Reporter: Siti Masitoh | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih menjadi bidikan utama usaha rintisan atau startup. Misalnya, Majoo, startup yang menyediakan fitur teknologi informasi untuk mempermudah bisnis para pelaku UMKM.
Malah tak jarang, segmen pasar yang para startup pilih tersebut justru menarik perhatian modal ventura. Inilah yang baru-baru ini Majoo rasakan, mendapat pendanaan pra-seri A sebesar US$ 4 juta (Rp 56,7 miliar) dari beberapa modal ventura, seperti AC Ventures, BRI Ventures, dan Xendit.
Masuknya investor tersebut, menurut Adi W. Rahadi, Co-Founder dan Chief Excutive Officer Majoo, karena kesamaan visi, yang melihat potensi bisnis yang ada di sektor UMKM, terutama di masa pandemi Covid-19.
Menurutnya, dengan memberi bantuan kepada UMKM, maka bisa menjadikan pelaku usaha tersebut lebih berkembang dan terbuka kemungkinan untuk naik kelas.
"Di masa pandemi ini, mereka (UMKM) butuh aplikasi yang bisa membantu bisnisnya jadi lebih teratur," kata Adi kepada KONTAN belum lama ini.
Karena itu, suntikan modal dari investor bakal Majoo pakai untuk mengoptimalkan fitur layanan. Dengan begitu, UMKM yang menjadi klien mereka bisa menjalankan bisnis dan jaringan pemasaran, baik secara offline maupun online. Fitur yang Majoo tawarkan memang bertujuan mempermudah pelaku UMKM dalam menjalankan bisnis.
Misalnya, fitur untuk membuat laporan keuangan tambahan secara digital. Fitur lainnya yang tidak kalah penting adalah untuk membuat toko online.
Baca Juga: Inilah strategi Ula mendapat modal super jumbo salah satunya dari Jeff Bezos
Khusus fitur untuk membuat toko daring, bukan tanpa sebab keberadaannya. Menurut Adi, Majoo sudah menjalin kerjasama dengan sejumlah marketplace utama di Indonesia, seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee. Jadi, toko online milik UMKM bisa terintegrasi dengan marketplace.
Tak cuma itu, fitur untuk memanfaatkan layanan di transportasi online, seperti Gojek dan Grab, pun bakal tersedia kelak di Majoo. "Jadi, kami memberi alat kepada mereka, termasuk juga layanan pembayaran digital," tutur Adi.
Nah, fitur tersebut nantinya akan melengkapi fitur Majoo yang sudah ada. Mulai dari kasir online, aplikasi pengelolaan pelanggan, inventori, hingga analisis bisnis.
Sejauh ini, Adi bilang, Majoo sudah memproses lebih dari 80 juta transaksi dengan total nilai US$ 600 juta. Angka ini tumbuh 85% secara tahunan.
Sementara pengguna Majoo sudah lebih dari 20.000 user yang tersebar di lebih dari 600 kota, termasuk kota kecamatan, di penjuru Indonesia. Sebagian besar pengguna Majoo, Adi mengungkapkan, berasal dari wilayah Jawa dan Bali.
Dengan pengembangan fitur, Majoo pun membidik pasar yang lebih luas lagi. Tak cuma di dalam negeri, namun mulai menjajaki pasar di kawasan Asia Tenggara mulai tahun depan.
Selanjutnya: Ekspansi Feedloop semakin kencang setelah mendapat injeksi modal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News