Reporter: Rivi Yulianti, Mona Tobing | Editor: Tri Adi
Saking seringnya tabung elpiji kemasan 3 kg meledak, masyarakat sampai menjuluki produk itu bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Tapi, kejadian ini justru menjadi peluang emas bagi produsen alat pengaman untuk mencegah atau mendeteksi kebocoran gas. Permintaan alat tersebut melonjak gila-gilaan sampai 40%.
Maraknya kasus ledakan tabung elpiji kemasan 3 kg menebar ketakutan yang luar biasa dalam masyarakat. Tapi, momentum ini justru membuka peluang bagi produsen alat pengaman untuk mencegah kebocoran. Alat tersebut berfungsi untuk menekan regulator dan selang tabung elpiji.
Junaidi Sharly, pemilik CV Prima Artha Mandiri di Pati, Jawa Tengah mengatakan, sejak 2009 hingga 2010 ini permintaan alat pengaman itu terus meningkat, seiring seringnya kasus ledakan tabung elpiji yang sampai meminta korban jiwa. "Kenaikannya bisa sampai 40%," ungkap Junaidi.
Saat ini, permintaan alat pengaman tersebut lebih dari 2.000 unit per bulan. Harga tiap unit antara Rp 10.000 hingga Rp 15.000. Dengan kapasitas produksi 200 unit per hari, Junaidi mampu meraih keuntungan lebih dari Rp 10 juta per bulan. Pesanan paling banyak datang dari Pulau Jawa dan Sumatera.
Junaidi mengklaim, alat pengaman buatannya mampu mencegah kebocoran gas elpiji dan mampu mengoptimalkan kinerja regulator. "Alat bikinan saya mampu mengunci regulator dengan sempurna pada tabung yang kurang pas atau kurang kencang," ujar Junaidi.
Terbuat dari aluminium, alat pengaman buatan Junaidi lumayan aman digunakan. Dia mendapat bahan baku utama alat ini dari bahan bekas, seperti pelek dan seher mobil, yang kemudian dilebur.
Agar permintaan terus bertambah, Junaidi sedang memproses alat pengaman bikinannya itu mendapat sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI), layaknya aksesori tabung lainnya, yakni selang dan regulator.
Beda dengan Junaidi, penjualan alat pengaman tersebut di toko Cahayakindo yang berlokasi di ITC Glodok, Jakarta Barat milik Yakob tidak heboh-heboh amat, seheboh berita ledakan tabung elpiji yang sudah menewaskan puluhan orang.
Yakob yang telah menjadi pengecer produk ini sejak 2009 lalu menuturkan, permintaan alat pengaman ini sangat sedikit. Itu sebabnya, dalam sebulan belum tentu ada produk yang terjual. Soalnya, "Masyarakat belum mengetahui akan produk ini," ujarnya. Padahal, harga jual produk ini cukup murah, yakni Rp 25.000 per unit.
Tapi, Yakob menyarankan, agar tidak semua regulator memakai alat pengaman ini. Terutama yang sudah ber-SNI. Kecuali, untuk regulator yang kualitasnya masih sangat diragukan.
Peringatan juga datang dari I Gusti Putu Suryawirawan, Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian. Ia mengatakan, ledakan yang terjadi bukan disebabkan oleh kerusakan pada tabung, namun kerusakan pada valve atau katup pada mulut tabung yang ditekan secara paksa. Nah, "Alat penekan regulator justru dapat menyebabkan kebocoran karena dapat membuat pin penekan regulator menjadi miring," katanya.
Karena itu, Gusti Putu meminta masyarakat untuk hati-hati. Apalagi, sejak maraknya kasus ledakan tabung gas, makin banyak pengguna elpiji khususnya tabung melon menggunakan alat pengaman regulator.
Supaya lebih aman, Subhan, produsen alat pendeteksi kebocoran gas, menyarankan masyarakat membeli alat buatannya yang lebih aman. Alat ini memiliki cara kerja seperti alarm yang mendeteksi bau gas sampai radius 1,5 meter dari tabung. "Sebaiknya, dipasang tidak lebih dari radius 1,5 meter," ujar dia, yang menjual produknya secara online.
Subhan menjelaskan, alat pendeteksi yang diberi merek Livotech ini akan mengeluarkan suara melengking begitu mendeteksi bau gas. "Prinsip kerjanya sama dengan alarm kebakaran," ujarnya. Alat ini dijual seharga Rp 250.000.
Sejak menjual produk tersebut pada awal 2010 lalu, alat pendeteksi made in Subhan laris manis. "Jika dibandingkan bulan lalu, maka penjualan bulan ini naik hingga 80%," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News