Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi
Bagi masyarakat Medan, Restoran Sop Sumsum Langsa tentu sudah tak asing lagi. Jaringan restoran yang sudah membuka delapan gerai di Medan dan satu di Banda Aceh ini selalu ramai pengunjung. Tak heran, Lukmanul Hakim, sang pemilik, mampu meraup omzet hingga ratusan juta rupiah setiap bulan.
Lelaki asal Aceh ini tak pernah menduga justru menemukan peruntungan di Medan, Sumatra Utara. Lukmanul Hakim memulai usaha di bidang kuliner sejak 1990 dengan menjual sop sumsum langsa.
Saat ini, Lukman, panggilan akrab Lukmanul Hakim memiliki sembilan gerai. Tujuh di antaranya berbentuk soup house, sedang dua lainnya merupakan restoran. Semua gerai tersebut berada di bawah bendera PT Sumsum Langsa Company.
Melalui jaringan restorannya itu, Lukman berhasil mewujudkan ambisinya, bersaing di tengah serbuan rumah makan yang menjajakan makanan asing, yang memenuhi penjuru ibukota Sumatera Utara itu.
Sop sumsum langsa buatan Lukman menjadi salah satu makanan favorit warga Medan dan sekitarnya. Termasuk warga yang plesiran ke kota tersebut. "Selain lezat, sumsum juga mengandung khasiat bagi kesehatan," ucap Lukman.
Sumsum dipercaya mampu meningkatkan stamina serta membantu pemulihan pasien yang baru menjalani operasi patah tulang. Namun, pengunjung yang datang tidak hanya ingin mendapatkan khasiat yang terkandung di dalam sumsum, mereka juga ingin merasakan lezatnya sop sumsum langsa bikinan Lukman.
Itu sebabnya, ia tetap mengutamakan kualitas masakannya. Lukman memakai variasi bumbu yang dapat memperkaya rasa, supaya sopnya bisa diterima lidah para pengunjung.
Tiap hari, ratusan orang menyambangi gerainya yang tidak hanya menawarkan sop sumsum langsa, tapi juga sop buntut, sop kepala kambing, sop iga, dan aneka soto.
Lukman menjual semangkuk sop sumsum langsa mulai Rp 15.000 hingga Rp 30.000. Untuk setiap porsi, ia menyajikan sumsum berukuran 300- 500 gram.
Lantaran gerai sop sumsum langsanya selalu ramai pembeli, banyak orang yang mengikuti jejak Lukman: mendirikan rumah makan yang menawarkan menu serupa. Hanya saja, tanpa bermaksud untuk sombong, Lukman mengungkapkan, tak ada satupun yang menuai sukses seperti dirinya.
Maklum, Lukman telah mahir benar mengolah tulang sumsum yang disulap menjadi sop khas Langsa, Aceh. "Keunggulan lainnya, kami menyajikan kemudahan mengkonsumsi sumsum dalam tulang dengan bantuan sedotan," ungkapnya.
Meskipun masakan oriental merajai pasar kuliner Medan, Restoran Sop Sumsum Langsa mampu bersaing dan mendapat tempat tersendiri di hati pecinta kuliner. Mereka tetap menyukai masakan berkuah panas asli Indonesia tersebut.
Lantaran gera-gerainya tidak pernah sepi dari pembeli, Lukman bisa mendulang omzet yang cukup besar. Dalam sebulan, setiap gerainya menghasilkan pendapatan berkisar Rp 50 juta hingga Rp 100 juta. Itu berarti, sedikitnya ia bisa mengantongi pendapatan sebanyak Rp 450 juta dari sembilan restonya.
Lukman bersyukur atas pencapaian tersebut. Namun, ia tak lantas berpuas diri. Pria yang saat ini menginjak usia 55 tahun itu masih punya keinginan untuk memperkenalkan sop sumsum langsa buatannya hingga ke luar Medan.
Ia ingin membuka gerai ke kota-kota besar di seluruh Indonesia. Bahkan, ia mempunyai cita-cita sop sumsum langsa racikannya bisa menyaingi menu restoran-restoran asing yang beberapa tahun belakangan terus menjejali bisnis kuliner di negara kita.
Untuk memuluskan ekspansinya tersebut, pada 2007, ia mengibarkan bendera PT Sumsum Langsa Company. Lukman juga mendaftarkan hak cipta sop sumsum langsa ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM.
Tapi, Lukman menuturkan, pembukaan gerai sop sumsum langsa di luar Medan tidak hanya semata dengan tujuan berdagang. "Usaha ini juga merupakan ibadah," katanya. Sebab, imbuhnya, usahanya akan membuka lapangan kerja baru.
Selain itu, kehadiran gerai-gerai baru Sop Sumsum Langsa juga akan membantu para pedagang sumsum di Aceh. "Bahan baku sumsum yang kami gunakan, langsung didatangkan dari daerah Aceh," kata Lukman.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News