Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. salah satu langkah untuk bisa menaikkan strata usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah dengan melakukan pembinaan secara berkelanjutan.
Langkah ini yang Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) lakukan bersama PT Pamapersana Nusantara dalam mengembangkan UMKM di Bontang dan Paser, Provinsi Kalimantan Timur.
Lewat upaya pengembangan, biasanya lahir sebuah inovasi bisnis yang bisa menjadi salah satu langkah untuk mengembangkan bisnis para UMKM.
Upaya inilah yang Nur Aini lakukan. Dia merupakan pemilik 2Nay, produsen makanan berbasis perikanan. Awalnya, ia yang mengembangkan usaha sejak 2009 hanya memproduksi amplang, kerupuk ikan khas Kalimantan Timur.
Tapi, sejak menjadi UMKM binaan YDBA dari 2016, Nur Aini mendapat arahan untuk bisa melakukan inovasi produk dari amplang. Akhirnya, dia bisa membuat ragam jenis amplang dari bahan baku yang berbeda. Beberapa produk amplang buatannya yang menjadi best seller adalah amplang tengiri, cumi, dan kepiting.
Selain melakukan inovasi produk, Nur Aini juga bisa mendapat legalitas usaha termasuk sertifikat halal. Alhasil, produk-produk amplang 2Nay pun menarik perhatian konsumen.
Baca Juga: Inilah kiat bisnis dan strategi menjalankan usaha ditengah pandemi
Kini, produk amplang buatan Nur Aini bisa konsumen dapat di setiap gerai minimarket yang ada di Bontang, serta beberapa outlet di bandara yang ada di Kalimantan Timur.
Selain itu, Nur Aini juga menjajakan amplang lewat kanal online. "Sejak mendapat pembinaan, omzet langsung naik 30%-35%," katanya dalam diskusi virtual YDBA pekan ini.
Untuk mendongkrak omzet, Nur Aini berencana mengembangkan produk lain selain amplang. Misalnya, keripik dari ikan bawis yang melimpah di Bontang.
Manfaat serupa juga Syufuan Hadi rasakan. Sejak menjadi binaan YDBA lewat Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) Pama Daya Taka Paser, dia menjadi lebih paham mengenai tata cara pengembangbiakkan atau pemijahan ikan.
Maklum, sebelumnya, ia hanya melakukan pemijahan ikan, terutama ikan lele secara autodidak. "Setelah ikut pelatihan, saya punya standar operasional prosedur dalam budidaya termasuk pemijahan," ujarnya.
Melalui program tersebut, Syufuan mampu melakukan pemijahan ikan secara mandiri dan sesuai standar, dengan produktivitas mencapai 30.000-40.000 ekor dalam satu kali siklus pemijahan.
Sama seperti Nur Aini menurut Syufuan, inovasi menjadi langkah penting dalam meningkatkan usahanya. Dia pun berencana melakukan inovasi dengan menambah jenis ikan yang akan ia budidayakan.
Sekretaris Pengurus YDBA Ida R. M. Sigalingging mengatakan, pihaknya akan terus berinovasi supaya semakin banyak UMKM di Indonesia naik kelas. Misalnya, menembus pasar nasional dan internasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News