sebagai analis. Tugasnya antara lain melakukan perawatan alat hingga jasa operasional alat bagi pihak penyewa. Untuk menggunakan jasa ini, PT Instrumindo Perkasa mengenakan tambahan tarif Rp 5 juta–
Rp 10 juta per bulan. Namun, minat pengguna jasa analis tidak banyak lantaran tiap perusahaan biasanya memiliki karyawan di bidang ini. Rata-rata pendapatan dari jasa analis hanya Rp 10 juta per bulan.

Apalagi, cukup mudah memperoleh jasa analis kimia. Gaji mereka beragam, mulai
Rp 3 juta–Rp 5 juta per bulan. Untuk memulai usaha ini, cukup dengan seorang analis kimia. Untuk mendapatkan analis, Anda bisa membuat iklan lowongan pekerjaan di media massa. Atau jika ingin menghemat biaya, Anda cukup mengontak berbagai universitas. Ibnu sendiri bermitra dengan berbagai kampus seperti Universitas Dr Hamka Jakarta.


Pengeluaran kecil

Dalam sebulan, pengeluaran perusahaan rental alat laboratorium, menurut Ibnu, tidaklah besar. Maklum, usaha ini termasuk usaha jasa, sehingga biasanya pengeluaran terbesar adalah biaya gaji tenaga kerja.

Untuk menggaji empat orang tenaga ahli, paling tidak butuh biaya sebesar Rp 20 juta. Sementara itu, gaji petugas administrasi dan pemasaran masing-masing Rp 2 juta. Biaya sewa tempat sekitar Rp 3,5 juta per bulan. Pengeluaran untuk listrik, air, dan internet sekitar Rp 500.000. Pengeluaran lainnya adalah operasional tenaga marketing dan servis mobil masing-masing sebesar Rp 300.000 dan Rp 500.000.           


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×