kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45907,02   3,68   0.41%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Eko mencetak keberhasilan lewat kartu dan kemasan


Senin, 29 November 2010 / 14:46 WIB
Eko mencetak keberhasilan lewat kartu dan kemasan
ILUSTRASI. Es Kasturi Yuk


Reporter: Anastasia Lilin Y | Editor: Tri Adi

Krisis moneter bisa membuka celah bisnis yang menjanjikan. Lantaran jeli melihat peluang, Eko Agus Handoko sukses berbisnis kartu ucapan dan kemasan kelas premium. Saban bulan, dari bisnis ini ia mengantongi omzet ratusan juta rupiah.

Krisis moneter 1998 tak selamanya kelabu. Banyak juga pengusaha yang justru mengecap sukses saat badai krisis menghantam perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah Eko Agus Handoko, pemilik PT Sumber Warna Prima (SWP) yang bergerak di bisnis kartu ucapan dan kemasan premium.

Saat ini kartu ucapan dan kemasan buatan Eko mampu bersaing dengan produk impor. Kotak kemasan buatannya menjadi langganan beberapa bank, korporasi, dan hotel, seperti JW Marriott, Ritz-Carlton, Park Lane, dan InterContinental. Kartu ucapan produksi SWP bahkan bisa bersaing dengan kartu ucapan merek Hallmark asal Amerika Serikat (AS).

Lelaki kelahiran Banyumas, 15 Oktober 1959, silam ini tak pernah menyangka bisa sesukses sekarang. Apalagi, anak bungsu dari enam bersaudara ini datang dari keluarga sederhana. Ayah dan ibunya hanya pedagang kebutuhan bahan pokok di Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah.

Tapi, Eko beruntung. Meski berasal dari keluarga sederhana, orangtuanya selalu menanamkan nilai penting pendidikan. Tak heran, selepas SMA, dia terdorong meneruskan pendidikan di perguruan tinggi.

Pada 1979, Eko merantau ke Jakarta dan kuliah di Jurusan Ilmu Akuntansi, Universitas Trisakti. Karena tak ingin memberatkan orangtua, saat semester empat, ia berinisiatif mencari pekerjaan sambilan agar bisa membiayai kuliah. Waktu itu ia bekerja paruh waktu di sebuah kantor akuntan.

Ternyata, seperti orangtuanya, Eko memiliki jiwa wirausaha. Di sela-sela kuliah dan magang di kantor akuntan, ia juga mencoba menjadi wira-usahawan. Ia menggunakan upah bekerja paruh waktu untuk membuka usaha percetakan kecil-kecilan. Produknya berupa map dari bahan hard cover. Map yang saat itu dia jual
Rp 3.000 per lembar cukup diminati teman-teman kuliahnya.

Lulus kuliah pada 1984, Eko bekerja di sebuah pabrik seng sebagai finance accounting manager. Hanya bertahan dua tahun, ia lantas pindah ke perusahaan percetakan pembuatan kemasan untuk industri farmasi. Posisinya melejit hingga menjabat sebagai general manager.

Tapi, jiwa petualang mendorong Eko untuk pindah kerja ke sebuah perusahaan penerbitan buku. Belakangan, lantaran ingin tantangan lebih besar, ia pindah lagi ke perusahaan kemasan hingga tahun 1995.

Panggilan jiwa sebagai wirausaha yang begitu kuat mendorong Eko meninggalkan tempatnya bekerja dan memutuskan membuka usaha sendiri. Ia lantas membuat usaha bahan baku promosi dan kemasan.

Sayang, usaha tidak berjalan lancar. Puncaknya, saat krisis moneter 1998, usahanya malah terancam bangkrut.


Pelanggan besar

Tapi, Eko tidak kapok. Dengan uang sisa usaha sebesar Rp 100 juta, pada 1998 ia membangun bisnis baru lewat PT Sumber Warna Prima (SWP) yang memproduksi kartu ucapan dan kemasan premium. Maklum, ia memiliki pengalaman bekerja di perusahaan percetakan dan kemasan. Ia melihat, saat produk impor mahal, pa-sokan kartu ucapan berkualitas di pasar terus berkurang. Kalaupun ada, harganya naik drastis. “Saya melihat, ada peluang untuk masuk ke bisnis ini,” kata dia mengenang.

Nah, untuk memberikan nilai lebih, Eko membuat kartu eksklusif dengan desain yang menyesuaikan keinginan konsumen. Di samping itu, ia juga memilih motif khas ornamen gaya Renaissance Eropa atau motif tradisional batik. Alasannya, kedua motif tersebut sama-sama unik dan elegan.

Selain pilihan motif, beragam teknologi percetakan yang diusung juga diklaim mampu menghasilkan karya seni yang bagus, seperti offset printing, screen printing, hot stamping, embossing, debossing, dan thermographic printing.

Khusus bahan baku, Eko memilih kertas daur ulang, yakni kertas bekas kemasan kardus dan kertas duplex yang memiliki banyak serat. Pilihan tinta jatuh pada tinta berbahan minyak kedelai (soy ink) yang didatangkan dari Jerman. Dengan keunggulan yang ditawarkan, banderol harga kartu ucapan dan kemasan buatan Eko tak murah. Harga termahal kartu ucapan buatannya Rp 75.000 per lembar dengan minimal pemesanan sebanyak 50 lembar.

Eko juga menjual kardus kemasan termahal seharga Rp 750.000 per kemasan. Biasanya, harga semahal ini berlaku untuk wadah foto. “Seringkali harga kemasan memang jauh lebih mahal ketimbang isinya,” ujarnya, berseloroh.

Usaha Eko tak sia-sia. Konsumen menyukai produk-produk SWP. Kemasan SWP menjadi langganan perusahaan besar yang bergerak di bidang hotel, bank, hingga perusahaan kue.

Kini, dalam sebulan, rata-rata Eko mengantongi Rp 350 juta dari penjualan kemasan dan Rp 250 juta dari kartu ucapan. Ia merasa usahanya bisa berkembang berkat 35 orang pegawai terlatih yang kebanyakan cuma lulusan SMP dan SMA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×