Reporter: Rizki Caturini, Mona Tobing | Editor: Tri Adi
Ikan lele piton mungkin belum begitu akrab di telinga Anda. Tapi ternyata, ketimbang lele dumbo atau sangkuriang, rasa daging ikan berkumis jenis ini lebih enak. Budidaya lele piton bertubuh bongsor ini juga lebih mudah dan menguntungkan.
Sesuai dengan namanya, lele piton berbadan besar seperti ular piton. Ikan berkumis ini memiliki kulit berwarna lebih gelap, licin, serta lebih gesit dibandingkan dengan jenis lele lainnya, seperti lele dumbo dan lele sangkuriang.
Bentuk tubuh lele piton juga berbeda dengan lele jenis lain. Ikan berpatil ini memiliki punggung yang lebih tinggi, sirip atas dan bawah yang besar, dan ekor yang panjang. Kepala lele ini juga mirip dengan kepala ular piton. "Dijuluki piton, juga karena sifat ikannya kanibal, jika telat sedikit saja diberi makan, apa pun akan dimangsa," ungkap Ludvi Dwipayono, pembudidaya lele piton di Bekasi.
Ludvi tertarik membudidayakan lele piton lantaran pemeliharaannya relatif lebih mudah. Selain itu, rasa daging ikan bernama latin Clarias batrachus ini juga lebih enak dan gurih ketimbang lele jenis lainnya. Itu sebabnya, harga jualnya tinggi.
Sudah empat tahun Ludvi membudidayakan lele piton. Sejauh ini, ia belum menemui banyak kendala berarti. "Yang paling penting dalam budidaya lele piton adalah diberi makan tiga kali sehari," katanya.
Budidaya lele piton juga lebih menguntungkan karena tingkat kegagalannya kecil. Hanya, Ludvi mengatakan, perlu ketelitian dalam mencari bibit, penetasan hingga pembesaran. Apalagi, lele piton lebih peka terhadap kondisi alam termasuk goncangan dalam air. Karena itu, Ludvi menganjurkan agar kolam budidaya berada jauh dari laut dan memiliki kedalaman maksimal 1 meter.
Lantaran lele piton mudah pusing jika berada di tempat yang panas, selain makanan, yang juga harus menjadi perhatian adalah temperatur udara sekitar kolam budidaya. Suhu udara tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin, mesti di kisaran 28 derajat Celcius.
Kadar zat besi dalam air kolam budidaya juga harus dijaga jangan terlalu tinggi. "Tidak perlu diberi vaksin, antibiotik, dan vitamin. Cukup daun pepaya saja," ujar Ludvi. Daun pepaya, menurutnya, sangat bagus sebagai pengganti antiobiotik dan menjadikan daya tahan ikan lele piton semakin besar.
Selama ini, Ludvi hanya menggunakan bahan-bahan alami untuk budidaya ikan lele piton. Dengan hanya memberikan bahan makanan alami, lele piton hasil budidayanya memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan yang diberi asupan bahan kimia. Secara fisik, lele piton yang mendapat perlakuan dan makanan alami lebih bongsor. Dari rasa juga berbeda karena memiliki tekstur daging yang lebih empuk.
Ashari, pembudidaya lele piton di Cirebon, Jawa Barat menambahkan, ancaman terbesar lele piton adalah serangan penyakit. Penyakit akan mudah menyebar jika air dalam kolam mengandung bakteri. "Untuk itu, kebersihan kolam harus terus terjaga," pintanya.
Sebelum kolam diisi air, Ashari menyarankan, harus dipastikan terlebih dahulu, terpal sebagai alas kolam dalam keadaan bersih. Untuk menjaga kebersihan, kolam budidaya harus ditaburi kaporit. "Tunggu sehari, setelah itu buang air yang mengandung kaporit dan masukkan air baru dan segenggam garam," katanya. Setengah jam kemudian, ia melanjutkan, baru bibit lele phyton bisa dilepas.
Ansari mengungkapkan, di musim hujan, nafsu makan lele piton akan turun. Nah, ini bisa membuat ikan mati. Itu sebabnya, Ashari harus mencampur pelet dengan madu, susu, atau gula untuk meningkatkan protein. Atau, "Bisa juga dengan memberi obat probiotik booster," kata dia.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News