kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.959.000   13.000   0,67%
  • USD/IDR 16.394   -19,00   -0,12%
  • IDX 7.519   54,71   0,73%
  • KOMPAS100 1.061   11,43   1,09%
  • LQ45 797   8,95   1,14%
  • ISSI 254   0,43   0,17%
  • IDX30 415   3,56   0,86%
  • IDXHIDIV20 474   3,32   0,70%
  • IDX80 120   1,29   1,09%
  • IDXV30 124   0,84   0,69%
  • IDXQ30 133   1,35   1,03%

Lebih murah karena budidaya sendiri (2)


Kamis, 12 September 2013 / 15:36 WIB
Lebih murah karena budidaya sendiri (2)
ILUSTRASI. Beberapa channel Youtube ada yang dibuat khusus untuk memberikan inpirasi berbusana bagi penontonnya.


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini

Mayoritas pedagang sentra tanaman hias di Kavling DKI, Meruya mengandalkan pasokan dari hasil budidaya sendiri. Aneka tanaman itu ditempatkan dalam wadah polibeg, seperti pohon asoka dan andong. Ada pula yang menggunakan wadah pot plastik untuk pohon pinang merah dan cemara udang.

Namun, hanya sedikit pedagang yang menggunakan pot plastik sebagai wadah. Salah seorang pedagang, Akon bilang, kebanyakan pedagang terbentur modal jika harus menjual aneka tanaman dalam pot plastik.

Ia bercerita, pada tahun 1980-an, kebanyakan pedagang masih mendatangkan tanaman hias dari Puncak, Jawa Barat. Mereka ini adalah para pedagang yang merupakan mantan pekerja di tempat Haji hasyim. Tanaman itu sebagian dijual langsung, dan sisanya dijadikan bibit.

Maklum, modalnya lebih murah, jika membudidayakan sendiri. Apalagi, mereka punya pengalaman cara budidaya tanaman hias, ketika bekerja di kebun Haji Hasyim. Sekadar mengingatkan, Hasyim adalah pelopor usaha tanaman hias di Kavling DKI.

Pedagang lainnya di Kavling DKI, Somad menuturkan, mereka rata-rata menggunakan sistem penanaman okulasi untuk setiap jenis tanaman. Namun, katanya, pilihan membudidayakan sendiri tanaman, bukan tanpa risiko. "Prosesnya cukup panjang sampai tanaman layak untuk dijual," tutur pria yang pernah bekerja 10 tahun di kebun milik Haji Hasyim.

Menurutnya, proses budidaya tanaman asoka hingga layak jual membutuhkan waktu sekitar enam bulan. "Karena kami terjun langsung memperbanyak tanaman, makanya para pedagang di Kavling DKI lebih cocok disebut petani ketimbang pedagang," kata Somad berseloroh.

Meskipun sudah memperbanyak bibit tanaman sendiri, namun Akon dan Somad masih sesekali membeli tanaman hias dari tempat lain. Misalnya, Akon membeli tanaman asoka dari sentra anggrek di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Namun, tanaman itu bukan untuk dijual, melainkan dijadikan indukan untuk  memperbanyak bibit.

Agak berbeda dengan yang dilakoni Haji Hasyim. Meski merupakan pelopor bisnis tanaman hias di Kavling DKI, namun ia kini lebih banyak mendatangkan stok tanaman dari berbagai daerah. "Seperti cemara udang ini saya datangkan dari Madura,” ujarnya.

Haji Hasyim terpaksa membeli tanaman siap jual, lantaran banyak permintaan yang masuk. Ia mengaku, kewalahan jika harus membudidayakan sendiri.

Menurut Akon, dengan budidaya sendiri, para pedagang di Kavling DKI bisa menjual tanaman dengan harga lebih murah dibanding sentra tanaman hias lainnya di Jakarta. Harga jual di sentra lainnya jelas lebih tinggi, sebab mereka membeli stok tanaman hias yang sudah siap jual.

 "Bahkan, banyak pedagang dari sentra lain, seperti dari Rawa Belong, yang datang ke sini untuk beli tanaman yang kami budidayakan," ungkap Akon. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×