Reporter: Revi Yohana | Editor: Dupla Kartini
Meski sama-sama disebut batik, namun kain khas Jambi ini punya ciri tersendiri. Setidaknya, ada dua ciri utama batik Jambi, yaitu dari sisi motif dan warnanya.
Motif utama batik Jambi adalah angso duo, durian pecah, dan kapal sanggat. "Angso duo itu paling khas di Jambi, biasanya pembeli yang datang ke sini akan tanya: mana angso duo-nya," tutur Maya, pengelola toko Mirabella Batik Jambi.
Kekhasan motif angso duo tak lepas dari legenda yang melekat erat dengan warga Jambi. Menurut legenda, angso duo merupakan sepasang angsa yang konon dipercaya menuntun Putri Mayang Mangurai dan Orang Kayo Hitam ketika mencari tempat tinggal atau membuka negeri baru yang sekarang dikenal dengan Kota Jambi.
Selain angso duo, adapula motif durian pecah yang merupakan dua bagian kulit durian yang terbelah. Durian dipercaya sebagai makanan raja pada zaman dahulu.
Uniknya, lukisan motif pada kain batik Jambi cenderung terpisah-pisah. "Kalau motif batik Jawa biasanya seperti parang yang bisa menyatu dari ujung ke ujung. Sedangkan, batik Jambi kebanyakan lepas atau terpisah-pisah," tutur Rizki, pemilik toko Rizki Batik.
Kemudian, dari segi warna, batik Jambi cenderung cerah dan terdiri atas banyak warna. Mayoritas didominasi warna kuning, oranye, merah, hijau terang, ungu, atau biru muda. Kalaupun warna dasarnya gelap seperti hitam, namun tetap ada tambahan unsur warna cerah seperti oranye atau hijau.
Biasanya, dalam satu kain batik Jambi terdiri dari tiga hingga empat warna. Meski warna-warna tersebut dipadukan, namun tetap ada satu warna yang kontras menonjol atau menyala. "Ini agak berbeda dengan batik di wilayah Jawa yang bisa menggunakan satu turunan warna dalam satu kain, seperti krem, coklat muda, dan coklat tua," jelas Rizki.
Kendati ada ciri khasnya, para pembatik atau perajin batik Jambi tetap dinamis. Mereka tak sungkan mengikuti perkembangan zaman dengan memunculkan motif-motif baru. Rizki mencontohkan, dalam beberapa tahun terakhir bermunculan batik yang mengusung motif ikan dan kelapa sawit. Tapi, motif yang dibuat itu tetap erat kaitannya dengan kehidupan di Jambi.
Misalnya, gambar ikan baru populer dua tahun terakhir ini. Gambar ini dipilih, karena di Jambi belakangan ini sedang marak pembudidaya ikan. Sementara, gambar kelapa sawit dipilih, lantaran di Jambi semakin banyak perkebunan kelapa sawit.
Hingga kini, Rizki memilih tetap mendesain dan memproduksi kain sendiri. Maklum, keluarganya sudah menekuni bisnis ini sejak 28 tahun silam. Di rumahnya, ia kini mempekerjakan 20 pembatik dan enam penjahit.
Berbeda dengan toko Mirabella. Maya bilang, pihaknya memproduksi batik Jambi di Solo. Namun, desain tetap dibuat sang ayah yang sudah membatik sejak puluhan tahun. "Kami mengalihkan produksi ke saudara yang memiliki rumah produksi batik di Solo," bebernya.
Ia memilih mengalihkan tempat produksi, karena masalah limbah dari proses produksi batik yang kian sulit dikelola. Biaya produksi pun lebih bisa ditekan. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News