kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.754.000   -4.000   -0,23%
  • USD/IDR 16.895   0,00   0,00%
  • IDX 5.996   -514,48   -7,90%
  • KOMPAS100 847   -82,06   -8,83%
  • LQ45 668   -66,74   -9,09%
  • ISSI 186   -15,12   -7,51%
  • IDX30 353   -34,16   -8,83%
  • IDXHIDIV20 427   -41,35   -8,83%
  • IDX80 96   -9,67   -9,17%
  • IDXV30 102   -9,19   -8,28%
  • IDXQ30 116   -10,74   -8,46%

Lestari kerap diminta jadi mentor usaha jamur (2)


Kamis, 29 November 2012 / 12:22 WIB
Lestari kerap diminta jadi mentor usaha jamur (2)
ILUSTRASI. SMDR masuk bisnis baru dengan mendirikan anak usaha di sektor perikanan. KONTAN/Baihaki/30/8/2021


Reporter: Revi Yohana | Editor: Havid Vebri

Lestari dan suaminya, Paino Zaini, mulai merintis usaha budidaya jamur di Klangon, Argosari, Bantul, Yogyakarta pada 2007. Ia dan suami merintis usaha dengan modal Rp 5 juta.

Uang tersebut digunakan untuk membeli peralatan ala kadarnya. "Waktu itu, kami masih memakai satu drum bekas seharga Rp 50.000, produksi sehari hanya 50 lok jamur," kenang Lestari.

Meski serba terbatas, keduanya yakin usaha tersebut cukup prospektif. Apalagi, usaha ini belum memiliki pesaing. Maklum, desa tempat Lestari tinggal tergolong dataran rendah, sehingga dianggap kurang cocok buat budidaya jamur.

Untuk mengembangkan usaha, pada 2008, Lestari mulai membangun rumah jamur tak jauh dari kediamannya. Rumah jamur ini terdiri dari beberapa rak susun sebagai tempat berkembang biak tanaman jamur.

Panen perdana jamur terjadi pada Juli 2008 dan dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian Bantul. Terinspirasi dari usaha Lestari ini, pemerintah setempat mencoba menggalakkan budidaya jamur ke desa-desa.

Oleh pemerintah, budidaya jamur ini dijadikan model usaha untuk memulihkan ekonomi masyarakat setelah gempa yang terjadi di Yogyakarta dan Bantul pada tahun 2006 silam.

Lestari lantas diminta pemerintah memberikan pelatihan kepada para tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Sebab, saat itu, PPL di kawasan Bantul nyaris tak tahu sama sekali tentang seluk-beluk budidaya jamur ini.

Sebelumnya, di Bantul tak pernah ada yang membudidayakan jamur, selain Lestari. Sebagai daerah dataran rendah, masyarakat lebih banyak menanam padi, terong, tomat, dan sayur-sayuran.

Saat pertama kali diminta memberi penyuluhan, Lestari mengaku sangat gugup lantaran sebelumnya tidak pernah berbicara di hadapan banyak orang. "Dari situ, saya belajar bagaimana menjadi pembicara," tuturnya.

Sejak aktif memberikan pelatihan, nama Lestari mulai dikenal luas. Usahanya pun dibuatkan blog khusus di website Dinas Pertanian Bantul dan DIY.

Dari situ, permintaan pelatihan tak hanya datang dari kawasan Jawa Tengah. Beberapa kali, ia pernah kedatangan tamu dari Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi yang meminta pelatihan budidaya jamur.

Lantaran dianggap memiliki dedikasi dan komitmen yang kuat dalam mengembangkan budidaya jamur, pada Agustus 2009, ia mendapat penghargaan dari Pemprov DI Yogyakarta. Saat itu, Lestari meraih juara III tokoh pengusaha hortikultura tingkat provinsi.

Namun, tak lama berselang, cobaan datang menghampirinya. Sang suami, meninggal dunia satu bulan kemudian lantaran kecelakaan. "Waktu itu, saya sempat terguncang sampai satu bulan," ujar Lestari.

Paino merupakan orang terdekat yang selalu mendukung Lestari dalam mengembangkan usaha. Setiap memberikan pelatihan atau pekerjaan lain, sang suami selalu menemaninya.

Setelah suaminya tiada, Lestari semakin mandiri. Ia pun bangkit lagi dengan dukungan putra semata wayangnya. "Oktober 2009, saya mulai meneruskan usaha lagi," ujarnya.    

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Terpopuler

[X]
×