Reporter: Rivi Yulianti | Editor: Tri Adi
Kaleng bekas memang bisa disulap menjadi aneka barang fungsional. Berkat sentuhan lukisan tangan dengan desain lucu dan warna-warna meriah, produk kaleng bekas diminati anak-anak dan ibu muda dari pelbagai kalangan. Alhasil, omzet dari usaha kaleng bekas fungsional ini terus berkembang dari waktu ke waktu.
Pernahkah Anda membayangkan, pada setiap periode terjadi pertambahan jumlah anak di setiap keluarga? Otomatis, sampah kaleng susu akan menjadi buangan alias limbah rutin rumahtangga setiap minggunya.
Belum lagi, kaleng yang berasal dari produk konsumsi lain. Sehingga, kalau tak dikelola dengan baik, sampah kaleng bisa menjadi masalah utama bumi kita.
Namun ternyata, kaleng-kaleng bekas ini bisa dimanfaatkan dan menghasilkan rupiah. Di tangan Lani Cahyaningsari, kaleng bekas adalah barang berharga yang bisa ia sulap menjadi benda fungsional bernilai seni tinggi. Misalnya, celengan dari kaleng susu kental manis, meja belajar dari kaleng cat berukuran besar, atau jam dinding dari bekas tutup kaleng susu bubuk.
Kaleng Lani, demikian nama usahanya, berdiri sejak tahun 2000. Ia menjual barang-barang lucu tersebut dengan harga Rp 15.000 hingga Rp 500.000. Bahkan, untuk barang yang dipesan khusus, harganya bisa menggembung menjadi Rp 600.000 hingga Rp 900.000. Tak heran, dalam sebulan, Lani mampu meraih omzet reguler Rp 10 juta.
Angka tersebut terlepas dari pesanan partai besar asal perusahaan, yang biasanya datang tiap dua atau tiga bulan sekali. Tiap kali order ini datang, jumlahnya lebih dari 500 buah.
Lani tak kesulitan mengumpulkan bahan baku. Ia bekerja sama dengan pelbagai kalangan untuk mendapatkan kaleng-kaleng susu bekas yang diinginkan.
Ambil contoh, dari tukang es buah yang menyediakan kaleng susu kental manis. Sementara, untuk kaleng susu bayi diperoleh dari mitra Lani lainnya.
Ia juga mengandalkan teman dan saudaranya untuk mendonasikan kaleng bekasnya. "Kebetulan ibu saya bikin kue," ujarnya. Kaleng-kaleng bekas tersebut Lani beli dengan kisaran harga Rp 1.000 sampai Rp 2.000 per kaleng.
Desain gambar yang bergaya pop art dan childish, membuat produknya menuai banyak peminat. Terutama, anak-anak dan ibu-ibu muda. Apalagi, harga produk Kaleng Lani ini terjangkau oleh semua kalangan.
Karya Lani mayoritas diperuntukkan untuk suvenir pesta ulang tahun anak-anak. Dalam seminggu, ia bisa menerima pesanan suvenir 50 sampai 100 buah. Itu belum termasuk penjualan barang kerajinan siap pakai lain di galerinya yang terletak di Inns Restoran, Jalan Cilandak KKO, Jakarta Selatan. Dalam sebulan, total ia bisa menjual 200 sampai 300 buah kaleng lukis.
Keunggulan produknya adalah kegigihan Lani yang tetap mempertahankan orisinalitas produknya. Yakni, motif ala Lani yang kekanakan tapi imut, lucu, serta menggemaskan dengan perpaduan warna-warna yang cerah. "Saya anti-pakai tokoh kartun terkenal. Saya tidak mau menjiplak," ujarnya. Oleh karena itu, untuk desain, ia kekeuh mengerjakannya sendiri.
Hanya saja, prinsip itu yang kerap kali menyulitkannya sendiri. Pasalnya, sering ada orang yang memesan minta dibuatkan dengan tokoh kartun tertentu. "Saya pasti menolak," ujarnya. Sebagai jalan keluarnya, Lani mengusulkan agar sang tokoh kartun hanya dijadikan tema saja, ia akan menciptakan figur rekaannya sendiri.
Proses produksinya cukup mudah. Pertama, kaleng dicuci untuk dibersihkan dari sisa produk konsumsi, kemudian dikeringkan. Kedua, dibentuk pola dan dipotong sesuai bentuk yang diinginkan. Ketiga, sketsa gambar dibuat dengan pensil. "Untuk sketsa saya sendiri yang mengerjakan," ujarnya. Keempat, gambar diwarnai.
Dalam sebulan, Lani meluncurkan minimal 10 desain baru. Di situlah tingkat kreativitas yang tinggi diperlukan. Ia mengaku, ide-ide untuk menghias kaleng bekas itu biasanya datang begitu saja. "Kadang-kadang , ide muncul ketika sedang berkhayal," ujarnya.
Tak heran, Lani mempunyai kemampuan imajinasi tinggi karena melukis adalah hobinya sejak kecil. Saat kuliah pun, ia memilih jurusan yang masih berhubungan dengan dunia desain, Arsitektur Universitas Trisakti. Latar belakang itulah yang menginspirasinya untuk menciptakan barang yang bernilai seni, namun fungsional atau bermanfaat. "Jadi, bukan sekedar jadi pajangan saja," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News